Pilih Ngebir atau Sekoli di Kafe Mungil nan Elegan “HardCoff Bali”
Masa pandemi sepertinya tak selamanya meninggalkan pil pahit bagi masyarakat, justru memberikan sebuah amunisi pelajaran terbaik, bahwa harapan akan selalu ada bila kita tetap positif dan mau berupaya. Bahkan, tak sedikit yang akhirnya lebih sukses membuka usaha di masa pandemi. Namun semuanya kembali lagi bagaimana masing-masing individu menyikapi setiap tantangan yang datang, apakah memilih untuk berpasrah atau melawan ketakutan untuk mengambil risiko.
Pengalaman tersebut salah satunya muncul dari Ida Ayu Danik Suardhani , selain karena nekat saja membangun usaha di tengah pandemi, diungkapkan olehnya ada sosok ibu yang merupakan entrepreneur di bidang fashion, tanpa sengaja telah menjadi role model dan memberikan pelajaran, bahwa wanita juga harus mandiri, terlebih menghadapi zaman yang semakin modern ke depannya. Wanita tak selamanya hanya mengurus rumah tangga saja dan pria yang mencari nafkah, tapi berkolaborasi saling memberikan kontribusi dalam dua aspek tersebut.
Lahir di Surabaya, karena ayah merupakan PNS di Kejaksaan Tinggi di Surabaya, Ida Ayu Danik Suardhani pun harus menempuh pendidikan hingga SMA di kota tersebut. Kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Udayana, Jurusan Ekonomi Akuntansi pada tahun 1992. Cukup lama, Ida Ayu Danik Suardhani menempuh jenjang sarjananya yakni selama enam tahun, dikarenakan ia begitu menikmati kegiatan organisasi atau soft skill yang menyita waktunya, ditambah dengan sambil bekerja. Bahkan seusai menamatkan kuliahnya, ia masih aktif pada salah satu organisasi di tahun 1996, “GN-OTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh)” sebagai IT tingkat Provinsi Bali. Juga bekerja di sebuah organisasi internasional yang melaksanakan program program kerja sama bilateral negara Indonesia dan negara Swiss di beberapa daerah di Indonesia sejak 2009 sampai dengan saat ini.
Sebagai penyintas penyakit Lupus, atau penyakit gangguan sistem imun, Ida Ayu Danik Suardhani harus mengurangi sebagian besar kegiatan dan fokus kepada program-program yang berpusat di Bali saja. Wanita kelahiran tahun 1974 ini, yang biasanya padat dengan kegiatan, tiba-tiba memiliki waktu luang yang cukup banyak, dengan pengurangan kapasitas kerjanya, sempat merasa kebingungan. Hingga saat proses pemulihan kesehatan tercapai tujuannya, Ida Ayu Danik Suardhani tanpa pikir panjang mencari aktivitas baru yakni merintis bisnis kuliner pada Mei 2021.
Keberaniannya membangun bisnis, di tengah masyarakat yang memilih menyimpan uang untuk kebutuhan yang lebih pasti. Baginya masa pandemi tak boleh membuat orang untuk berhenti berkreativitas, bahkan semakin gencar melihat peluang usaha, sekaligus ikut membantu masyarakat juga menyediakan lapangan pekerjaan di HardCoff yang berlokasi di Jl. Raya Puputan no. 190-A, Renon, Sumerta Kelod, Denpasar Timur.
Meski nampak mungil dari luar tetapi ada back yard (taman belakang terbuka) yang luas dapat menampung kegiatankegiatan outdoor dengan kapasitas hingga 100 orang, dan penampakan interior di dalam kafe ini, yang menarik perhatian adalah bar tempat mengobrol sambil ngebir yang tampak elegan, masih jarang ditemui di beberapa kafe khususnya di Denpasar. Ida Ayu Danik Suardhani dalam merintis kafenya, sesuai dengan highlight-nya “Beer-CoffeeEatery”, memilih menarik pengunjung dengan menawarkan bir sebagai sajian utama dalam menu, meski bir masih terkesan sebagai minuman yang memabukan. Namun ia menegaskan kalau bir tak selamanya memberikan stigma negatif, bila diminum dalam jumlah yang tepat dan terkontrol sejumlah 500 mg/hari, mampu memberikan manfaat bagi kesehatan, di antaranya untuk kesehatan jantung, kaya antioksidan dan mencegah terserang penyakit Alzheimer.
Strategi lain yang dilakukan HardCoff adalah konsep “Sekoli atau Secangkir Kopi Peduli” sebuah inisiatif lokal yang dijalankan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Jumat oleh HardCoff dengan menawarkan kopi gratis untuk setiap orang yang lewat. Melalui aksi tersebut, HardCoff berharap dapat meningkatkan kesadaran tentang empati sosial di antara masyarakat Bali. Mulai pukul 13.00 setiap hari Senin dan Jumat, pengunjung bisa ngobrol santai dan menikmati kopi Kintamani gratis yang enak. Secara rutin juga dilaksanakan live acoustic music sekali dalam seminggu, tepatnya setiap hari Jumat dari pukul 18:30 – 21:30 malam.