Optimis Raih Kesuksesan untuk Mewujudkan Cita-Cita

Sempat memiliki pengalaman menjual vila di salah satu stand bertempat di Bandara I Gusti Ngurah Rai kala itu, tak di sangka akan mengantar Ni Kadek Rai Mayuni menjadi seorang pengusaha sukses. Kini, perempuan yang akrab disapa Rai ini memiliki 4 unit vila bernama Gahana Bali Villa yang dikelola bersama suami, seorang warga negara asing berasal dari Belgia, merupakan pengusaha sukses yang bergelut di dunia furniture dan properti. Ketekunannya dalam mempelajari bahasa inggris di masa muda, membawa Rai terjun langsung di dunia pariwisata yang telah membesarkan namanya. Saat ini, ditengah kesibukannya dalam mengurus keluarga, dirinya memimpin manajemen untuk mengelola vila bersama suami, di mana dirinya menyadari bahwa meskipun tanpa basic pariwisata, Rai optimis untuk terus mengembangkan usahanya dengan terus menelurkan ide kreatif dan inovasi.

Ni Kadek Rai Mayuni

Tak dipungkiri bakat pebisnis Rai merupakan warisan dari orang tuanya, yakni keduanya memiliki usaha masing-masing di bidangnya. Ayah Rai merupakan seorang pengusaha yang memiliki lima truk pasir dan ibu Rai merupakan seorang pengusaha peralatan rumah tangga. Rai tumbuh besar di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Rai bersama tiga saudara tumbuh besar melalui didikan penuh kedisiplinan oleh orang tua mereka. Tugas dan tanggung jawab yang mereka emban di masa kecil akan berguna di masa depan kelak merupakan nasihat yang selalu diucapkan oleh Ibu Rai. Tidak meremehkan dan selalu menghargai orang lain merupakan nasihat sang ibu yang hingga kini masih diingat oleh Rai. Bermain di alam bebas dan bertualang adalah hobi Rai di masa kecil. Di sela-sela kesibukannya bersekolah, Rai turut serta dilibatkan dalam bisnis Ibu, yang dari sana bibit pengusaha Rai mulai tumbuh.

Memiliki karakter aktif dan tomboy, Rai tumbuh sebagai anak yang periang sambil sesekali menonton balap liar bersama teman-teman yang sebagian besar remaja laki-laki. Menginjak remaja, perlahan orang tua Rai mulai memberikan aturan padanya agar pandai menjaga diri dan mengatur waktu. Dalam dunia akademis, Rai menikmati pelajaran olahraga, yang mana dirinya mengaku lebih suka menjadi seorang atlet. Saat itu ia tinggal bersama sang nenek di klungkung. Dari SD hingga tamat SMP, Rai menerima didikan dari nenek persis sama seperti didikan ibu, seperti memetik cabai dan mencari hasil alam merupakan kegiatan seharihari Rai untuk memenuhi kebutuhan pangan jika uang simpanan mulai berkurang. Pintar mengatur keuangan merupakan didikan nenek Rai saat itu. Masa SMP, Rai disibukan dengan kegiatan organisasi Osis. Teringat di masa itu ketika dirinya sempat membantu teman yang sedang mengalami kesulitan keuangan, saat itu pun dirinya tengah mengalami kesulitan keuangan juga. Tiba-tiba ia menemukan uang Rp20.000 di pelataran pura. Hal tersebut menyadarkan Rai akan kasih sayang Tuhan padanya dan itu menjadi momen paling berkesan yang hingga kini masih tersimpan di dalam benak.

Memasuki masa SMA, Rai memutuskan untuk menyewa kamar kos dan memulai kehidupan mandirinya. Rai bersekolah di sebuah SMK di Denpasar dan masuk jurusan Tata Boga. Dengan menaiki sepeda motor, Rai melewati masa SMA seperti anak remaja pada umumnya, yang mana masa-masa itu merupakan masa mencari jati diri. Menonton film, membeli roti bakar, dan menonton balap liar mewarnai masa-masa remaja Rai kala itu. Sempat menjalani training di Hotel Club Med Nusa Dua, dikarenakan dirinya memiliki keinginan untuk terjun di dunia pariwisata.

Lulus SMA, Rai mulai mengasah kemampuan bahasa inggris dengan mengambil kursus dan pergi berkunjung ke pantai dan mengobrol bersama wisatawan mancanegara yang tengah berkunjung ke Bali. Ia memutuskan untuk mengambil kuliah Diploma 1 bagian Cruise Land bertempat di daerah Panjer, dengan berniat untuk bekerja di Kapal Pesiar untuk membahagiakan orang tua. Namun keinginannya tersebut dibatalkan, kemudian beralih memilih berkuliah di Fakultas Ekonomi di Universitas Mahasaraswati Denpasar dan mengambil kuliah malam. Untuk mengisi waktu luang di pagi hari, di sela-sela kesibukannya kuliah, Rai memutuskan untuk ikut berjualan vila di sebuah stand bertempat di Bandara I Gusti Ngurah Rai sambil mengasah kemampuan berbahasa inggris.

Pertemuannya dengan suami saat baru merintis usaha yang bergerak di bidang furnitur, lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 2005. Kini usia pernikahan menignjak 18 tahun. Selama menjadi ibu rumah tangga, Rai memiliki keinginan untuk terjun di dunia bisnis dan merancang bisnis seperti apa yang akan ia dirikan. Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha furnitur yang dipusatkan di Spanyol, sang suami membantu Rai untuk mendirikan usaha furniturnya sendiri yang ia beri nama NKR, di mana nama tersebut diambil dari singkatan namanya “Ni Kadek Rai” sambil menyusun desain seperti apa yang cocok untuk usahanya tersebut. Tibatiba usaha suami mengalami kendala, akhirnya Rai dan suami memutuskan untuk menetap di Bali. Rai melihat adanya peluang usaha baru yang lebih menjanjikan, akhirnya ia memutuskan untuk berinvestasi vila. Mereka berdua mulai membangun vila pertamanya di tahun 2015. Selama 7 tahun berjalan, kini keduanya berhasil memiliki vila sejumlah 4 unit dengan 10 kamar tidur dan 3 kolam renang. Dari usaha furniturnya sendiri mengalami peningkatan pendapatan dan hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk investasi vila.

Dengan kemajuan usaha yang kini telah dicapai, Rai mengaku optimis dan percaya diri untuk mewujudkan cita-citanya memiliki 10 unit vila di Bali. Berbagai kendala seperti pengelolaan vila, dirinya mengaku tidak memiliki ilmu dasar tentang hal tersebut, namun dirinya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan terutama dalam hal pengembangan usaha. Bersama suami yang senantiasa mendukung, Rai mampu mewujudkan cita-citanya dengan beragam ide kreatif dan inovasi yang terus digalakan demi tercapainya tujuan. Kelak ia akan mendirikan Villa tidak hanya di Bali, juga merambah ke pasar internasional seperti di negara Australia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!