Perhiasan Perak Ipin Silver Berpendar hingga ke Mancanegara

Perhiasan berbahan perak telah menjadi salah satu cendera mata yang kerap dibawa oleh para wisatawan di Bali saat pulang ke negaranya. Tak sedikit toko maupun galeri perhiasan di Pulau Dewata yang menjajakan perhiasan dari perak kepada para pelancong. Salah satu produsen perak yang telah lama eksis di seputaran Canggu dan Denpasar Barat adalah CV Ipin Silver. Berkat perjuangan sang pemilik usaha yaitu Siti Sumarwik, akhirnya berhasil memperkenalkan pendar perhiasan perak hasil buah tangan pengrajin CV Ipin Silver ke pasar luar negeri.

Belakangan perak menjadi salah satu jenis material perhiasan yang diminati berbagai kalangan, bersaing ketat dengan perhiasan berbahan emas. Sifatnya yang mudah dibentuk membuat perak dapat dikreasikan menjadi beragam rupa perhiasan. Mulai dari perhiasan berupa cincin, gelang, anting, kalung, bros dan lain sebagainya. Tampilan perhiasan jenis ini dapat semakin kemilau jika dipadupadankan dengan jenis bebatuan lain.

Salah satu tempat di Bali yang menyediakan aneka perhiasan perak yaitu di Jl. Tangkuban Perahu No. 288 Denpasar Barat. Di lokasi usaha CV Ipin Silver ini wisatawan tidak hanya dapat membeli perhiasan perak yang sudah jadi melainkan juga dapat memesan perhiasan sesuai selera masing-masing. Hal ini lantaran CV Ipin Silver memproduksi sendiri produk berbahan perak yang dibuat oleh para pengrajin perak berpengalaman.

“Kami menawarkan aneka perhiasan dan kerajinan lainnya berbahan perak dengan menyasar pangsa pasar kalangan wisatawan yang datang ke Bali. Mereka sangat tertarik dengan kerajinan perhiasan hasil karya pengrajin di sini karena memiliki tingkat kerumitan yang tinggi pada proses pengerjaannya”, ujar Siti Sumarwik.

Perjuangan Siti Sumarwik mengawali usaha penjualan perhiasan perak ternyata tidak mudah. Pada awalnya kerajinan perak selalu diasosiasikan dengan Desa Celuk di Gianyar lantaran di desa itu secara turun temurun masyarakatnya merupakan pengrajin perak yang andal. Sedangkan dirinya yang memulai usaha di kawasan Canggu di tahun 90-an yang saat itu masih merupakan daerah yang sepi dari pembangunan pariwisata. Sehingga tantangan yang ditemui adalah bagaimana menggaet pasar dari luar negeri agar tertarik melihat produknya yang tak kalah indah dari buatan pengrajin tradisional di tempat lainnya.

Beruntung dirinya memiliki sikap pantang menyerah, membuat Siti Sumarwik terus gencar memperkenalkan keindahan perhiasan perak kepada para calon customer. Hingga akhirnya usahanya kian berkembang ditandai dengan semakin banyaknya klien yang memesan produk perhiasan perak padanya. Desain produk Ipin Silver tidak berpatokan pada tema tertentu, melainkan dapat disesuaikan dengan model terkini ataupun preferensi desain dari para customer.

“Saat ini kami berfokus pada penjualan ekspor perak ke berbagai negara contohnya Belanda dan negeri tetangga yaitu Australia”, tuturnya.

Bekerja Sembari Beribadah

Siti Sumarwik mengatakan tidak pernah menyangka sebelumnya akan berhasil menekuni bisnis di lini fashion perhiasan perak. Ia mengisahkan dirinya berasal dari latar belakang keluarga dengan ekonomi rendah. Perempuan asal Genteng, Banyuwangi ini mengungkapkan pengalamannya dulu di masa kecil telah akrab dengan kehidupan serba sederhana. Ayahnya merupakan seorang pembuat dan penjual tahu sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Pendapatan kedua orangtuanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, membuat Siti kerap tidak berani meminta banyak dari orangtuanya.

Di saat bertumbuh dewasa, Siti mulai melihat berbagai peluang yang dapat membawa ekonomi keluarganya lebih maju lagi. Saat ia sudah menikah, perempuan kelahiran 22 April 1977 ini melirik peluang usaha penjualan perhiasan perak.Bersama sang suami yang bernama Muhammad Zaenul Arifin, Siti mengawali langkah usaha perhiasan perak di Pulau Jawa. Setelah itu baru kemudian memutuskan untuk berekspansi ke Bali.

Siti mengungkapkan pasang surut usaha telah ditemui selama puluhan tahun menekuni bisnis ini. Pernah mengalami masa di mana seluruh karyawannya berhenti bekerja hingga adanya tantangan usaha pada pandemi Covid-19. Setiap rintangan yang ditemui berusaha ia hadapi dengan lapang dada disertai pemikiran bahwa nanti saat ia berhasil melewatinya maka ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

“Bekerja harus diimbangi dengan ibadah. Secara rohani kita berusaha dengan jalan beribadah, secara jasmani kita bekerja sesuai dengan kemampuan yang kita punya”, ujarnya menjelaskan kunci keberhasilannya menghadapi setiap tantangan kehidupan.

Saat ini perusahaannya telah menaungi 30 orang karyawan. Berbicara mengenai manajemen SDM, Siti mengatakan memilih untuk menjunjung sistem kekeluargaan. Hal itu dimaksudkan untuk membangun suasana nyaman dalam bekerja. Bila ada karyawannya yang melakukan suatu kekeliruan, Siti akan melakukan pendekatan personal terhadap karyawannya tersebut dan tentunya menghindari menegur langsung karyawan di muka umum.

Sebagai salah satu pengusaha sukses melalui bidang usahanya, Siti Sumarwik berpesan kepada kalangan muda di Bali yang ingin mengikuti jejak langkah sebagai pengusaha untuk selalu mengutamakan kejujuran. Karena melalui sikap tersebut akan mudah meraih kepercayaan dari berbagai pihak. Selanjutnya dengan modal kepercayaan itulah maka akan lebih memudahkan langkah usaha dalam kondisi apapun.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!