Mengukir Untung dari Kerajinan Perunggu hingga Tembus Pasar Internasional

Memulai terjun ke dunia usaha sejak tahun 90-an, H. Alnedi merupakan pengusaha pelopor bisnis kerajinan perunggu di Indonesia. Lantaran sebelum ia, belum ada yang menggarap usaha kerajinan yang memanfaatkan bahan logam berupa perunggu. Lewat kedua tangannya ia berhasil menyulap material yang juga dikenal dengan nama bronze itu menjadi produk seni bernilai ekonomi tinggi. Bahkan hasil karyanya tersebut diapresiasi di mancanegara terbukti sebagian besar konsumennya datang dari luar negeri.

Selain memproduksi barang seni berbahan perunggu, H. Alnedi juga menawarkan aneka produk kerajinan dari logam lain seperti kuningan atau brass. Terhitung sudah 30 tahun lamanya pria asal Sumatera ini menggeluti bisnis kerajinan logam. Selama itu pula ribuan barang karya seni dari berbagai bahan logam telah tercipta olehnya. Mengusung nama Golden Buffalo Bronze Bali, saat ini masih menjadi pengekspor kerajinan logam dengan jaringan pemasaran ke berbagai penjuru dunia. Negara tujuan ekspornya antara lain negara-negara di benua Eropa, Australia, Jepang, Singapura, dan Malaysia.

Perjuangan

Selayaknya pengusaha pada umumnya, Alnedi juga memulai usaha ini dari bawah. Lantaran sebelum dikenal sebagai pengusaha sukses seperti sekarang, ia datang dari kalangan keluarga sederhana. Sejenak menapak tilas kehidupan masa lalu Alnedi yang sarat akan perjuangan hidup, kerja keras dan ketekunan demi mengubah taraf ekonomi agar lebuh baik lagi. Masa kecilnya di era 70-an dihabiskan di tanah kelahirannya di Muaro Paneh Solok, Sumatera Barat. Sejak kanak kanak ia sudah terbiasa bekerja, membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai pengrajin kayu sekaligus menjajakan pisang goreng.

Himpitan ekonomi membuat orang tua Alnedi angkat tangan dalam membiayai pendidikannya. Sehingga ketika ada tawaran dari sang Paman yang sudah lama menetap di Bali untuk ikut merantau ke Pulau Dewata ia terima saja. Kala itu di tahun 1975, kali pertama ia menjejakkan kaki di Bali. Sambil bersekolah ia disuruh oleh pamannya untuk bekerja mencuci piring di sebuah rumah makan, tetapi Alnedi lebih memilih untuk menjual aksesoris, mainan anak-anak, topi dan ikat pinggang di Pasar Kumbasari bahkan sampai ke pasarpasar kecil di seluruh Bali. Baru ketika ia duduk di bangku SMP, Alnedi berani mengeksplorasi daerah lainnya di Bali Selatan seperti di Kuta. Di sana ia menemukan peluang bisnis menguntungkan dan mudah untuk dijalankan yaitu menjual kartu pos kepada para wisatawan mancanegara. Saat itu kartu pos bergambar lukisan atau foto tentang Bali digandrungi turis asing sebagai cinderamata untuk dibawa pulang ke negara masing-masing. Lewat usaha itu pula ia berhasil mengisi pundi-pundinya dengan rupiah hingga mampu membiayai sekolahnya sampai tamat.

Seperti anak muda lainnya, Alnedi juga menggantungkan cita-cita setinggi-tingginya. Mulai dari keinginan untuk bisa menjadi polisi hingga cita-cita mengejar profesi sebagai dokter kandungan. Namun semua asa itu pupus lantaran alasan klasik di zaman itu, apalagi kalau bukan keterbatasan biaya. Bak air hujan yang mengikis debu di atas bumi pertiwi, seperti itu pula kendala biaya membuat anak bangsa seperti Alnedi mesti mengubur angan-angannya.

Hanya saja Alnedi tidak lantas berputus asa. Ia meyakini bahwa ada kesempatan di luar sana yang menunggu untuk digarapnya. Salah satu jalan menuju sukses diyakininya adalah lewat membangun usaha. Tapi modal dari mana? Itulah yang terus menjadi beban pikirannya siang dan malam. Hingga akhirnya sang paman mengarahkan ia untuk bekerja dulu di tempat lain. Sembari mencari pengalaman juga menjadi jalan untuk mengumpulkan modal. Ia pun menuruti nasIhat tersebut dengan bekerja di rumah makan.

Menggarap Peluang

Setelah beberapa lama meniti karier di rumah makan, tabungan yang ia kumpulkan terus bertambah. Hingga ia merasa bahwa dari tabungan itu ia dapat memulai usaha baru. Namun lagi-lagi ia menemui kebingungan, kali ini perihal bidang usaha apa yang sebaiknya dijalankan. Dari sekian opsi yang ada, usaha yang berkaitan dengan pariwisata paling menguntungkan. Di sana ia melirik peluang penjualan produk dekorasi untuk hotel, vila maupun restoran. Belum ada saat itu barang dekorasi atau pajangan yang berbahan dari perunggu sehingga ia tertarik untuk menggarap peluang itu.

Semula penjualan dilakukan untuk pasar domestik. Alnedi mesti mengerjakan urusan pemasaran di samping mengerjakan produksi sendiri. Di awal masa usahanya, ia membuat sendiri desain produk dan mengenalkannya ke pasaran. Bila desain tersebut diminati, barulah ia memproduksi dalam jumlah besar. Seiring berjalannya waktu, mulai banyak yang datang memesan desain sesuai keinginan klien masing-masing. Di situlah tantangan yang Alnedi hadapi, yaitu membuat produk semirip mungkin dengan desain yang diminta. Ketepatan, ketelitian dan keindahan hasil akhir menjadi kunci kesuksesan Alnedi dalam berkarya. Hal itu pula yang membuat banyak pengusaha dari berbagai negara melirik barang kerajinan miliknya.

Sampai sekarang, Alnedi tidak menyangka jika usahanya dapat maju hingga sekarang. Suatu kebanggaan tersendiri bagi pengusaha lokal sepertinya berhasil membuat hasil karyanya dipajang di berbagai hotel dan vila di banyak negara. Pencapaian lain yang tak kalah membahagiakan yaitu ia berhasil membuka lapangan kerja untuk masyarakat. Harapan ke depan semoga banyak bermunculan Alnedi Alnedi lainnya sehingga perekonomian daerah dapat bangkit melalui peluang di pasar ekspor.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!