Optimis Pariwisata Bali Kembali Bergairah dan Memberikan Warna Tersendiri
I Ketut Kenceng Asmara Putra atau yang lebih dikenal sebagai penyanyi pop Bali, “Tut Asmara” masa kecilnya lahir di Banjar Tiga, Desa Susut, Kabupaten Bangli. Orangtua yang hanya mengandalkan penghasilan dari bertani, begitu juga dengan lingkungan sekitarnya, membuat Tut Asmara memotivasi diri harus sukses dalam pendidikan, agar tidak memiliki nasib yang sama. Ia bersikeras melanjutkan sekolah di kota, meski tak sedikit teman-temannya mengalami keprihatinan sampai putus sekolah.
Fokus orangtua zaman dulu dibandingkan zaman sekarang, memang tidak cenderung ke pendidikan, yang diutamakan adalah membina kerukunan antar saudara. Hal ini yang menjadikan kondisi putus sekolah bukan sebuah masalah besar pada zman itu. Namun salah satu pihak keluarga Tut Asmara, memperhatikan prestasi akademis yang ia miliki cukup baik, sayang untuk diakhiri begitu saja. Lain dengan pendapat orangtua, awalnya masih belum siap melepaskannya ke kota, karena ia sendiri merupakan anak paling bungsu, Setelah berupaya diyakinkan dan agak sedikit memaksa, orangtua mulai luluh dan ia pun didukung untuk melanjutkan sekolahnya, tepatnya di SMKI atau SMK Negeri 3 Suakawati (Kokar Bali).
Untuk memenuhi biaya sekolah, Tut Asmara sembari bekerja saat melanjutkan SMK, meski demikian tanggung jawab dari orangtua tak lepas begitu saja, hingga ia berhasil tamat dan langsung bekerja. Karena lulusan Kokar di masa itu dipandang, sudah lulusan terbaik dan menjamin masa depan, terlebih pariwisata sedang mengalami masa kejayaannya, pria yang memiliki hobi bersepeda, berenang dan berkebun ini, kemudian dengan mudahnya mendapat posisi di sektor pariwisata, yang dipadati dengan aktifitas sebagai pekerja seni khususnya penari, yang dari hotel ke hotel. Tut Asmara pun tak harus melanjutkan pendidikan ke program sarjana
Selain laris manis sebagai penari, Tut Asmara juga mulai terjun sebagai penyanyi pop Bali sejak tahun 1990. Tak hanya sukses sebagai pekerja seni, bahkan ia juga merambah sebagai pengusaha. Diungkapkan olehnya pengenalan dengan dunia bisnis, semenjak pernikahannya dengan istri, Ni Wayan Yuliawati. Secara langsung ia mulai diperkenalkan dengan dunia bisnis, oleh mertua yang berkecimpung di bidang tersebut.
Bisnis-bisnis yang berlokasi di kota Gianyar, pun sukses dibangunnya, ada SPBU, artshop silver dan yang terbaru “Kirani Joglo dan Villa Kirani Ubud”. Untuk Kirani Joglo yang berawal dari hanya lahan kebun bunga yang dikelola oleh Tut Asmara sendiri, ia tak mau lahan tersebut mubazir begitu saja.
Akhirnya diputuskan didirikan Kirani Joglo bersamaan dengan masuknya pandemi Covid-19. Mengingat lokasinya yang Jl. Raya Celuk, Celuk, Kec. Sukawati, Kabupaten Gianyar, tak lumrah didirikan akomodasi untuk wisatawan, rencana pria kelahiran 31 Desember 1968 ini, akan dijadikan sebagai indekost. Namun bila kedepannya, cocok untuk wisatawan, dengan nama yang cukup menjual di pasar pariwisata, tentu kesempatan itu tak akan dilepaskan begitu saja.
Dengan harga perkenalan 250 ribu/malam, pengunjung baik itu wisatawan domestic maupun international, sudah bisa menginap vila dengan konsep tujuh joglo ini. Selain fasilitas kebun khas pedesaan, mini kitchen, laundry dan kolam renang, kenyamanan menjadi point penting yang dirasakan oleh para pengunjung yang sudah pernah menginap di Kirani Joglo, karena tak sedikit dari mereka yang memperpanjang waktu menginap atau kembali datang memilih menginap di Kirani Joglo.
Tak berbeda jauh dengan Villa Kirani Ubud, juga sudah mulai menerima tamu. Berlokasi di Jl. Sri Wedari No.99, Ubud, Kecamatan Ubud, yang merupakan di daerah tujuan pariwisata, tak ada marketing khusus yang dilakukan Tut Asmara, karena cukup mudah untuk menarik wisatawan. Tut Asmara sebagai pengusaha yang dominan di pariwisata, bisa dikatakan pun sudah mulai bisa bernafas lega, mulai adanya pergerakan. Ia mengungkapkan keoptimisan, pariwisata Bali akan kembali bergairah, bahkan memberi warna tersendiri bagi penikmat travel dunia.