Perjalanan Karier dan Dedikasi I Made Alit Ariana dalam Menjalani Dunia Arsitektur di Bali dengan Inovasi dan Kreativitas

Tantangan memilih bidang Arsitektur sebagai karier di masa depan, sudah tentu dirasakan I Made Alit Ariana seperti mahasiswa pada umumnya. Seperti begadang untuk menyelesaikan tugas desain yang kompleks, berjuang dengan tenggat waktu yang ketat dan menghadapi tekanan yang tinggi dalam menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif. Namun, I Made Alit Ariana berupaya tetap mempertahankan semangat dan dedikasinya untuk mengejar impiannya menjadi arsitek profesional.

perangkat komputer dalam bidang arsitektur sudah dihadirkan, hanya saja sebagai mahasiswa tahun pertama penggunaan meja gambar masih memiliki peran penting dan wajib dalam proses pembelajaran. Keterampilan ini menjadi salah satu yang wajib dikuasai secara mendalam, karena membangun dasar yang kuat dalam menggambar tangan, merupakan pondasi yang penting dalam pemahaman konsep desain dan komunikasi visual dalam arsitektur.

Sembari menjalani kuliah, Alit Ariana sempat terlibat dalam kegiatan network marketing, yang memberikan manfaat dalam membangun jaringan dan kemampuan komunikasinya. Melalui kegiatan ini, ia belajar mengenai pemasaran, memperluas relasi dan mengembangkan keterampilan interpersonalnya. Meskipun tidak umum dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa yang biasanya terlibat dalam proyek-proyek dosen, pengalaman tersebut memberikan nilai tambah dalam pengembangan dirinya sebagai seorang profesional.

Setelah menyelesaikan kuliah selama 3,8 tahun barulah Alit Ariana bergabung dalam proyek perencanaan dan penataan yang telah dijalankan oleh dosen. Hal ini melibatkannya pada proyek tersebut sejak awal, di antaranya dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan pihak lainnya terkait dengan proyek tersebut. Setelah menghabiskan waktu sekitar setahun lebih, Alit Ariana kemudian memutuskan untuk bekerja pada posisi Pengawas Proyek. Dari sana pengalamannya tentang kenyataan di lapangan semakain matang. dalam bidang konstruksi.

Alit Ariana akhirnya memberanikan diri untuk berkarier di atas kakinya sendiri sejak tahun 2011, setelah datangnya tawaran mengerjakan proyek milik kerabat berupa kos-kosan. Kesempatan itu ia manfaatkan sebaik-baiknya, fokus menciptakan karya terbaik, tanpa mengutamakan keuntungan finansial. Setelah berhasil menggarap proyek kos-kosan, proyek kedua masih terkait kerabat, berupa vila. Seiring berjalannya waktu, jaringan relasinya semakin berkembang, hingga menemui masa pandemi Covid-19. Namun kondisi setelah pasca-pandemi konstruksi mulai menurun, sebaliknya permintaan pada desain bangunan yang lebih banyak.

Meski Hasta Bali Konstruksi masih menerima proyek-proyek konstruksi khususnya dari klien swasta, Alit Ariana sempat di posisi terendah dan mengalami kerugian. Apalagi terlibat dalam proyek konstruksi harus memiliki perhitungan yang matang dan kemampuan dalam mengelola proyek sesuai dengan anggaran yang ditetapkan klien. Setelah 2020, Alit Ariana mulai bangkit lagi, dan berupaya memulihkan perusahaan yang sudah berjalan selama 12 tahun tersebut. Di antaranya dengan menjaga kepercayaan klien dan mengikuti tren dan inovasi dalam konstruksi maupun arsitektur.

Terkait tren dan inovasi, Alit Ariana menyadari adanya dilema dalam melestarikan arsitektur tradisional Bali. Dia mengakui bahwa dalam beberapa kasus, ia tidak bisa selalu dapat mengikuti konsep arsitektur tradisional Bali, bila klien memiliki preferensi sendiri. Selama belasan tahun perjalanannya, ia sebisa mungkin melestarikan elemen-elemen tradisional Bali, seperti menggunakan bahan-bahan seperti batu alam yang menjadi khas arsitektur Bali atau menerapkan elemen-elemen tersebut pada panel-panel tertentu saja. Dalam hal ini ia menggunakan keahlian dan pengetahuannya untuk menciptakan harmoni antara tradisi dan perkembangan zaman, tanpa mengorbankan keaslian Budaya Bali.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!