Pergolakan Harga dan Pelayanan di Dunia Penginapan Pascapandemi

Meski pandemi Covid-19 sudah usai dan berganti status menjadi endemi, banyak pihak termasuk pakar kesehatan dan pengamat ekonomi mengakui bahwa “tidak ada masa sebaik sebelum pandemi Covid-19”. Pernyataan ini juga tak ditampik oleh para pelaku bisnis khususnya di pariwisata, termasuk I Ketut Sujak Aditya, pegelola dari D’Padang Villa & Homestay. Meskipun situasi telah brubah, kenangan dan tantangan selama pandemi tetaplah membekas, dan para pelaku usaha harus terus beradaptasi dengan kondisi yang berubah dan tetap bersemangat dalam mengelola bisnis, agar tak menjadi penonton di tanah sendiri.

I Ketut Sujak Aditya

Sujak Aditya, pria asal Jimbaran ini memilih jalan kariernya di pariwisata. Setelah lulus dari SMK Nusa Dua, jurusan akomodasi perhotelan, ia bekerja di The Samaya Seminyak sebagai Daily Worker selama satu tahun sembilan bulan. Kemudian beranjak ke Swiss-Belhotel, ia diterima di bagian Housekeeping dan masih sebagai Daily Worker, sebelum dipindahkan ke ke area pool. Melepas kariernya di hotel, Sujak Aditya tertarik untuk mendaftar sebagai kru kapal pesiar pada tahun 2011. Di awal ia masih menghadapi penolakan, kemudian disarankan untuk magang terlebih dahulu. Setahun kemudian ia akhirnya lolos, barulah ia memulai perjalanannya ke kapal pesiar pada tahun 2012 sebagai Helper dan tahun 2013 beralih ke Dining room.

Setelah menikah, Sujak Aditya mendapatkan tawaran untuk mengelola restoran, namun usaha tersebut hanya beberapa tahun karena kendala akses yang sulit. Tahun 2017 pamannya membuka usaha penginapan D’Padang Villa & Homestay, yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Sujak Aditya. Awalnya ia merasa bingung dan kurang percaya diri karena belum memiliki pengalaman dalam bidang pengelolaan akomodasi. Ia belum familiar dengan sistem pemasaran, pemesanan online dan cara mengelola tamu check-in dan check out secara online. Ia pun mencari bantuan dari teman-teman seprofesinya yang mau berbagi ilmu dan pengalaman. Salah satu rekannya yang merupakan seorang manajer akomodasi turut membantunya belajar dan memahami seluk-beluk pengelolaan penginapan.

Setelah pandemi Covid-19, Sujak Aditya memutuskan keluar dari agen dan mengelola penginapan secara mandiri. Meski kondisi pascapandemi masih menantang, ia mampu meningkatkan tingkat okupansi penginapan dengan baik. Sujak Aditya sangat bersyukur bisa melalui dan mempertahankan bisnis selama pandemi, jadi penginapan tersebut tak sampai jatuh ke tangan orang asing. Setelah melalui tantangan tak pernah ada tamu sama sekali meski membuka harga Rp100 ribu/hari, kemudian mengubah sistem harga menjadi Rp1,5 juta/bulan demi membiayai operasional penginapan. Kini, dari segi harga dan pelayanan, tidak ada yang sebaik masa sebelum pandemi, karena banyak penginapan harus beradaptasi dengan kebijakan pemerintah yang telah masuk ke era pemasaran online dengan penetapan harga yang ketat.

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, Sujak Aditya tetap bersemangat dan gigih dalam mengelola penginapannya. Dengan kebijaksanaan dan ketekunan, ia berharap dapat pulih dari dampak pandemi dan kembali meraih kesuksesan seperti sebelumnya, meski tak ada masa sebaik sebelum pandemi. Harapannya, Uluwatu akan tetap menjadi daerah yang tak secrowded dengan kawasan wisata lainnya, dan peran desa dalam mengaturnya menjadi hal yang penting.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!