Multitasking dan Multitalenta Uji Kelayakan sebagai Dokter, Notaris hingga Pebisnis
Lahir dalam keluarga yang berkecukupan bahkan lebih, bukan berarti Ketut Mahatma Dharma Wijaya yang akrab disapa Dik Tut mendapatkan segala yang ia inginkan dengan mudah. Di masa-masa emas menempuh pendidikan, ia selain memang tergolong anak yang pintar, juga digembleng bahwa untuk mendapatkan sesuatu secara percuma, ia harus selalu mendapatkan rangking di kelas. Hasilnya, ketiga kakaknya sekaligus dirinya sukses berprofesi sebagai dokter, dan yang teristimewa, ia juga berkarier sebagai notaris dan mencoba peruntungan di bisnis properti yang tak kalah menyita perhatiannya.
Sebelum sampai pada tahap tersebut, Dik Tut menceritakan masa remaja yang selain fokus sekolah, juga ikut membantu bisnis ibu, dan bisnis oleholeh yang bernama “Kubu Padi”, bertindak sebagai kasir. Melangkah ke bangku SMA tepatnya di SMAN 1 Denpasar, yang tak hanya diisi dengan kegiatan akademik padat, juga dengan rangkaian acara sekolah dan ekstrakurikuler. Sempat disarankan oleh sang ayah, Putu Candra, agar ia mengurangi kegiatankegiatan non akademis tersebut, demi melanjutkan ke kedokteran. Dik Tut pun manut dan mulai fokus dengan pendidikannya ditambah mengikuti les di luar sekolah. Pertemuan Dik Tut dengan istri saat SMA pun semakin membuka kesempatannya untuk mengenal bidang lain, yakni hukum.
Manajemen Waktu antara Kedokteran dan Hukum
Singkat cerita, Dik Tut berhasil menyelesaikan kuliah selama empat tahun di Universitas Udayana. Tuntas menunaikan pendidikan, ia melanjutkan koas di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP Sanglah), sembari mengambil kuliah program ekstensi di Fakultas Hukum, Universitas Warmadewa. Ya, tak dipungkiri pengaruh lingkungan yang juga datang dari orang-orang hukum, seperti ayahnya, disambung ayah mertua dan afiliasi Peradi itu sendiri, memantiknya tertarik untuk terjun di bidang yang sama. Sempat diremehkan dan diragukan, apakah ia bisa menjalankan dua pendidikan yang sama-sama berat porsinya, Dik Tut berhasil buktikan, ia tamat sebagai sarjana hukum tahun 2017 dan lulus sebagai dokter umum 2018. Tanpa jeda yang berarti, ia langsung berangkat ke S2 Kenotariatan tahun 2019 di Universitas Warmadewa. Kemudian pada ilmu kedokterannya, ia mengikuti magang atau internship di Prima Medika dan lagi-lagi harus multitasking, sembari menyelesaikan tesis kenotariatannya. Di tahun 2023 ini, Dik Tut memilih fokus sebagai notaris, karena masih mengurus penempatan dan harapannya bisa menggantikan posisi ayahnya nanti setelah pensiun.
Satu lagi aktivitas di bidang yang tak kalah menyedot perhatian ayah dari dua orang anak ini, ia mendapat tawaran untuk mengelola properti milik orang tua, sebuah akomodasi bertipe hotel bintang tiga bernama “Gana in Legian”. Sudah beroperasi sejak tahun 2013, namun tutup tahun 2021 karena pandemi. Karena ia sudah memiliki pengalaman merintis “Ganandra Stay” yang didirikan Februari 2020, ia pun berani mencoba. Alhasil, ia mengelola dua properti sekaligus, sembari berkarier sebagai notaris.
“Ganandra Stay” dijalankan secara independen oleh Dik Tut karena adanya sebuah peluang disana. Perlahan membuka kamar secara bertahap, hingga dipatenkan sebanyak 60 kamar. Dibuka pada masa pandemi, itu artinya ia sudah siap menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang belum jelas, entah sampai kapan akan membayangi Bali khususnya, Ia pun sempat banting harga dan bekerja sama dengan OYO, salah satu jaringan layanan hotel murah, demi mampu mempertahankan keeksisan bisnisnya. Sampai di tahun 2023 ini, “Ganandra Stay” sudah ada di harga normal, dengan jumlah kenaikan pengunjung yang signifikan. Sekali lagi, pencapaian ini tak lepas dari dukungan keluarga, terutama orang tua yang menerima ‘aksi liarnya’ dalam mengejar karier. Tak hanya multitasking, tapi juga multitalenta, Dik Tut pun menambahkan, “Mumpung ada kesempatan dan dukungan finansial orang tua, hal ini membuat saya ingin berbuat sebaik-baiknya. Jadi manfaatkan masa muda dengan pendidikan, bukan malah huru-hara dan berani mengambil risiko dari mencoba hal baru,” tegasnya.