Meninggalkan “Kenyamanan” Keluarga Petani demi Menjadi Pebisnis di Dunia Trading
I Wayan Seri Artana yang terlahir dari keluarga petani, terinspirasi dari sulitnya hidup saat masa kecil. Di sebuah desa di Karangasem, ia berjuang untuk terus mengenyam pendidikan, berharap memiliki nasib yang jauh lebih baik dari orangtua, bahkan belajar dari modernisasi teknologi.
Wayan Seri Artana lahir di Desa Sidemen, Kabupaten Karangasem dari orangtua sebagai petani penggarap lahan milik orang lain. Berbeda dengan istri, Nengah Sari lebih beruntung dapat melanjutkan kuliah di Jurusan Ekonomi Akuntansi, Universitas Udayana, karena orangtua selain sebagai penandu, juga menggarap lahan sendiri. Wayan Seri Artana pun cukup berbesar hati untuk tidak melanjutkan jenjang sarjana dan memutuskan untuk langsung bekerja.
Dua tahun berselang, ia kemudian pindah bekerja ke perusahaan properti yang juga milik dari Bapak Made Raka Gatra, di bagian proyek pembangunan ruko dan hotel, mendampingi arsitek dan pekerja sipil. Tahun 2007 beralih pekerjaan lagi, setelah menolak tawaran pekerjaan proyek dari atasannya, dengan berjualan busung yang sukses selama setahun merajai penjualan busung di Pasar Badung. Tahun selanjutnya, Bapak Made Raka Gatra datang dengan penawaran proyek perumahan “Griya Nirmala” sebanyak 15 unit. Tawaran tersebut akhirnya ia terima, namun setelah proyek beres, ia kembali mundur dari perusahaan, karena lebih tertarik menjadi jasa pemborong. Dari pekerjaan tersebutlah, membawa keadaan ekonomi Wayan Seri Artana lebih baik, hingga mampu menyekolahkan anakanaknya hingga jenjang S1. Tahun 2009, Wayan Seri Artana mendirikan usaha pertama “CV Arta Wulan Sari” yang beralamat di Jl. Tunjung Sari – Mekar Sari No. 2 Gatot Subroto Barat, Denpasar.
Berharap Terus di Jalur Persaingan yang Sehat
Bergerak di bidang pengadaan barang atau furnitur, CV Arta Wulan Sari awalnya masih berlokasi di tempat tinggal Wayan Seri Artana, di daerah Penamparan. Tahun 2013, bersama tujuh orang karyawan, perusahaan kemudian pindah ke alamat saat ini.
Di samping usaha furnitur, Wayan Seri Artana lebih memilih fokus pada koperasi yang didirikan “Sri Nadi Bersama” yang memiliki keanggotaan 470 orang, sedangkan istri yang lebih berpengalaman, mengambil tanggung jawab penuh pada CV Arta Wulan Sari.
Sama seperti harapan para pemilik usaha lainnya, CV Arta Wulan Sari juga dipersiapkan untuk dikembangkan di kabupaten lain, seperti Karangasem dan Singaraja, namun karena kondisi pandemi dan terutama peraturan dari pemerintah mengenai pengadaan barang lebih terbuka, tanpa lagi mengandalkan rekanan atau pemilik UMKM, CV Arta Wulan Sari saat ini mulai merasakan perjalanan usahanya kurang produktif, sehingga saat ini hanya berjalan sesuai dengan kemampuan yang ada. Namun doa diiringi dengan keuletan, khususnya dalam hal pemasaran dan mengikuti tender-tender, harus wajib terus dilakukan, baik dengan para sales, pemerintahan, maupun perusahaan swasta.