Mewarisi Mimpi Orang tua: “Melanjutkan dan Mengembangkan Perjuangan Mereka”
Bukan berasal dari keluarga yang mampu, justru kondisi ekonomi yang sebaliknya. Namun berkat perjuangan orang tua, Ketut Subela dan tiga orang saudaranya mampu memiliki mental kuat dan pegangan ekonomi yang layak sesuai dengan kemampuan mereka di masing-masing bidang. Ketut Subela merupakan urutan anak terakhir, dari empat bersaudara. Dua kakaknya telah lebih dulu meninggal dunia, tinggalah ia dengan kakak satu-satunya untuk melanjutkan perjuangan tersebut dan mengembangkan warisan orang tua ke generasi selanjutnya.
Selain sebagai petani, orang tua Ketut Subela juga berjuang hingga titik penghabisan untuk keluarga, dengan bekerja mengepul ikan dan nelayan, ayahnya pun sekaligus terpilih sebagai Ketua Nelayan setempat. Tak sampai di sana, mereka juga mengumpulkan kayu untuk dibawa ke Munggu, untuk dijual. Jadi, orang tua tak menerima sepeser pun warisan dari kakek nenek, mereka membangun tanah warisan untuk Ketut Subela dan kakaknya dari nol dan perjuangan tersebut mulai membuahkan hasil, dengan pencapaian pertama mereka memiliki tanah di pinggir pantai dan estuari.
Melihat kunjungan wisatawan yang semakin meningkat, orang tua Ketut Subela memutuskan untuk membuka sebuah warung yang menyajikan kopi, nasi goreng dan makanan lainnya. Selanjutnya, mereka menerima saran dari seorang wisatawan untuk membuka penginapan. Tanpa ragu-ragu, orang tua Ketut Subela merintis bisnis akomodasi pertama Nyoman Cottages, sekaligus pionir di daerah tersebut. Berjalannya waktu, bisnis akomodasi yang dimulai dengan sebuah cottages berisi dua kamar semakin berkembang. Orang tua Ketut Subela menambah satu kamar lagi untuk memenuhi kebutuhan tamu yang semakin meningkat. Ketika itu, Ketut Subela yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, melihat kesuksesan bisnis keluarganya, takjub melihat transformasi orang tuanya. Ia pun terpacu dan dengan senang hati terlibat dalam mengelola penginapan maupun berjualan di warung. Ia belajar berinteraksi langsung dengan wisatawan, dan siap tanggap saat menerima keluhan atau masukan dari mereka, sehingga bisnis itu dapat terus memperbaiki pelayanan yang diberikan. Terlebih bekal bagi pria kelahiran Pererenan, 25 November 1976 ini untuk terjun ke dunia pariwisata suatu saat nanti, ia komitmen untuk serius belajar di pendidikan formal maupun terjun ke lapangan, demi mengembangkan dirinya agar dapat menjadi pengusaha yang sukses seperti orang tuanya.
Melanjutkan Perjuangan Alm. I Nyoman Guberug (Ayah)
Setelah menyelesaikan pendidikan D2 Tata Boga di Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Pura, Ketut Subela bekerja di Garden View Cottages selama enam tahun. Selama bekerja di sana, ia menimba pengalaman agar dapat mengaplikasikannya ke dalam bisnis keluarganya di masa depan, terutama dalam hal membangun hubungan kerja yang sehat di dalam manajemen, yang mana saat itu, bisnis keluarganya belum memiliki manajemen yang kuat.
Lepas dari Garden View Cottages, Ketut Subela bekerja sebagai seorang driver. Walaupun pekerjaannya tidak lagi sejalan dengan bidang karirnya yang sebelumnya, dia memutuskan untuk mengambil posisi tersebut karena membantu kakaknya yang bertanggung jawab di ranah tersebut di sebuah perusahaan. Ternyata pekerjaan tersebut kembali mempertemukannya dengan pemilik Garden View Cottages. Karena masih terngiang, dengan kinerja dari Ketut Subela yang selalu berujung memuaskan WNA asal Perancis tersebut. Ia dan kakaknya direkrut untuk membantu dalam proyek vilanya. Namun vila tersebut mengalami kendala dan vila akhirnya dijual, ia dan kakak pun memutuskan mundur. Tak hanya sebagai driver, lagi-lagi di luar kemampuannya, saat keluar dari sana, Ketut Subela juga mengambil kesempatan di luar disiplin ilmunya, dengan menerima tawaran sebagai Manajer di sebuah vila, untuk menggantikan manajer sebelumnya.
Ditinggal berkarier oleh Ketut Subela, ternyata bisnis orang tua berkembang tak kalah pesatnya. Tak hanya akomodasi penginapan Nyoman Cottages yang berganti nama menjadi PNB (Pondok Nyoman Bagus) Beach Resort yang dirombak, menjadi 14 kamar dan satu kolam renang di lantai atas, orang tua juga mengontrakkan tanah mereka yang dikembangkan mejadi restoran yang sukses oleh seorang pengusaha. Ketut Subela merasa sudah saatnya ia fokus dan menerapkan ilmu dan pengalamannya di bisnis keluarga, baik dalam manajemen keuangan, manajemen SDM, siap mental dalam hadapi tantangan dan perubahan. Prosesnya itulah yang tidak banyak diketahui banyak orang, terutama privilege sepertinya, hanya melihat permukaan kesuksesannya saja. Padahal setiap hari kita berjuang, untuk menafkahi banyak SDM yang bergantung pada bisnis kita.
Ketut Subela buktikan, bahwa ia tak hanya ikut mempertahankan bisnis yang sudah ada, tapi juga mendirikan kembali penginapan atas jerih payahnya sendiri bernama PNB Bali Villas. Orang tua pun mendukungnya, agar ia memanfaatkan sebaik-baiknya dana lebih saat itu, untuk diinvestasikan ke anak cucu. PNB Bali Villas pun rampung didirikan, sesuai dengan harapan orang tua dan Ketut Subela. Meski beliau telah meninggal dunia, tak bisa menikmatinya hasil karyanya lebih lama, ia bersyukur setidaknya sudah mampu mewujudkan impian ayahnya dan mengembangkan warisan keluarga.
Rasa syukur pun ditunjukkan Ketut Subela karena mampu melalui masa pandemi dalam kondisi bisnis yang mampu dipertahankan. Mulai dari akhir tahun 2019, ia baru saja menyelesaikan tiga proyek vila. Di awal tahun 2020, sempat akomodasinya booming sebentar, namun akhirnya mengalami penurunan permintaan dan memberikan dampak yang signifikan terhadap bisnisnya, sampai tidak berpenghuni. Namun, ia tidak menyerah karena ada beberapa karyawan yang menggantungkan kebutuhannya dari bisnis akomodasi ini. Dengan tetap berinovasi untuk mencari solusi, akhirnya mulai tercerahkan dengan adanya fenomena tamu yang mulai mencari tempat tinggal yang murah untuk bekerja dari rumah atau istilah yang sedang populer saat itu yaitu Work From Home (WFH). Tamu tersebut juga membantu memasarkan akomodasinya, sehingga bisnisnya dapat berjalan, meskipun awalnya hanya untuk operasional saja, lambat laun mampu menutupi upah karyawan dan mengalami peningkatan.
Menutup wawancara Ketut Subela seolah tak bosan mengungkapkan pentingya memiliki rasa syukur, terlebih sebagai seorang pengusaha di industri pariwisata saat masa pandemi. “Penting untuk selalu mengingat rasa syukur dan bersyukur kepada Sang Pencipta. Terutama di masa pandemi seperti sekarang, keberhasilan dan kelangsungan bisnis menjadi sesuatu yang sangat berharga dan patut disyukuri. Namun, selain bersyukur, kita juga harus terus mengembangkan diri dan bisnis kita agar bisa tetap eksis dan berkembang di masa yang akan datang,” terangnya