Meninggalkan Sistem Konvesional Beralih Ke Era Digital Marketing
Lahir dari seorang ayah pekerja keras, di mana menggeluti dua pekerjaan sekaligus, yakni sebagai nelayan dan petani. Membuat Wayan Sudarma tak bisa melupakan bagaimana rutinitas ayahnya, yang mungkin tidak semua orang bisa secara konsisten dalam menjalaninya. Dimulai sejak jam 3 pagi untuk melaut dan pulang jam 11 siang, lalu dilanjutkan untuk bekerja di sawah. Begitulah pengorbanan seorang ayah pemilik Dad Property Bali ini, demi anak-anaknya agar tetap terpenuhi biaya hidup mereka dan terus bisa bersekolah.
Memasuki bangku sekolah, Wayan Sudarma menghabiskan pendidikan SD hingga SMA dan tamat pada tahun 1990 di Karangasem, kemudian melanjutkan kuliah pariwisata di Denpasar dan tamat tahun 1992. Pria asal Bugbug, Karangasem ini kemudian mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan ke sekolah kepolisian, namun ia mendapat tentangan dari orang tua, karena pada era itu polisi menjadi profesi yang banyak mendapat tekanan dari masyarakat. Hal ini yang membuat orang tuanya menyarankan agar ia melanjutkan kuliah saja terlebih dahulu. Siapa tahu, ia akan menemukan lagi apa yang menjadi minatnya dalam karier.
Dengan menuntut ilmu sambil bekerja membantu orang tua, Wayan Sudarma akhirnya tiba pada masa memasuki bangku kuliah. Pada Jurusan Tata Graha, kemudian menjadi pilihan Wayan Sudarma untuk menapaki bangku kuliah, setelah tamat ia langsung diterima di Hotel Grand Hyatt sebagai housekeeping selama 10 tahun. Dari pengalamannya bekerja sekian tahun, ia mendapat pelajaran berharga bahwa ia harus berani keluar dari zona nyaman dengan mengambil langkah yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia pun kemudian melepaskan “kenyamanannya” di Grand Hyatt dan mencoba bekerja sebagai supervisor di Marriott Hotel Dublin, Irlandia selama delapan tahun.
Saatnya Beralih ke Digital Marketing
Berkecimpung di dunia pariwisata dengan pengalaman yang cukup matang, tak lantas menimbulkan keinginan Wayan Sudarma yang akhirnya pensiun dari hotel, untuk membangun usaha di bidang serupa. Ia yang tertarik bagaimana dunia digital marketing bekerja, hingga merelakan setengah dari gajinya untuk mengikuti program pendidikan dari pemerintah Irlandia di bidang marketing. Kepiawaiannya dalam dalam digital marketing pun ia tuangkan dalam sebuah blog yang ia berhasilkan pundi-pundi rupiah, saat ia masih bekerja di Irlandia.
Dari pengalamannya tersebut, Wayan Sudarma pun semakin tertarik untuk memiliki sebuah bidang usaha bersama rekannya yang telah berpengalaman sebelumnya di bidang properti. Dengan kolaborasi ilmu yang dimiliki keduanya, digital marketing dan property, terwujudlah “Dad Bali Property” yang telah spesial membangun vila komplit yaitu Samani Residence Ungasan, Samani Residence Pecatu, Samani Villa Ungasan dan The Pecatu Residence. Didesain oleh arsitek senior berpengalaman dan berstandar international yang rampung dikerjakan hanya dalam waktu enam bulan, sebelum pandemi.
Bila bercerita dari akar sejarahnya, Dad Property merupakan anak perusahaan dari “Samani Island” yang berlokasi di Jl. Goa Gong, Jimbaran. Selain properti, juga membawahi “Samani Island Virgin Coconut Oil Manufacturer” dan “Samani Resto”. Tak hanya dari propertinya yang sukses menarik perhatian masrakat, proses pembuatan VCO pun memperoleh banyak perhatian hingga luar negeri yang dikirim para tamu asing tersebut oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia. Hal ini tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi Wayan Sudarma dan rekannya, tak hanya sukses di properti, VCO yang mereka luncurkan pun berbuah manis hingga mancanegara.
Kesuksesan sebagai pengusaha, kadang lahir dalam sebuah kesederhanaan, begitulah orang tua dari Wayan Sudarma yang tak ingin anakanaknya minim materi dijadikan alasan untuk tidak memberikan pendidikan moral dalam keluarga. Sebagai anak kelima dari enam bersaudara, Wayan Sudarma pun tak jarang mendapat didikan tersebut dari orang tua, agar ia menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya. Misalnya ajaran Tri Kaya Parisudha yang telah melekat di telinganya sejak kecil, namun di usia yang semakin dewasa, ia akui mulai memahami nilai-nilai moral yang terkandung dalam ajaran tersebut yang mampu melahirkan taksu dalam diri yang diartikan sebagai pancaran kekuatan atau aura yang memancarkan kewibawaan, kecerdasan mental dan spritual, serta karisma pada, pola pikir, tingkah laku maupun cara bertutur kata.
Harapan yang sama pun terjadi pada generasi muda masa kini untuk yakin dan percaya bahwa taksu adalah kekuatan suci Tuhan yang dapat membangkitkan dan meningkatkan daya kreativitas, intelegensia serta kemampuan intelektualitas seseorang, yang dihubungkan pula dengan kemahakuasaan manifestasi Tuhan. Agar apapun yang di cita-citakan atau harapan kita, tak hanya mampu bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga berkontribusi dalam menginspirasi orang-orang sekitar yang butuh motivasi dalam mengejar karier mereka.