Penginapan Jungle Villa di Tengah Hutan Mampu Menarik Pesona Wisatawan
Mengandalkan insting, begitulah Ni Wayan Supadminingsih saat berjalan-jalan bersama sang suami dan menginjakan kakinya di atas tanah dengan hamparan pohon hijau disekitarnya. Bermula dari satu kamar dan akhirnya bertambah sedikit demi sedikit, setelah ia melihat ada pemandangan yang lebih indah di tengah hutan, dari sanalah ia kemudian membangun usahanya yakni, Jungle Villa.
Sebelum membangun Jungle Villa, Supadmi tidak pernah terpikir untuk membangun usaha di bidang properti. Ia masih seorang pekerja biasa yang bekerja pada posisi villa cordinator di Ubud selama tujuh tahun. Hingga suatu hari pada tahun 2011 ia dan suami berjalan-jalan dan sampai di suatu tempat dengan hamparan pohon hijau disekitarnya, ia merasakan ada sesuatu saat melihat dan menginjakan kakinya di tempat tersebut.
Di tahun 2012 pun diputuskan untuk pun membeli tanah tersebut tapi hanya pada bagian depannya saja. Setelah memangkas dan dibersihkan dari semak belukar, tampaklah pada bagian belakang tanah tersebut terdapat pemandangan yang indah. Ia dan suami lalu memutuskan menambah jumlah kamar, dari empat kamar, terus bertambah hingga sampai saat ini berjumlah sebanyak delapan kamar.
Dalam hidup, tidak ada tantangan yang lebih menantang dari pada menantang diri sendiri. Sempat ia berpikir apakah ia bisa menjalankan usaha ini, dengan usaha dan kerja keras serta dibantu oleh manajemen untuk pengelolaan vilanya, tamu Australia dan Eropa berhasil menjadi peminat dari Jungle Villa. Sebelum memakai icon jungle, beberapa tamu sempat komplain karena mereka mengira vila yang akan mereka tempati seperti vila pada umumnya, dan tidak berlokasi didalam hutan.
Profil Ibu Ni Wayan Supadminingsih
Supadmi lahir di Tegalalang-Gianyar, ayahnya bekerja sebagai petani yang menggarap sawah milik orang lain dan ibunya bekerja sebagai seorang pedagang. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara, masa kecilnya seperti kebanyakan anak-anak di desa yang tidak pernah lepas dari bermain. Pulang sekolah ia membuat kerajinan tangan yang pada masa itu masih sangat ramai orang dikerjakan oleh masyarakat Tegalalang. Walau keterbatasan ekonomi orangtua, Supadmi sangat bersyukur masih dapat terus bersekolah hingga menamatkan kuliah ke jenjang sarjana pariwisata.
Tuhan sudah mempersiapkan caranya dan jalannya untuk kita, sekarang tinggal apakah kita sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk membuka jalan tersebut. Pencapaian Supadmi saat ini sudah pasti tidak lepas dari kerja keras dan campur tangan Tuhan. Selain kerja kerasnya, dukungan penuh dari keluarga pun begitu berperan penting.
Tapi, kisah yang menarik dari Supadmi adalah bagaimana instingnya bekerja, sehingga mengantarkannya ke dalam sebuah kesuksesan. Memang tidak pernah ada yang tahu siapa diri kita apalagi hati kita melebihi diri kita sendiri. Bila hati sudah berbicara, dan kita mengetahui kebenarannya, di saat itulah mulai merasakannya lewat hatimu, itulah yang dinamakan insting.