Mengukir Masa Depan dari Tukang Ukir Menjadi Kontraktor Sukses
I Wayan Yasa, seorang kelahiran Sukawati, tumbuh di lingkungan di mana seni ukir patung merupakan kegiatan umum di kalangan anak-anak. Sejak usia dini, Wayan Yasa telah menunjukkan kemampuannya dalam mengukir patung hingga saat ia berada di SMA. Kemampuan ini memungkinkannya untuk membiayai pendidikannya sendiri tanpa memberatkan orang tuanya. Meskipun terkadang ia harus mengabaikan kehadiran di sekolah agar dapat menyelesaikan pekerjaan dan mendapatkan penghasilan.
Setelah menyelesaikan SMA, Wayan Yasa menghadapi kendala finansial sehingga tidak mampu melanjutkan kuliah. Ia pun mengambil keputusan untuk bekerja sebagai petani sambil tetap melanjutkan keahliannya sebagai pengukir. Orang tua yang melihat potensinya, mengambil langkah untuk memberikan dukungan dengan memberikan modal dari hasil panen mereka. Dengan modal tersebut, Wayan Yasa memutuskan untuk mencoba peluang dengan mendaftar sebagai petugas keamanan di Singaraja. Setelah berhasil lulus dari pelatihan, ia mendapatkan pekerjaan sebagai petugas keamanan di Krisna Cargo. Pada titik ini, impian Yasa hanya sebatas itu saja. Dengan latar belakang ekonomi keluarga petani, ia tidak berani berharap lebih dari pekerjaan yang ia miliki saat itu.
Ni Made Budiani tumbuh dalam lingkungan yang kuat di industri pariwisata. Dia mendapatkan informasi dan bantuan dari orang-orang sekitarnya terkait peluang kerja di sektor pariwisata. Setelah bergabung dengan dunia kerja, ia bekerja di sebuah hotel sebagai Florist, dengan tugas tambahan sebagai Pembersih Kamar dan Waitress. Pada tahun 2010, ia dan suaminya mulai mempertimbangkan merintis usaha sendiri, meskipun keduanya masih memiliki pekerjaan tetap. Pada tahun 2014, Wayan Yasa memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan fokus dalam mengembangkan usaha mereka bersama.
Sebelumnya, Wayan Yasa telah mencoba beberapa bisnis sebelum memutuskan untuk merintis usaha mereka bersama dengan istrinya. Ia pernah menjajakan roti keliling dari warung ke warung, menjual minyak tanah dan bahkan memiliki keinginan untuk membeli mobil guna meningkatkan efisiensi operasional bisnis mereka. Selain itu, mereka juga mulai menjual hasil pertanian mereka yang diangkut menggunakan mobil tersebut, serta menjual material pasir untuk proyek pembangunan. Ketika mereka mendapatkan kesempatan untuk menyewa lahan kosong dari seseorang di luar Bali, mereka memanfaatkannya untuk mengelola usaha mereka dengan lebih serius. Mereka terutama fokus pada penyediaan material bangunan dan memanfaatkan keterampilan mengukir khas Bali yang dimiliki oleh Wayan Yasa. Ia menggunakan keterampilan mengukirnya untuk menciptakan hiasan bangunan khas Bali yang kemudian dijual kepada pelanggan.
Ni Made Budiani akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di hotel dan bergabung dengan Wayan Yasa dalam mengelola usaha mereka. Keduanya saling berbagi tugas dan Wayan Yasa bahkan mulai belajar tentang desain, karena dia memiliki minat untuk terlibat dalam industri kontraktor. Proyek pertamanya adalah membangun rumah pribadi dan seiring berjalannya waktu, proyek-proyek yang dipercayakan kepada mereka semakin besar, termasuk proyek-proyek di Shangri-La Bali National Golf dan Taman Nusa. Kesuksesan proyek-proyek ini mendorong mereka untuk meresmikan bisnis mereka dengan nama “CV Padma Bali”.
Namun, pengelolaan bisnis ini menghadapi tantangan saat pola pengelolaan yang salah dan kepercayaan yang disalahgunakan oleh pihak tertentu mengakibatkan kekacauan dalam bisnis tersebut. Hal ini menyebabkan Wayan Yasa mengalami stres dengan kondisi yang sedang dihadapinya. Made Budiani selain sebagai mitra bisnis, juga menjadi mitra hidup Wayan Yasa, berusaha memberikan motivasi bagi suaminya yang sempat kehilangan arah. Terlepas dari motivasi yang diberikan oleh istri, kesadaran dan semangat dalam diri Wayan Yasa menjadi faktor yang paling penting. Motivasi dari orang lain dapat memberikan dorongan dan dukungan, tetapi pada akhirnya, ia menyadari determinasi dan semangat yang berasal dari dalam dirinya adalah kunci untuk kembali bangkit dari keterpurukan.
Setelah mengatasi tantangan dan kesulitan dalam pengelolaan bisnis, Wayan Yasa menunjukkan ketangguhannya dengan kembali menerima proyek-proyek baru. Sebagai tanda awal perubahan dan pemulihan, ia memutuskan untuk mengubah nama perusahaan menjadi “CV Padma Div Bali”. Perubahan ini mencerminkan niatnya untuk melanjutkan bisnis dengan semangat baru. Seiring berjalannya waktu, perusahaan semakin berkembang dan menghadapi proyek-proyek yang semakin besar. Sebagai respons terhadap pertumbuhan ini, status perusahaan kemudian diubah menjadi “PT Padma Bali Jaya”. Dalam menjalankan proyek-proyeknya, perusahaan ini bergerak terutama di sektor pariwisata, namun tidak menutup kemungkinan juga terlibat dalam proyek-proyek pemerintah. Dengan visi yang jauh ke depan, Wayan Yasa berharap perusahaan ini dapat berkembang menjadi seorang pengembang (developer). Hal ini menunjukkan ambisi dan cita-citanya untuk terlibat dalam pengembangan properti dan konstruksi yang lebih besar. Dalam peran tersebut, perusahaan akan berperan dalam menciptakan dan mengelola proyek-proyek yang berkontribusi pada pembangunan dan pertumbuhan di sektor properti.