Mengembangkan Layanan Properti Dengan Sentuhan Lokal ‘Reality With Local Touch’
Anak Agung Ayu Rita mulai menunjukkan ketertarikannya dengan bisnis properti semenjak diperkenalkan oleh orangtua sejak ia duduk di bangku SMA. Walau bisnis orangtua masih sederhana dan belum banyak bisnis yang sejenis pada masa itu, orangtuanya berhasil mendidiknya untuk semangat dalam belajar strategi dalam bisnis ini. Ketertarikannya pun semakin menjadi-jadi sejak memulai proyeknya yang pertama, yakni sebuah boutique hotel di daerah Ubud.
Sejak duduk di bangku SMA, Anak Agung Ayu Rita Dewi sudah dilibatkan dalam bisnis orangtua. Namun jauh sebelum ia remaja, tepatnya di usia lima tahun proses belajar itu sudah dimulai sejak ia aktif belajar menari. Awalnya aktifitas tersebut ia lakukan karena terpaksa, karena memang usia dari Gung Rita, masih ingin bermain seperti anak-anak seusianya.
Keluarga Gung Rita sendiri selain pebisnis, juga memiliki darah seni yang telah mendarah daging. Salah satunya, Sang kakek yang merupakan maestro tari, sukses membawa seni tari Bali hingga ke manca negara pada tahun 1931. Berkat didikan beliau, Gung Rita di usianya yang ke sembilan tahun, sudah memiliki pengalaman menari di depan Presiden Soeharto. Tak hanya itu, ia pun melanglang buana membawakan tari legong pada tahun 1985 di Jepang, hingga ke Amerika. Dari pengalaman yang luar biasa tersebut, mampu membuka mata Gung Rita, bahwa budaya Bali khususnya tari-tarian yang ia bawakan, membuat orang-orang di belahan dunia mana pun berdecak kagum.
Gung Rita memulai bisnis properti namun tanpa perusahaan pada tahun 2002. Di tahun 2007, ia mulai bekerjasama dengan rekannya dari Singapura, yang awalnya ingin memiliki tempat tinggal di Bali.
Dalam membangun bisnisnya, Gung Rita selalu ingat petuah-petuah almarhum sang ayah yang menjadi inspirasinya dalam berbisnis. Sang ayah mengatakan bahwa bisnis properti itu menjanjikan, tapi ia selalu diperingatkan untuk tidak mengambil hak orang lain, dalam mendapatkan untung. Bila hal buruk itu terjadi dalam bisnisnya, sulit untuk mengubah pandangan negatif masyarakat, dan mengembalikan sebuah kepercayaan. Red Lotus Ubud Villa Management & Property didirikan dengan konsep menggabungkan layanan realty dengan sentuhan lokal Bali yang sangat baik.
Konsep dasar ini ditampilkan dengan jelas melalui pilihan logo Bunga Teratai Merah yang banyak digunakan dalam kepercayaan Hindu, berfungsi sebagai dasar di mana para dewa dan dewi berdiri dan bermeditasi dan melambangkan kemurnian dalam tubuh, pikiran dan jiwa sedangkan pilihan merah mewakili kekuatan, semangat dan cinta. Bunga dan warna ini mewakili cara Red Lotus Ubud melayani dari hati yang murni dengan hasrat dan cinta untuk semua klien.
Red Lotus terbagi menjadi dua departemen, yakni manajemen dan properti. Di departemen properti, Red Lotus terus memperbarui daftar tanah, vila, dan rumah baik untuk disewa maupun dijual. Di departemen manajemen, Red Lotus menyediakan dua layanan utama, salah satunya adalah mengelola properti, seperti villa atau rumah yang berhubungan dengan pemeliharaan, kepegawaian dan juga pemasaran. Untuk pemasaran, Red Lotus menawarkan akomodasi sewa liburan vila terbaik di Ubud, menjamin kualitas layanan bagi tamu, kenyamanan menginap, kemewahan akomodasi dan pengalaman terbaik selama tamu menginap di akomodasi villa. Dalam layanan penyewaan liburan, Red Lotus menyediakan tempat terbaik untuk penyewaan liburan dan mengakomodasi semua permintaan dan pertanyaan memastikan semua layanan sesuai dengan harapan klien.
Sebagai wanita Bali, tentu tidak mudah membagi waktu antara menyama braya dan berbisnis. Tapi bagi Gung Rita sendiri, hingga saat ini ia tidak memiliki masalah dalam hal ini. Ia dapat membagi waktu untuk keluarga, bisnis dan menyama braya. Baginya semua itu kembali lagi kepada priibadi masing-masing orang, sama halnya dalam meraih kesuksesan. Kesuksesan itu berakar dari diri sendiri, bila memiliki keinginan untuk terus belajar, tekun dan menjalani dengan sepenuh hati, apa yang menjadi target kita, pasti akan akan berhasil.