Peliknya Kehidupan Masa Kecil Persiapkan Mental Seorang Direktur Muda Wanita

Wanita kelahiran Denpasar 15 September 1997 ini, merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang terlahir dari orangtua yang sudah merupakan pebisnis. Namun ia menegaskan bahwa orangtuanya mengawali langkah mereka dari nol dan penuh perjuangan dengan membidangi pekerjaan sebagai pedagang. Kisah dari orangtuanyalah yang telah menginspirasi Dayu Sapta hingga saat ini, sukses menjadi direktur wanita di usia menjelang 24 tahun.

Tak hanya berdasarkan pendengaran semata, Dayu Sapta melihat dan merasakan secara langsung bagaimana perjuangan ayahnya yang merupakan lulusan dari Akademi Pelayaran, dalam meniti karier tak hanya berkutat dari disiplin ilmu yang ayahnya miliki. Dari mengawali sebagai karyawan, kemudian memiliki usaha sendiri, hingga harus merantau ke Jawa menjadi buruh karena mengalami kebangkrutan.

Kondisi ayah, Ida Bagus Komang Swastika, sebagai tulang punggung keluarga yang sedemikian terpuruknya, tentu berimbas kepada keluarga. Dayu Sapta pun tanpa malu-malu mengakui, ia yang saat itu masih SD, bersama saudaranya diam-diam mengumpulkan gelas plastik lalu dijual ke pengepul di lingkungan tempat tinggalnya di pinggir pantai daerah Buleleng. Tak sampai di sana, setelah ditinggal ayah selama tiga tahun di Jawa, giliran ibu dari Dayu Sapta yang meneruskan perjuangan untuk menafkahi keluarga dengan berjualan sembako, tetapi kekurangan modal hingga hanya mampu berjualan kerupuk dan permen.

Dayu Sapta dan saudaranya pun tak bisa berdiam diri begitu saja, mereka turut membantu dengan bekerja mengumpulkan pasir hitam di pantai yang menjadi bahan utama pembuatan pura dan gapura dan berjualan es lilin. Bersyukurnya mereka juga terbantu dengan adanya program kartu miskin yang menyelamatkan ia dan saudaranya untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan.

Hidup seadanya dengan penuh kesabaran, sudah menjadi makanan sehari-hari Dayu Sapta dan tiga saudara laki-lakinya. Seperti itu pula nasihat ibu kepada mereka, agar menjadi orang yang tetap sabar hingga tiba masanya, karma baik mereka memperoleh hadiah dari Tuhan.

Sebagai Direktur Wanita yang Sempat di Pandang Sebelah Mata

Sepulang ayah Dayu Sapta ke Bali, ayahnya kemudian kembali berjuang dengan bekerja di Denpasar, dan setiap hari Sabtu, ayahnya akan pulang ke Buleleng mengunjugi keluarga. Sekian lamanya tak berjumpa dengan ayah, sempat membuat mereka ketakutan karena tampilan ayah mereka yang sudah benar-benar berubah, dengan rambut gondrong yang tak terawat. Melihat kondisi ayahnya, Dayu Sapta pun berani berucap bahwa keadaan ayahnya, apalagi berjauhan dari keluarga, lebih pelik daripada kondisi ia dan keluarga.

Singkat cerita, Dayu Sapta dan keluarga diboyong ayahnya untuk ngekos di Denpasar sepulang dari Jawa, tepatnya di Jl. Kertanegara, Ubung. Ayah yang pernah menjadi driver lalu menjadi sales, dengan pengalaman yang dimilikinya, akhirnya memberanikan diri kembali bangkit membuat perusahaan. Mendirikan usaha bernama “PT Wesabara” yang merupakan akronim dari nama putra putrinya, Weda, Sapta, Bagas dan Ray berlokasi di tempat tinggal.

Setelah lulus dari SMKN 2 Sidakarya, Dayu Sapta melanjutkan di Universias Warmadewa agar bisa sembari bekerja di Wesabara dan melihat peluang bisnis apa yang bisa ia kembangkan secara mandiri. Dari sanalah tercetus ide untuk membangun usaha pada tahun 2019 di bidang perdagangan umum dan jasa kontruksi “CV Samandana Lokajaya”, berlokasi di Jl. Nuansa Hijau Utama No. 3A, Ubung Kaja, Denpasar Utara. Meski sempat ada yang meragukan dan memandangnya sebelah mata menjadi pimpinan perusahaan, karena ia bukan lulusan dari sarjana teknik, Dayu Sapta pun sadar akan hal tersebut dan perlu banyak belajar dari sumber manapun, dari ayah, kakak dan tim perusahaan.

Hingga dari sekian proyek yang menolaknya, akhirnya Februari 2021, CV Samandana Lokajaya memperoleh kesempatan dan kepercayaan perdananya menangani sebuah proyek Perusahaan Umum Daerah. Betapa bangga dan bahagia bukan kepalang yang dirasakan Dayu Sapta, buah kerja keras, terus melakukan evaluasi perusahaan dan kesabaran yang terpenting dalam menjalaninya, ia mampu meraih kesuksesannya atas kerja kerasnya sendiri. Ia pun tak menampik kerasnya kehidupan mandiri sejak kecil, ternyata meninggalkan sebuah pelajaran yang sangat berharga, yang tengah dipersiapkan Tuhan untuk bekal Dayu Sapta dan saudara-saudaranya di masa depan. Agar mereka menjadi generasi muda yang lebih siap dan kuat dari segi mental, dalam menghadapi tantangan hidup yang akan selalu menjadi bagian dari perjalanan setiap insan di dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!