Menyajikan Kopi dalam Nuansa yang Tenang dan Nyaman dengan Konsep Feels Like Home
Bukan dari latar belakang orangtua pengusaha, ayahanda (alm) dari R. Adrian Noor merupakan sopir taksi dan ibu sebagai guru ngaji yang masih aktif sampai saat ini. Dengan menafkahi keluarga berbekal pekerjaan yang bisa dikatakan kurang menjanjikan, kondisi ekonomi saat itu pun morat-marit, dirasakan oleh R. Adrian Noor semasa remajanya.
Anak ketiga dari empat saudara ini, tak pasrah begitu saja menerima keadaan, apalagi gejolak di usia SMP yang sudah mulai mengenal pergaulan dan tertarik dengan lawan jenis, mendorongnya untuk menghasilkan uang sendiri. Karena untuk meminta uang kepada orangtua demi kumpulkumpul bersama teman-temannya, bukanlah suatu keperluan yang penting-penting sekali untuk sekelas ekonomi keluarganya. Maka saat ia memanfaatkan motor milik ayahnya untuk ngojek di terminal Cileduk, Tangerang, ayahnya pun paham akan maksud dari putranya tersebut dan membekalinya dengan uang bensin.
Adrian Noor tak memungkiri ada rasa prihatin dalam dirinya, demi mentraktir wanita yang ia taksir, ia harus susah payah bekerja terlebih dahulu, sedangkan teman-teman yang lain mungkin tinggal meminta kepada orangtuanya. Namun di balik semangatnya mengais rezeki, ada kebanggaan timbul dari dalam dirinya, bahwa ia sudah cukup pintar untuk tidak merepotkan kedua orangtuanya.
Di antara pilihan 13 Tahun sebagai Pegawai atau Terbang ke Bali
Pertemuan dengan istri sekaligus partner bisnisnya, Emil Agustina, di sebuah sasana gym di Jakarta, ternyata sanggup membuat R. Adrian Noor semakin berani mengambil risiko dalam hidupnya. Ia meninggalkan pekerjaan outsourcing yang sudah selama 13 tahun ia jalankan di Bank Indonesia, demi ikut istri ke Bali yang mengalami mutasi dari perusahaan desain interior di Jakarta.
Tidak ada rencana khusus sesampainya di Bali pada tahun 2014 yang akan dijalankan R. Adrian Noor selanjutnya. Meski sempat ditawarkan untuk bekerja di perusahaan tempat istri bekerja, namun ia menolak karena tidak ada minat sama sekali dengan bidang perusahaan tersebut.
4 bulan tanpa pekerjaan, R. Adrian Noor mengisi hari-harinya dengan mencari informasi pekerjaan, salah satunya sumber yang ia dapatkan dari barista sebuah café coffee di Jl. Dewi Sri yang sering ia kunjungi. Suatu saat sampailah ia tertarik untuk melamar sebagai barista pada café tersebut, di mana saat itu ada salah satu barista yang resign dari pekerjaannya, ia pun diterima meski masih nol pengalaman di bidang kopi.
Adrian Noor bukanlah peminum apalagi pecinta kopi, alasannya bekerja di café tersebut hanya kebutuhannnya akan pekerjaan demi memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga. Tiga bulan bekerja dengan materi perkenalan kopi dan mesin-mesinnya, ia kemudian memutuskan untuk pindah ke café selanjutnya yang berlokasi di keberangkatan domestik, Bandara Ngurah Rai dan bekerja selama setahun.
Lepas dari pekerjaan tersebut, kebingungan mulai meratapi pikiran R. Adrian Noor karena keterbatasan dalam bercakap bahasa Inggris, sehingga lamaran pekerjaannya beberapa kali mengalami penolakan. Akhirnya diputuskan mencoba membuka sebuah usaha saja, awalnya usaha yang akan dibuka ialah restoran, namun dibatalkan karena terbentur biaya. Dari sanalah ide untuk mendirikan coffee shop pun muncul, meski lagi-lagi modal adalah tantangannya, ia berupaya keras bagaimana agar mampu memenuhinya.
Di tempat tinggalnya bersama istri yang masih berupa kos-kosan, R. Adrian Noor pun mengusulkan agar mobil mereka yang sudah digunakan selama 5 tahun, lebih baik dijual untuk digunakan sebagai modal. Awalnya ada perasaan ketidakyakinan yang menghinggapi Emil Agustina akan keputusan suaminya. Berkat kepercayaan diri yang dimiliki R.Adrian Noor, istri pun setuju dan membuka outlet mereka yang pertama di Jl. Dewi Sri pada 25 Agustus 2016 dengan modal 130 juta.
Meski hanya memiliki luas 3×4 meter, berkat istri yang memiliki ilmu dalam hal furnitur, 25:PM Coffee disulap dengan gaya yang estetik, yakni dihiasi dengan gaya berupa kursi sofa kayu dengan meja berbahan sama berbentuk persegi, berpadu dengan dinding putih, tanaman dan lampu gantung. Keunikan ini pun membawa perkembangan coffee shop ini begitu membanggakan, dari hanya memiliki tiga table, kini telah sukses membuka tiga outlet lainnya di daerah Badung, yakni Kerobokan, Nusa Dua dan Sunset Road. Bagi R. Adrian Noor, kesuksesan ini juga berkat bekal dari pengalamannya bekerja sebagai barista dan yang tidak kalah penting, ia dan istri memilih tidak terlalu mengkhawatirkan akan bagaimana hasil usaha ini ke depannya, justru berfokus memberikan yang terbaik pada setiap pengunjung yang datang dan suguhkan racikan kopi terbaik, langsung oleh sang pemilik.