Pak Wayan Sosok Tangguh di Sekitar Kita
Apakah Anda mengetahui kisah di balik Pardi Motor yang bergerak di bidang otomotif yang beralamat di Jl. Raya Abiansemal, Badung, Badung-Bali? Pemiliknya ialah Pak I Wayan Supardi, atau panggilan akrabnya Pak Yan. Bengkel yang telah ada sejak tahun 2002 ini memiliki kisah yang sangat relevan dengan kehidupan kita.
Terlahir di lingkungan keluarga yang sangat jauh dari kesejahteraan finansial, membuat pria kelahiran Abiansemal, 9 Desember 1978 tidak berdiam diri begitu saja menerima nasibnya. Orang tuanya sendiri bekerja sebagai petani dan buruh kasar yang memiliki sikap tegas namun lembut. Berbekal pendidikan secara etika, cinta kasih dan kesederhanaan dari kedua orang tuanya sejak kecil, yang membuatnya menjadi pribadi yang pantang putus asa seperti sekarang.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini sejak kecil telah ditempa oleh realitas kehidupan. Di mulai bangku SMP kelas III, Pak Wayan remaja telah bekerja untuk membiayai dirinya sendiri. Karena kegigihannya dalam belajar pula ia mendapat beasiswa dari sekolahnya. Selain aktivitas belajar di sekolah, ia kerap melakukan pekerjaan sampingannya, yakni menggarap lahan dan itu dilakoninya sampai pada tahap STM. Untungnya ia seorang visioner, hingga memilih STM jurusan otomotif adalah pilihan yang tepat. “Sebab jika tidak ada dana melanjutkan, minimal punya skill pada satu bidang, karena kalau SMA harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Minimal kalau ada rezeki melanjutkan, jika tidak, setidaknya punya skill”, begitu pikirnya. Masamasa di bangku menegah ke atas pun ia habiskan dengan menawarkan jasa otomotif dari rumah ke rumah, ilmu yang ia dapatkan di bangku STM.
Ketika remaja seusianya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ia harus mengubur dalam-dalam impiannya tersebut akibat tersandung mahalnya biaya kuliah. Ia bahkan sempat merasa rendah diri karena itu. Ingin rasanya ia mencicipi bangku kuliah dan dinamika kehidupan kampus layaknya remaja seusianya. Ketika lulus sekolah dan belum membuka bengkel sendiri, ia bekerja di salah satu dealer di Denpasar selama 13 tahun. Ia begitu menikmati pekerjaannya hingga akhirnya punya keinginan untuk mendirikan usaha sendiri. Namun sebelum membuka bengkelnya, ia bekerja di bengkel seniornya selama tahuntahun pertama. Banyak pengalaman dan inspirasi yang ia dapatkan dari teman-temannya. Pun pada waktu itu ia berangkat kerja menggunakan fasilitas motor di tempat kerja yang pada akhirnya motor yang dia pakai bekerja diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan.
Pada waktu itu pula ia menikah dengan gadis pujaannya yang berasal dari satu kampung yang sama. Kemudian mendirikan usaha otomotif yang kini diberi nama “Pardi Motor”. Selama menjalankan usahanya, ia kerap menerima keluhan yang sering diajukan pelanggan. Dan itu ia terima dengan positif karena jika pelanggan memberikan keluhan, berarti pelanggan itu peduli akan pelayanan di tempatnya dan ingin melihatnya menjadi lebih bagus lagi. Semisal menjaga kebersihan, penampilan musti dijaga atau penataan tempat. Itu semua berawal dari komplain yang menjadi masukan. Jika pelanggan tidak komplain maka tidak akan ada perkembangan.
Pria yang aktif di organisasi off-road ini juga bercerita mengenai kondisi usahanya di masa pandemi. “Dari awal pandemi sampai saat ini saya tidak pernah memotong gaji karyawan bahkan merumahkan. Di masa ini pula, sebenarnya masa-masa di mana kita bisa introspeksi pola hidup kita. Kita berusaha menjalani. Banyak hal yang bisa saya dapatkan di situasi seperti ini”, ungkapnya. Ia selalu berprasangka baik kepada Tuhan maupun karyawannya. Ia percaya bisa mengembangkan usaha bengkel secara bersama-sama bahkan merasa berbahagia karena hidupnya punya nilai dan bermanfaat. “Saya sangat percaya dengan karma. Apa yang kita lakukan hari ini akan berbalas di kemudian hari”, jelasnya.
Keseharian Pak Yan, sapaan akrabnya, selain melakoni hobinya seperti memelihara burung dan ikan, ia kerap memimpin doa sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan. Pesan Pak Yan ialah “Sehat itu nomor satu. Berharap pada Tuhan di saat situasi seperti ini agar selalu sehat. Dengan sehat kita bisa tersenyum seperti sekarang. Bahkan pikiran yang sehat akan memengaruhi aura positif serta menularkan hal yang positif juga, dan itu semua akan saling tarik menarik”.
Di balik kesuksesannya, tentu dukungan orang tua sangat berperan penting, tak banyak orang tua seperti orang tua Pak Yan dan tidak musti dukungan faktor ekonomi menjadi hal yang utama. Jika dulu impiannya tidak sempat terwujud, maka impiannya itu kini bisa terwujud melalui anakanaknya. Mengenai jurusan yang diinginkan oleh anaknya, ia membebaskannya. “Anak saya ada dua yang pertama putri, kedua putra. Saya bangga juga kepada mereka. Cita cita saya biar anak yang meneruskan. Kebahagiaan harta ialah kepada anak”, ungkapnya. “Karena anak yang kedua lahir di tengah lingkungan bengkel, kesukaannya pada dunia otomotif juga. Jangan mengharuskan anak ini itu, karena setiap anak membawa talentanya masing-masing, tinggal kita orang tua yang mengarahkan”, tutupnya.