Promosikan Industri Konstruksi Bambu ke Mancanegara
Dalam kehidupan masyarakat di nusantara, bambu menjadi salah satu material yang lekat dengan keseharian. Sumber daya alam ini ketersediaannya melimpah karena cocok dikembangkan di iklim tropis seperti di Indonesia. Begitu pula di Bali, di mana masyarakatnya kerap memanfaatkan bambu untuk penunjang kehidupan. Di tangan para pengrajin Asali Bali, bambu dapat menjadi material konstruksi yang bernilai estetis sekaligus fungsional. Peminatnya pun datang dari mancanegara, sesuai dengan visi Asali Bali yaitu mengembangkan dan mempromosikan industri konstruksi bambu ke seluruh dunia.
Direktur Asali Bali, Olivia Susilo Putri mengatakan bahwa visi mempromosikan industri konstruksi bambu dilakukan dengan melibatkan pengrajin yang sudah terampil dari masyarakat lokal. Desa Belega yang terletak di Kabupaten Gianyar dipilih sebagai pusat kegiatan pembuatan konstruksi bambu di Bali. Hal ini lantaran masyarakat Desa Belega selama beberapa generasi telah mengkhususkan diri dalam mengembangkan kerajinan dan pembuatan bambu. Baik untuk sarana upacara, dekorasi, mebel, panel, konstruksi, instrumen musik, kerajinan lainnya.
“Gudang kami berada di pusat budaya bambu tradisional di Bali. Tim produksi kami adalah inti dari bisnis kami dan kami bangga terhadap pengrajin kami”, ujarnya.
Tradisi pemanfaatan bambu untuk penunjang kehidupan di masyarakat Belega pun sebenarnya sempat berkembang di berbagai wilayah lainnya baik di Bali maupun di negara-negara Asia lainnya. Namun seiring dengan datangnya arus globalisasi, tradisi ini mulai ditinggalkan. Khususnya penggunaan bambu untuk material konstruksi. Di samping sudah banyak material jenis lain, alasan lainnya adalah mulai berkurangnya tenaga ahli yang memahami menguasai seni pekerjaan bambu dengan baik.
Olivia Susilo Putri menambahkan, dalam proses pembuatan konstruksi, para pengrajin bambu berkolaborasi dengan insinyur struktural berpengalaman agar mewujudkan bangunan sesuai dengan standar konstruksi yang ada. Sehingga meski terbuat dari material bambu, struktur bangunan dijamin keamanannya. Selain itu dengan adanya sentuhan seni dari tangan pengrajin, arsitektur dari bahan bambu terlihat semakin estetis dan unik.
Banyak pihak yang telah melirik Asali Bali sebagai kontraktor bangunan berbahan bambu, baik untuk membangun hunian, gedung komersial, instansi pendidikan, maupun rumah ibadah. Karya konstruksi bambu persembahan tim Asali Bali tersebar di beberapa tempat, yaitu di Kerobokan, Seminyak, Brawa, Lodtunduh, Tegallalang, Tampaksiring, Nusa Penida, Lombok, Flores, dan Medan.
Ramah Lingkungan
Lanjut Olivia menjelaskan, Asali Bali sebenarnya telah dirintis sejak tahun 2009 sebelum ia ikut terjun ke usaha ini. Founder Asali Bali merupakan pengusaha furnitur yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Sebelum ini usahanya masih memanfaatkan material kayu untuk bahan furnitur, namun pelan-pelan mulai tidak ramah lingkungan karena pohon memerlukan waktu puluhan tahun untuk beregenerasi. Sedangkan apabila terus ditebang dan dimanfaatkan, dikhawatirkan keberadaan pohon-pohon untuk kayu semakin berkurang.
“Bambu dapat menjadi salah satu alternatif bahan yang ramah lingkungan sebagai pengganti kayu, karena bambu mudah untuk dibudidayakan. Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik pada semua jenis tanah, mulai dari dataran rendah hingga tinggi. Serta relatif singkat untuk bisa dipanen dan setelahnya dapat dipanen secara terus-menerus sehingga bersifat berkelanjutan”, tuturnya.
Olivia tertarik dengan visi yang dijunjung di Asali Bali sehingga memutuskan bergabung pada tahun 2012. Ia ingin berkontribusi untuk mengembangkan potensi industri bambu khususnya untuk penggunaan konstruksi. Sebagai Direktur perusahaan, ia pun berusaha agar tradisi bambu ini lebih dikenal secara global.
Kesuksesan langkah mengenalkan keindahan konstruksi bambu teah dibuktikan dengan adanya permintaan dari pangsa pasar luar negeri. Salah satu proyek mancanegara yang telah berhasil dicapai adalah pembuatan dekorasi bambu untuk spa di Seychelles Island.
“Ke depannya kami tengah mempersiapkan proyek konstruksi di Maldives. Bahan-bahan serta sumber daya manusia yang akan mengerjakan semua akan kami datangkan dari Bali”, kata Olivia menerangkan.
Sebagai salah satu sosok yang berperan penting di balik eksistensi Asali Bali, Olivia mengaku sebelumnya tidak pernah memiliki latar belakang berkaitan dengan bisnis ini. Ia mengaku bermodalkan keberanian untuk mencoba hal baru saat terjun ke bisnis ini. Perempuan kelahiran Surabaya ini menghadapi tantangan sebagai proses belajar agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
“Di saat saya mengalami keterpurukan saya memilih untuk introspeksi diri, mungkin ada kesalahan yang pernah saya lakukan sehingga saya memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri”, tegasnya.
Olivia berpesan kepada generasi muda lainnya untuk berani keluar dari zona nyaman dan berani mencoba hal baru. Semakin sering belajar dan mencoba hal baru, maka semakin banyak kompetensi diri yang dimiliki. Sehingga nantinya dalam dunia persaingan memiliki nilai lebih karena memiliki banyak keahlian.