Penggalan Kisah Seorang Pedagang Asongan Berhasil Menyulap Hutan Menjadi Warung Layana

Tak pernah ada seorangpun yang tahu bahwa perjalanan takdir akan membawanya kemana. Bahkan terkadang membayangkanpun tidak. Semua mengalir begitu saja, namun hanya Tuhan yang mampu membawa kemana aliran itu akan berakhir.

I Wayan Murjawan, terlahir sebagai seorang anak petani dari desa Bedulu, kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianyar. Potret kehidupan sebagai anak petani di sebuah desa kecil tentu saja melekat pada dirinya. Kala kawan sebayanya lagi asyik bermain, ia justru harus menghabiskan waktunya, menjejakkan langkah kecilnya menyusuri pematang, lalu membenamkan diri dalam lumpur di sawah. Memang tak seberuntung temannya yang lain, namun penggalan kisah hidup yang telah ia hadapi dan jalani dulu menjadi kebanggaan tersendiri baginya kini.

Jika saja dulu ia tidak membajak sawah membantu orangtuanya, jika saja ia tidak sekolah sambil memahat kayu di rumah, jika saja orangtuanya sanggup membiayai pendidikannya lebih tinggi lagi, mungkin sekarang ia tidak akan menjadi I Wayan Murjawan seorang yang berani menghadapi berbagai tantangan hidup. Pengalaman hidup memang pelajaran berharga bagi setiap orang, tak terkecuali dirinya. Meski hanya bisa menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama, ia kini justru bisa membantu anak-anak yang kurang beruntung menyelesaikan pendidikan mereka.

Dengan berbekal semangat yang kuat, dukungan beberapa teman dan pinjaman dana dari bank, ia memutuskan untuk menyulap sebidang tanah yang kala itu lebih layak disebut hutan belantara, menjadi sebuah tempat yang ternyata mampu memberikan nilai lebih. Usaha kuliner kemudian dipilihnya. Lokasi yang strategis tepat di pinggir jalan utama Jalan Raya Goa Gajah, Bedulu, Blahbatuh Kabupaten Gianyar Bali. Membuat usaha kulinernya mudah untuk diketemukan.

Warung Layana nama itu ia sematkan. Tinggal berjalan turun sedikit dari area parkir kita sudah bisa mendapati tempat ini. Sebuah tempat kuliner yang memanjakan setiap pengunjung dengan sentuhan alam yang menenangkan jiwa. Tebing yang di penuhi hijaunya dedaunan, gemericik air terjun penyumbang suara alam nan syahdu, berkolaborasi dengan hidangan khas Warung Layana, yang memikat hati dan rasa. Sentuhan jiwa-jiwa seni seorang mantan pemahat kayu yang satu ini juga tercermin pada setiap sudut ruang Warung Layana. Semua ia curahkan di tempat itu. Sebuah tempat yang kini bisa membantu perekonomian keluarga dan juga masyarakat setempat.

Warung Layana yang ia dirikan tidak saja untuk mewujudkan ide dan imajinasinya, tetapi juga untuk membantu generasi muda yang kurang beruntung seperti dirinya dahulu. Warung Layana sebuah ruang bagi mereka untuk berkarya, dengan harapan bahwa generasi muda saat ini bisa lebih dapat mewujudkan karya nyata bukan angan atau mimpi semata. Generasi muda yang lebih mencintai apapun pilihan pekerjaan yang mereka tekuni. Sebab baginya mencintai adalah alasan yang tepat untuk bisa melihat keadaan, kendala dan halangan yang menghadang dengan sikap bijaksana.

Memiliki hidup penuh kesederhanaan seorang mantan pedagang asongan inipun merasa tidak pernah menyangka akan memiliki usaha sebesar ini, bahkan membayangkanpun tidak.

Seperti terbangun dari mimpi, seorang pedagang asongan yang dulu berlari mengejar bus wisata, hanya demi rupiah. Kini justru bisa memiliki usaha yang tak hanya menghasilkan rupiah tetapi juga menyokong dunia pariwisata di tanah kelahirannya sendiri. Berusaha fokus mengembangkan usaha dan selalu berdo’a serta bersyukur hanyalah sesuatu yang harus ia lakukan kini, karena baginya tanpa do’a semua akan berakhir tanpa makna.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!