Mengangkat Budaya Bali dalam Adaptasi Teknologi Modern

Dari atlet bela diri, dosen hingga wirausahawan startup, jenjang karier yang sukses ditapaki I Wayan Lovayana, justru lahir dari latar belakang orang tua yang tidak terlalu memiliki potensi yang menonjol di desa kelahirannya, Tegallinggah, Kabupeten Tabanan. Namun semangat yang dimiliki orang tua, terutama ayah untuk bekerja di kota, tak terpatahkan meski rela jauh dari keluarga. Hingga mendirikan usaha toko bangunan bersama sang ibu, sinergi keduanya pun sukses mengantarkan Lovayana dan adik, bisa menempuh pendidikan hingga luar negeri dan menemukan potensi sejati lewat kesempatankesempatan yang lebih terbuka lebar

Kesuksesan kedua orang tua membangun bisnis, membawa langkah Lovayana melanjutkan kuliah di rantauan, tepatnya di S1 Management Marketing di Universitas Kristen Maranatha dan di Universitas Bina Nusantara, pada program S2 Creative Marketing. Untuk adik, baru saja meluluskan kuliahnya di Rusia. Diungkapkan oleh anak pertama dari dua bersaudara ini, saat masih mengenyam pendidikan, ia sempat tidak nyaman dengan didikan orang tua yang mengharuskannya mengurus toko bangunan, di saat libur atau cuti kuliah. Setelah lulus S2, ia memutuskan tak mau lagi meng-handle toko bangunan, ia kembali ke Bandung dan bekerja sebagai dosen pada tahun 2016.

Lovayana kemudian tak melanjutkan masa dosen kontraknya, sembari mengikuti kompetisi bersama rekan-rekannya, yakni menciptakan inovasi “Tattwa Nusantara”, di mana menjadikan seni ukiran Bali sebagai case smartphone yang eksklusif. Singkat cerita, Lovayana yang juga merupakan atlet bela diri Shorinji Kempo ini, semakin matang dengan pengalamannya sebagai generasi muda yang peduli dengan budaya Bali, melalui wirausahawan startup dari founder sekaligus CEO komunitas “Carita Bestari”. Di komunitas tersebut, ia mengangkat dan memperkenalkannya budaya Bali dalam nuansa yang lebih modern, dalam sebuah game Virtual Reality (VR). Salah satunya yang kini sudah berjalan selama setahun, yaitu game Kebo Iwa yang bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Masih dibawah naungan komunitas yang sama, pria kelahiran Tabanan, 1 Desember 1991 ini juga memiliki inovasi lainnya, “Digital Lontar Nusantara” yang bergerak di bidang Virtual Reality dan Augmented Reality dan aplikasi Musea Bali, yang memuat konten informasi sejarah dan museum di Bali yang di-support oleh Kemendikbud yang rencananya akan release Juni 2022 dan “Tattwa Nusantara” yang merupakan bisnisnya yang pertama.

Dibentuknya komunitas Caritra Bestari Bali, Lovayana terpilih menjadi nominasi “Pemuda Kreatif Astra” di tahun 2018, dan juga menjadi “Juara Pemuda Pelopor Bidang Inovasi Teknologi tingkat Provinsi Bali”. Lovayana pun mendapat kesempatan emas, sebagai satu-satunya yang mewakili Bali bersama 14 CEO lainnya seluruh Indonesia, untuk mengikuti pelatihan kewirausahawan di Royal Enfield UK Technology Centre. Mengikuti berbagai kompetisi, dari “Gerakan 1000 Startup 2018” hingga menerima dana hibah PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi). Juni 2020, dibarengi dengan kondisi pandemi, Lovayana semakin memperkenalkan game Virtual Reality (VR), ia dengan konsep tempat nongkrong hits “Tahoma Coffee & Eatery” di Jl. Nakula No.78, Pemecutan Klod, Denpasar Barat.

Tahoma Coffee & Eatery yang dilengkapi game VR, live music, Netflix room ini, diharapkan tak hanya menjadi sekedar tempat nongkrong biasa, tapi juga menjadi lokasi sentralnya para generasi muda yang ingn mendapat edukasi untuk menjadi entrepreneur, maupun yang memiliki skill tertentu bisa berkolaborasi dan saling berbagi ilmu dan pengalaman di Tahoma Coffee & Eatery yang dibuka secara umum. Semoga melalui inovasiinovasi yang diciptakan ini, semakin membangun semangat generasi muda Bali khususnya, untuk berkreativitas terlebih mengangkat budaya Bali dalam adaptasi teknologi modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!