Penginapan yang Hangat dari Sang Pemilik Warga Asli Ubud

Memiliki bisnis di dunia pariwisata, berarti berani untuk membangun kompetisi dengan para pelaku pariwisata lainnya, meski dengan teman atau bahkan keluarga sendiri sekalipun. Belum lagi orang asing pun berlomba-lomba untuk menginvestasikan dananya secara besar-besaran di pulau yang masih menjadi primadona pariwisata dunia ini.

Ketut Adi Adnyana meluluskan sekolahnya pada tahun 1990, selepas tamat, ia sempat melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Udayana, namun karena tidak memiliki biaya, kuliahnya tidak bisa diselesaikan.

Membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu berangkat dari lulusan tinggi, hal inilah yang difokuskan anak ke lima dari lima bersaudara ini. Ketut Adi Adnyana kemudian bekerja, sebagai jasa fotografer di Fuji Film, untuk kebutuhan, terutama untuk anak-anak sekolah. Keahlian ini sudah dilakoninya sejak SMA, sehingga ada sebuah harapan untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain bergantung daripada pendidikan di sekolah.

Selama enam tahun, pekerjaan tersebut menjadi pencaharian utamanya, ia pun dapat menyisihkan penghasilannya, dengan membuka usaha kecil-kecilan yakni berupa toko souvenir, dan sebuah toko buku. Namun karena zaman yang semakin modern, memperoleh informasi dengan media buku pun mulai ditinggalkan oleh sebagian orang, dan memilih dengan cara lebih praktis melalui teknologi internet.

Karena peminat membaca buku berkurang, toko tersebut pun terpaksa ditinggalkan. Ia kemudian mengambil langkah untuk bergerak dalam akomodasi transportasi tour & service, di mana ia sekaligus berperan sebagai driver sejak tahun 1996. Setelah mengalami perkembangan yang cukup baik, ia kemudian menambah tiga staf driver dan dua orang karyawan.

Ketut Adi Adnyana sempat mengalami kondisi yang tidak stabil, seperti halnya pelaku pariwisata lainnya, saat peristiwa krisis moneter dan Bom Bali, membuat pengusaha sempat kelimpungan.Dari akomodasi, seiring berjalannya waktu dari modal yang berhasil dikumpulkan, ia kemudian membangun sebuah penginapan dengan jumlah sembilan kamar dan satu ruang untuk kantor. Dalam membangun usaha ini, Ketut Adi Adnyana tidak sendiri, ia juga dibantu oleh keluarga terutama istri dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar, agar nyaman ditempati pengunjung sebagai rumah kedua mereka.

Menginjak 49 tahun, perkembangan zaman pun tak bisa dihindari, Ketut Adi Adnyana tak bisa menampik, mulai kewalahan dengan perkembangan IT yang begitu pesat. Ia pun sadar segala inovasi sekaligus kebutuhan di Adi Bisma Inn, dapat ia kembangkan seiring dengan perkembangan media sosial. Untuk mewujudkan hal ini, ia pun merekrut karyawan yang ahli dalam bidangnya, agar usahanya tidak ketinggalan zaman dalam hal teknologi.

Kini Adi Bisma Inn yang berlokasi di Jalan Bisma, Ubud ini, telah memiliki enam orang karyawan, dengan fasilitas guest house, teras, restoran, kolam renang luar ruangan dan taman. Setiap kamar memiliki balkon, area tempat duduk, AC dan lemari pakaian. Receptionist yang ramah dan fasih berbahasa Inggris, Indonesia, dan Korea siap membantu Anda setiap saat atau mencari tahu layanan apalagi yang ditawarkan. Seperti Anda dapat bersepeda adalah salah satu kegiatan yang dapat Anda lakukan di dekat penginapan atau mengunjungi Pura Saraswati berjarak kurang dari 1 km, Pasar Ubud dapat dicapai dalam 14 menit dengan berjalan kaki.

Dari kesuksesannya membangun beberapa usaha, meliputi akomodasi penginapan, spa “Goutama Spa & Lyang Lyang Spa” dan laundry, ia juga bekerja keras agar anak-anaknya tidak memiliki nasib pendidikan yang sama dengannya. Ia pun wujudkan hal tersebut, dengan membawa masa depan anak pertamanya, Wayan Yudha Andayana yang berhasil mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika pada tahun 2017 hingga 2018. Dan saat ini tengah melanjutkan kuliah di STP Bali. Untuk anak kedua, Made Yudhi Pradnyana baru menginjak kelas VI SD. Setelah anak-anaknya meluluskan sekolahnya, Ketut Adi Adnyana berharap mereka dapat memilih apa yang menjadi minat mereka atau mengikuti jejak orangtua untuk membangun usaha pariwisata.

Untuk generasi muda minimal harus membuka diri dengan perubahan, apalagi memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan lebih mudah akrab dengan ilmu IT. Yang tentu di zaman ini, informasi lebih mudah didapatkan, dibandingkan zaman dulu. Agar kelak generasi muda Balilah yang akan menjadi seorang pengusaha yang sukses di daerah sendiri, sekaligus diharapkan dapat menjadi pemilik daripada tanah Bali itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!