Pengalaman Membentuk Karakter Menuju Gerbang Kesuksesan
Sebagai anak dari orang tua sebagai petani, tak banyak yang bisa diharapkan Made Yuliani untuk memenuhi kebutuhannya di usia anak-anak saat itu. Apalagi ayahnya begitu cepat meninggalkan ia yang saat itu baru berusia lima tahun, yang mau tidak mau di usia yang sangat muda, ia sudah mengenal kerasnya hidup, dengan bekerja di sawah demi memenuhi kebutuhan ibu, kakak dan adiknya.
Inisiatif dan hati yang tergerak untuk ikut memikul tanggung jawab mengurangi beban ibu, tumbuh dengan sendirinya di hati Made Yuliani. Tak ada paksaan dari siapapun, hanya penyaksian dari matanya secara langsung, bahwa kelaparan harus dilawan dengan bekerja, bila tidak, ia dan keluarga tidak bisa makan. Begitulah kesimpulan yang bisa ia ambil dari pengalaman kurang beruntungnya di masa kecil, ia pun harus merelakan waktu yang seharusnya ia isi dengan bermain dan belajar, dan menggantikannya dengan bekerja di sawah, berharap selalu ada rezeki yang akan ia bawa pulang ke rumah.
Demi adiknya agar bisa bersekolah, Made Yuliani terpaksa menamatkan sekolahnya hanya sampai di bangku SD. Ia memilih langsung bekerja sebagai asisten rumah tangga, agar tidak terus merepotkan untuk meminta makan dari kerabat ayah maupun ibu. Selama dua tahun sebagai asisten rumah tangga, Made Yuliani nekat memperjuangkan nasib keluarga dengan mengambil beberapa pekerjaan, di antaranya dari asisten rumah tangga, kemudian ikut orang Jepang yang tinggal di Nusa Dua dengan berjualan nasi, artshop hingga bekerja di butik. Mengambil pekerjaan tanpa pandang bulu, ia lakoni tak hanya karena alasan biaya hidup, jiwanya yang selalu ingin tahu banyak hal, mendorongnya untuk mencoba pengalaman baru yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.
Made Yuliani yang sebelumnya hinggap dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, akhirnya menemukan passion-nya pada pekerjaannya di butik, karena selain disediakan tempat untuk ia tinggal, ia yang semasa kecilnya pernah membantu paman menjual kain, memendam ketertarikan bagaimana proses kain dilakukan hingga menjadi pakaian jadi, ia pun sempat ikut belajar menjahit pakaian dari bibinya.
Setelah pengalamannya sebagai karyawan butik, mendirikan usaha serupa merupakan rencana Made Yuliani selanjutnya yang dilokasikan di Jl. Danau Tamblingan pada tahun 1999 yang bernama Regina Tailor and Fashion Shop. Keluarga pun memberi dukungan dan para wisatawan asing menaruh perhatian dari hasil produksi pakaiannya yang memang sebagian besar berupa pakaian casual seperti pakaian kantor, jas, gaun pesta dan wedding gown yang menjadi produk andalannya.
Di tahun 2014, Made Yuliani kembali terpanggil untuk join membangun usaha bersama salah satu rekannya bernama Cakjul, yakni di bidang kuliner, dengan mendirikan “Warung Made Cakjul” pada tahun 2014. Beralamat di Jl. Matahari Terbit, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, kuliner yang menawarkan menu makanan Indonesia dengan menu favorit kepala ikan dan ikan goreng, hingga fast food itu, sejak awal kemudian diserahkan sistem manajemennya kepada Made Yuliani hingga saat ini.
Dalam pengelolaan usaha kuliner ini, diungkapkan Made Yuliani ia berupaya menyesuaikan harga dengan kantong masyarakat, namun dengan tetap menjaga kualitas makanan agar selalu fresh dan sehat sampai di lidah customer. Untuk keuntungan, menjadi nomor kesekian dalam target usahanya, yang terpenting menjaga performa terbaik dan terus bersyukur.
Pengalaman yang Made Yuliani dapatkan bisa jadi tidak seberuntung orang-orang pada umumnya, namun bila bukan dari tempaan dari Sang Pencipta, belum tentu ia memiliki sikap dewasa dan mencapai posisi karier seperti sekarang ini. Terlebih meski hanya tamatan SD, justru berhasil membangkitkan kebanggaannya karena ia bisa mengejar ketinggalannnya dengan berkarier sebagai wirausaha di bidang fashion, kuliner hingga properti.
Rasa terima kasih akan kesuksesan yang telah diraih Made Yuliani, ia buktikan dengan tak bosan untuk mengucapkan syukur sebelum ia mengawali hari-hari dengan rutinitas. Di mana pun ia berada, ia percaya Tuhan akan selalu menyertai setiap langkah yang ia ambil, yang membuatnya terus berupaya tetap berada di jalan kebenaran, dalam kondisi susah maupun senang. Ia pun berharap anak-anaknya memiliki pemahaman yang sama seiring dengan didikan yang ia berikan sejak dini, agar kelak mereka tak hanya sukses dalam karier, tapi juga hubungan harmonis dengan Sang Pencipta, sesama dan alam semesta.