Pensiun Dini Dari Pramugari Kini Jadi Pengusaha Wanita Yang Berdikari
Kehidupan masa kecil Kristyaningsih yang sulit, sempat mati suri di usianya yang ke 4 tahun, kabur dari rumah karena tidak menyetujui pernikahan yang diinginkan orang tuanya, naik angkot sampai ke kota bermodalkan ijazah, menghantarkan dirinya kepada pengalaman berharga tiada duanya yang kini menjadi kunci membuka pintu kesuksesan yang bersinar terang berkat tekad dan kegigihannya.
Sebelum sukses menjadi seorang pengusaha, Kristyaningsih pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Namun, karena pada dasarnya ia adalah pribadi yang aktif dan tidak bisa berdiam diri, wanita asal Pati 12 Desember 1974 ini, memanfaatkan waktu libur dan cutinya untuk berbisnis sampingan membangun sebuah agen distributor, butik dan jahitan yang berkembang dengan sangat baik. Selain alasan tersebut, ia pun berpikir pekerjaan pramugari yang ia jalani, tidak bisa ia tekuni hingga usia 56 tahun, karena suatu saat nanti ia pun akan memiliki keluarga yang menjadi fokus utamanya.
Meski berkembang cukup pesat hanya dalam kurun waktu enam bulan, ada sisi kehidupan Kristy yang membuat ia merasa tidak nyaman, akibat putus cinta setelah perpisahan dengan mantan kekasih. Sambil mengingat kembali kisahnya saat itu, dengan wajah tersipu malu ia menceritakan keputusannya untuk pindah ke Bali dan bertekad untuk menjadi wanita yang lebih baik dalam karir terutama bijak dalam pola pikir.
Meninggalkan Jakarta, dan pindah ke Bali pada tahun 2002, bisnis ini kemudian di take over kepemilikannya kepada teman dekat. Pada tahun 2006, ia kemudian menikah, selang dua tahun tepatnya pada tahun 2008-2011, ia meneruskan kuliah di jurusan Ekonomi Pariwisata. Kristy menjalani kuliahnya sembari bekerja sebagai pramugari Garuda yang membuka base baru di Bali. Sang suami yang memiliki bisnis bernama Miyagi Tour & Travel yang awal mulanya berlokasi di Yogyakarta, telah lama ditinggal mulai ditekuni pada tahun 2008, meski belum begitu mengerti menjalankan bisnis ini, sehingga bisnisnya berkembang dengan lambat.
Hari demi hari ia menjalankan bisnis tour & travel dengan serius, semakin mengerti dan semakin banyak juga relasi yang ia kembangkan dengan mengikuti beberapa grup bisnis di Yogyakarta, sehingga mempermudah jaringan usahanya semakin melebar, lalu tidak menunggu lama ia kembangkan lagi bisnisnya dari nol, merambah ke pulau Bali di bidang tour & travel dan property pada tahun 2010 yang sekarang mempunyai tim sendiri dan manajemen dengan nama yang sama, yakni Miyagi Tour & Travel. Tahun 2015, ia memutuskan untuk pensiun dini dari Garuda setelah selama 21 tahun masa kerja, lebih awal empat tahun dari masa pensiun.
Dengan strategi mengkombain beberapa usahanya dan membuat beberapa paket yang menarik dalam bisnisnya, menjadikan Miyagi Tour & Travel dan property miliknya diminati banyak orang di pasarnya, dan berkembang dengan pesat dengan jumlah tujuh orang karyawan di daerah Pecatu, sedangkan bisnisnya di Yogyakarta yang terus berkembang dengan tujuh orang karyawan tetap dan beberapa karyawan freelance lainnya yang membuat bisnis Travel dan Propertinya semakin kuat.
Mati Suri di Masa Kecil
Sejujurnya dari lubuk hati yang paling dalam Kristy mengatakan, masa kecilnya di kampung terbilang sulit. Ia dilahirkan sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari rahim seorang ibu yang bernama Elizabeth Sulastri yang bekerja sebagai pedagang di pasar dan sang ayah bernama Filemon Suwito sebagai pencukur rambut. Kedua orang tuanya adalah sosok yang sangat berjasa seakan tak kenal lelah membesarkan ke empat anaknya “Dulu makan beras susah, di kampung dulu lebih sering makan nasi jagung dan singkong, makan telur pun mungkin cuma satu minggu sekali” ungkapnya. Untuk membantu keluarganya, Kristy terkadang harus membantu tetangga untuk mencuci piring dan bersih-bersih rumah.
Sempat mati suri di usia empat tahun, saat bermain Kristy terjatuh dari sepedanya tanpa ada denyut di nadinya. Seluruh warga di kampung menenangkan Ibunya untuk mengikhlaskannya kembali ke sisi Tuhan. Ibunya sendiri justru yakin bahwa anaknya belum meninggal dan menolak untuk menguburkannya. Sungguh keajaiban Tuhan datang berkat keyakinan dan doa sang ibu. Kristy kembali tersadar dari mati surinya, kembali ke dunia dengan banyak harapan yang tentunya akan dibawa di kehidupan barunya dimulai saat itu.
Pribadinya sedari kecil memang sudah dikenal aktif, seiring perkembangan kedewasaannya, Kristi banyak menjuarai perlombaan kelas ataupun kampungnya, diantaranya adalah paskibraka dan menulis, membuat dirinya menjadi primadona juga kembang desa yang dikenal akan bakatnya. Sehingga setelah menamatkan sekolah, banyak orang kaya di kampungnya yang datang untuk melamar dirinya, orang tuanya pun pada saat itu menyetujui dirinya dinikahkan dengan orang yang jauh lebih bergelimang materi dibandingkan dengan kehidupan keluarganya. Hal itu semata karena alasan ekonomi agar Kristiy bisa meneruskan kuliah, tapi tidak baginya, dirinya masih sangat muda untuk berkeluarga, karena menurutnya berkeluarga dan mengurus anak pada saat itu justru membuat dirinya terkurung dan tidak berkembang. Ia kemudian memutuskan untuk kabur dari rumah, disaat inilah Kristy memulai perjalanan hidupnya.
Kebulatan tekad
Naik angkot sampai ke kota, berbekal ijazah dan kebulatan tekad untuk menjadi orang yang sukses, saat itu peran kakaknyalah yang menyokong biaya kebutuhan hidup Kristy dalam pelariannya. Pada saat itu Kristy tidak mengulur waktu dan terlalu lama menyusahkan kakaknya, ia pun segera mengikuti tes perekrutan pramugari yang infonya ia dapat dari koran, diikutinya tahap demi tahap, hingga kesabaran, kegigihan juga tekatnya membuahkan hasil. Akhirnya Kristy pun diterima sebagai pramugari di PT. Garuda Indonesia.
Bekerja dengan rajin adalah motivasinya untuk menjadi seseorang yang sukses, dengan latar belakang keluarga yang sulit, sosok kedua orang tuanya tentu sangat menginspirasi dirinya untuk terus berjuang dengan apa yang dimiliki. Tapi walaupun begitu, sosok religius orang tuanya juga sangat menjadi pengingat Kristiyaningsih untuk selalu berlutut dan berdoa kepada tuhan. “Tuhan tidak mungkin kasih jika kita tidak minta” begitu kata perempuan penyayang keluarga yang akrab di panggil kristy ini.
Sekarang Kristy sangat sadar dengan karakter Ibunya yang keras dalam mendidik anaknya, tidak lain tidak bukan karena mengkhawatirkan masa depan anaknya kelak, teringat lagi sosok ibunya yang giat untuk memulai aktifitas dari jam 4 pagi untuk berjualan dipasar, dan bapaknya yang bekerja tak kenal lelah pagi, siang dan malam, menjadikan pribadi kristy kuat dan fokus untuk meraih impiannya.
Sebuah buku dan harapan
Kristy yang sedari dulu suka dengan aktivitas tulis-menulis dan dibantu oleh beberapa tim yang sangat tertarik dengan kisah hidupnya, akhirnya mempublikasikan sebuah buku berjudul “Panggil Aku Kristy”. Buku yang berisi tentang lika-liku perjalanan hidupnya dan sebuah harapan akan memotivasi generasi muda dan orang-orang yang membacanya, bahwa untuk mencapai sesuatu itu tidaklah instan, mimpi akan menjadi kenyataan bila dilandasi kemauan yang keras.
Pesan itulah yang ingin Kristy sampaikan kepada adik-adiknya, juga generasi muda di kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah, bahwa hal itu akan menjadi mungkin jika kita mempunyai keinginan. “Lakukanlah yang terbaik bagi keluarga dan teman teman terdekat agar hidupmu berarti” Kalimat inilah yang menjadikan tolok ukur sukses Kristy saat ini, bukan lagi persoalan kaya secara materi, tetapi menurut Kristy hidup di dunia ini haruslah berarti dan bermanfaat bagi orang lain disekitarnya.
Hal ini untuk siapapun yang mempunyai tekad yang kuat, bukan persoalan dirimu kaya ataupun miskin, punya ataupun belum punya, jangan padamkan semangat yang ada dalam diri kita, karena jika kita punya semangat dan doa semuanya akan baik-baik saja.
Kisah Kristy yang dulunya anak singkong yang mati suri, lalu menjadi pramugari di sebuah maskapai penerbangan Indonesia, dan sukses meniti karir bisnisnya hingga sekarang ini sempat dilirik oleh beberapa sutradara film Indonesia yang tertarik untuk mengulas kisahnya untuk di produksi dilayar lebar, bahkan penyunting film, Kiki Nuriswan pun sempat menulis skenario kisah hidup dirinya. Memang kisah hidup Kristy sangat menarik untuk diterjemahkan dalam rekam visualnya, memang setiap langkah kehidupnya seperti benang yang dirajut dengan susah payah namun menghasilkan sebuah kain mahal yang indah.
Selain berkutat aktif menjalankan bisnisnya di Bali dan Yogyakarta, saat ini dirinya yang telah dikaruniai dua orang anak bernama Elizabeth Retko dan Thomas Christian, juga fokus untuk mendidik putra putrinya. Salah satunya mengajak mereka ikut dalam kegiatan bisnisnya, harapannya hal ini dapat mengedukasi anak-anaknya agar kelak mereka terbiasa dengan ritme pekerjaan yang ia lakukan.
Terlepas ingin menjadi apa anak-anaknya kelak, hal terpenting yang dilakukan Kristy sebagai Ibu adalah terus memotivasi anaknya untuk menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang-orang tersayang dan juga lingkungan.
Karena keluarga merupakan sumber energi positif dalam menjalankan aktivitas hariannya, tanpa dukungan dari mereka ia tidak akan menjadi sosok pribadi yang kuat seperti saat ini. Dirinya pun berharap dapat memberi waktu yang berkualitas untuk keluarga. Disela-sela kesibukannya yang lain, ia akan melanjutkan kuliah Theologi pada Juli 2019 dan melalui proses pentahbisan evangelist, ia dapat meningkatkan pelayanan kepada Tuhan, sebagai bentuk puji syukurnya atas segala anugerah dan pencapaiannya yang telah ia terima dalam hidup.