PERCAYA DIRI DENGAN KONSEP BALI KLASIK

Taufik Junianto General Manager La Taverna Hotel
Taufik Junianto General Manager La Taverna Hotel

Pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada 2016 sudah pasti akan menimbulkan berbagai konsekuensi yang harus ditanggung oleh negara-negara yang tercakup di dalamnya, tanpa terkecuali Indonesia. Datangnya gelombang tenaga kerja menuju Indonesia sudah pasti tidak bisa dihindari, sehingga persaingan tenaga kerja dari dalam dan luar negeri juga pasti tidak bisa dielakkan. Di sinilah kompetensi sumber daya manusia sangat menentukan.

Di Bali sendiri gelombang kedatangan tenaga kerja asing sudah berjalan sejak lama, terutama tenaga kerja yang berhubungan dengan bisnis pariwisata. Saat ini saja chain hotel berada di Bali dan tidak sedikit yang mempekerjakan tenaga profesional asing. Bahkan kebanyakan chains hotel memberikan program peningkatan sumber daya yang memberikan prioritas bagi karyawan yang hendak pindah kerja, tetapi masih dalam chain hotel yang sama. Belum lagi dengan tenaga terdidik dari Singapura, Filipina, Thailand, dan Malaysia yang kini sudah mulai berdatangan ke Bali. Ini terbukti dengan beberapa hotel yang telah merekrut staf dari tenaga kerja asing yang ditempatkan sebagai guest relation yang bersifat guide .

Gelombang kedatangan tenaga kerja dari luar negeri tentunya berkaitan dengan demand tenaga kerja di bidang pariwisata yang masih sangat tinggi, sehingga tenaga kerja yang berpengalaman (mengetahui seluk-beluk dan pasang surut bisnis pariwisata) dari dalam dan luar negeri sangat cepat terserap, namun di sisi lain ada juga tenaga kerja di bidang pariwisata yang memilih meninggalkan bidang tersebut karena alasan situasi keluarga maupun alasan lainnya. Untuk menghadapi tantangan MEA, sumber daya manusia Bali yang sudah ada harus diupgrade dari segi edukasi dan mentalnya. “Di dunia pariwisata tidak boleh ada yang merasa tua agar tetap bisa beradaptasi dan menyerap perubahan. Tenaga-tenaga pariwisata harus diedukasi secara spesifik agar mampu menjawab tantangan di Lapangan,” tegasnya.

La Taverna Hotel View
La Taverna Hotel View

Membaca realita tersebut Taufik Junianto, General Manager La Taverna Hotel berpendapat bahwa nilai jual tenaga kerja nasional harus ditingkatkan bila tidak ingin tergeser oleh tenaga kerja asing. Sebenarnya bila ditelisik lebih jauh masih banyak tenaga lokal yang potensial dan mampu bersaing dari segi kompetensi dengan tenaga kerja asing, bahkan beberapa diantaranya mampu menerobos pangsa lapangan kerja hingga ke luar negeri. Namun harus diakui belum semua pengusaha di bidang pariwisata memiliki keberpihakkan terhadap tenaga kerja lokal dengan alasan kualitas sumber daya manusianya belum berstandar Internasional. Untuk mengatasi hal ini pria yang lebih akrab disapa Taufik ini mengatakan bila para pengusaha dan tenaga kerja lokal harus mapan terlebih dulu di tempat usaha sendiri.Di samping itu, guna mendapatkan sumber daya manusia profesional di Bali, maka pendidikan yang terkait dengan bidang pariwisata harus ditingkatkan kualitasnya agar mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing di level internasional. Kebutuhan-kebutuhan terhadap SMK Pariwisata yang memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bidang pariwisata harus segera direspon oleh para pemangku kepentingan. Dengan SMK Pariwisata yang ditingkatkan kualitasnya setaraf standar-standar Internasional dari dini akan menciptakan generasi-generasi praktisi pariwisata Bali yang berkualitas Internasionak dan mampu bersaing di MEA dan pasar Internasional.

Di tengah persiapan menghadapi tantangan MEA, Taufik optimis Bali bisa mengikuti kondisi tren pasar saat ini dan tetap bisa menjadi tempat potensial pariwisata yang masih menjadi ikon. Menurutnya, kalau Bali mau bersaing dengan beberapa destinasi wisata yang ada di negara tetangga, para pemangku kepentingan pariwisata Bali harus terlebih dulu melihat segmentasi pasarnya. Dengan mengembangkan berbagai segmen pasar berarti menciptakan pasar yang baru. Harus disadari pula saat ini dunia perhotelan tidak lagi berorientasi pada pasar tradisional tapi lebih pada demand market. Bali dalam dua sampai tiga tahun ke depan akan sangat tren sebagai wedding destination selain sebagai honeymoon destination. Selain itu, lama-kelamaan Bali juga akan dikenal sebagai MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) destination. Komponen pasar untuk wedding, MICE, dan event juga masih bisa dikembangkan lagi sektor-sektornya.

Menghadapi persaingan dengan destinasi wisata di sejumlah negara tetangga, Taufik berpendapat Bali harus kembali pada konsep awal mengenalkan Bali sebagai apa di dunia pariwisata. Apakah ingin mengenalkan Bali yang identik dengan back to nature, seperti konsep La Taverna tempatnya bekerja yang identik dengan gaya Bali klasik atau mengenalkan Bali dalam wajah yang serba modern memang masih terus menjadi perdebatan di kalangan praktisi pariwisata hingga saat ini. Di sini pemerintah dan para pelaku bisnis pariwisata perlu mempertimbangkan lagi dengan jeli ke depan ingin membawa pariwisata Bali ke arah mana?

La Taverna sendiri merupakan usaha PMA di bidang akomodasi yang sudah berjalan selama 40 tahun di Bali. Dibangun pertama kali pada tahun 1968 oleh dua orang bersaudara asal Italia yang jatuh cinta dengan Bali. Awalnya hanya membangun restoran kemudian berkembang menjadi hotel berkonsep Bali klasik era 60-70an. Saat ini La Taverna memiliki 48 kamar, 35 unit dengan 4 tipe.

Bersama La Taverna Taufik percaya diri mengusung konsep Bali tahun 60-70an, sehingga sangat cocok bagi Bali autentic traditional market. Di samping itu, Taufik juga mengembangkan segmentasi pasar untuk wedding dengan konsep yang sesuai dengan nuansa tradisional La Taverna. Sebelum meraih posisi sebagai general manager di La Taverna hotel, Taufik harus melalui tangga karir dan berbagai pengalaman kerja yang panjang.

La Taverna View and Room
La Taverna View and Room

                Pria bernama lengkap Taufik Junianto ini lahir di Surabaya, 19 Juni 1974 dari pasangan Nurhadi dan Jumani. Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil, sedangkan ibunya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

                Meski tumbuh dalam keluarga kurang mampu, Taufik dididik dengan kedisiplinan menjalankan ajaran agama. Setiap subuh, orang tuanya membangunkan Taufik agar menjalankan shalat subuh. Kedisiplinan inilah yang menumbuhkan nilai-nilai kebaikan dalam dirinya kelak.

                Semasa kecil Taufik pernah memimpikan menjadi seorang pegawai bank. Baginya pekerjaan sebagai pegawai bank sesuatu yang prestise karena berada di ruang yang megah ber-AC, gaji besar, dan punya waktu luang di akhir pekan. Namun seiring perjalananan waktu, nasib justru mengantarkannya menjadi seorang profesional yang bekerja di bidang pariwisata.

                Setamat SMA,Taufik tertarik dengan dunia pariwisata Bali. Kebetulan waktu itu ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah pariwisata Bali sekaligus menjalani training. Setelah datang ke Bali, Taufik semakin jatuh cinta dengan pariwisata Bali, bahkan kini ia hampir 19 tahun tinggal di Bali dan berkiprah di bidang pariwisata.

Pria yang menggemari musik Jazz klasik seperti Billie Holiday ini mengawali karir di dunia pariwisata pada tahun 1994-1995 sebagai bellboy. Selanjutnya, sejak tahun 1996, Taufik lebih tertarik menekuni dunia sales dan marketing perhotelan. Pertama kali ia bekerja di Camplung Sari Hotel, sebuah hotel bintang tiga di Ubud pada. Kemudian Taufik bekerja di Puri Bagus Villa Resort selama enam tahun. Sempat juga ia bekerja di Maya Ubud dan The Legian Beach selama empat tahun yang merupakan hotel bintang lima sekelas Four Season dan Bulgari. Selain pernah berkecimpung di Luxury hotel, Taufik juga pernah mengelola golf resort dan professional conference organizer seperti MICE. Sebelum bergabung dengan La Taverna hotel, Taufik bekerja di Le Grande hotel. Sejak berhenti dari Le Grande hotel, Taufik menemukan passion baru, yaitu menggeluti segala sesuatu yang berhubungan dengan operational hotel . Pria asal Surabaya ini melihat ada challenge tersendiri bagaimana bisa menjual konsep bali tahun 60 -70-an yang ditawarkan La Taverna hotel di era sekarang, apalagi saat ini tidak banyak lagi hotel yang mengusung konsep Bali klasik, sementara La Taverna hotel dari segi bangunan, latar belakang, kebun, interior dan eksterior memang sengaja mengusung konsep Bali Klasik.

La Taverna Resort & Villas
La Taverna Resort & Villas

Sebagai seorang general manager La Taverna Hotel, Taufik merasakan tantangan terberat di La Taverna ada di marketing karena marketing perlu konsistensi dan kontinuitas promosi agar bisa menjaring tamu dan melanggengkan roda bisnis. Dengan kejelian dan perhitungan, Taufik pun membidik segmentasi pasar Eropa dan Australia yang lebih menggemari nuansa Bali klasik, sehingga tidak mengherankan jika tidak banyak wisatawan Asia yang datang ke La Taverna hotel. Dalam mengelola La Taverna hotel, Taufik selalu mencoba mengenali karakter hotel sesuai visi sang pendiri, tidak hanya mengikuti arus permintaan pasar semata.

Ke depan Taufik masih ingin mengembangkan hotel dengan peningkatan SDM yang berkelanjutan, sehingga bisa terus berkembang menjadi hotel bintang 3, hotel bintang 5, dst. Sebagai seorang profesional yang bekerja di bidang pariwisata, Taufik berharap agar pemerintah provinsi Bali terus meningkatkan infrastruktur dan SDM lokal Bali, terutama yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan di Bali. Layanan kebersihan, kenyamanan, dan keamanan juga perlu ditingkatkan, sehingga para wisatawan yang datang ke Bali bisa menikmati liburan dan pesona Pulau Dewata dengan tenang, nyaman, dan aman. Selain itu, pemerintah juga harus memiliki sistem planning pengembangan pariwisata jangka panjang agar pariwisata Bali bisa berkelanjutan dan berdaya saing, serta tidak musnah ditelan zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!