Mengalir seperti Sungai dalam Pendidikan, Notaris dan Politik
Sejak usia dini, I Nyoman Sumardika telah dibimbing oleh orang tuanya untuk memahami mata pencaharian mereka di sektor pertanian. Tujuannya sederhana, agar saat ia dewasa, Sumardika dapat mandiri dan memiliki keterampilan untuk memastikan bahwa ia setidaknya tidak akan kelaparan, bahkan jika tak menjadi pegawai negeri sipil. Prinsip sederhana ini adalah pegangan orang tuanya. Sebagai seorang anak petani, Sumardika menyadari bahwa lingkup pilihannya tidak sefleksibel anak-anak yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang lebih sejahtera. Mereka memiliki lebih banyak pilihan karier yang dapat dijajaki, seringkali disertai dengan berbagai bantuan dan dukungan. Sementara bagi anak petani seperti Sumardika, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dalam perjalanan hidup dan karier, pilihannya terbatas dan terjalin erat dengan akar-akarnya dalam pertanian, seperti air yang mengikuti aliran sungai.
Sumardika dilahirkan dalam keluarga petani di Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Orang tuanya bekerja sebagai petani dan memiliki usaha penggilingan padi. Meskipun aktif membantu orang tuanya di lahan pertanian, Sumardika juga menonjol dalam prestasi akademis. Ia sering kali meraih juara kelas dan bahkan berhasil menjadi juara umum kedua. Suatu hari, setelah meraih gelar juara umum pertamanya, ia berani meminta hadiah berupa sepatu merek luar negeri sebagai penghargaan. Namun ayahnya memberikan tanggapan yang membuatnya berpikir, bahwa nilai kecerdasannya jauh lebih berharga daripada sepatu mahal tersebut.
Sumardika akhirnya menaati permintaan orang tuanya dan memutuskan fokus pada pendidikan untuk menyelesaikan kuliah. Sebelum memasuki perguruan tinggi, orang tuanya menetapkan syarat bahwa ia harus menamatkan kuliah dalam waktu maksimal enam tahun, karena mereka tidak mampu untuk membiayainya lebih lama dari itu. Sumardika mengambil jurusan Hukum di Universitas Udayana (UNUD) dan berhasil menyelesaikan gelarnya dalam waktu empat tahun. Setelah lulus, dengan dua tahun tersisa dari kesepakatan awal orang tuanya, Sumardika mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan studi ke jurusan Kenotariatan. Namun, orang tuanya menyarankan agar ia segera mencari pekerjaan untuk membantu membiayai adik-adiknya.
Dengan tulus menerima kondisi ekonomi keluarga, Sumardika tetap menjaga semangatnya untuk mencapai karier profesional yang diimpikannya. Ia kemudian mengambil langkah untuk melamar sebagai dosen di Universitas Warmadewa, dan pada bulan Mei 1989, ia resmi menjadi berprofesi sebagai dosen. Dalam waktu singkat, karena ketersediaan sumber daya manusia yang terbatas saat itu, Sumardika dipercaya untuk mengemban beberapa jabatan, yakni Sekretaris Jurusan. Kemudian ia terus naik dalam hierarki menjadi Ketua Jurusan, Wakil Dekan III dan Wakil Dekan I, sebelum akhirnya menjabat sebagai Dekan dari tahun 1999 hingga 2007. Meskipun kesibukannya di kampus telah ia habiskan selama 17 tahun, ia tidak pernah melupakan impian untuk mengejar studi di bidang Kenotariatan. Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Dekan, Sumardika kembali ke bangku kuliah, kali ini di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menyelesaikan studinya selama hampir dua tahun dan lulus dengan predikat cum laude pada tahun 2008. Setelah itu, Sumardika ditempatkan sebagai seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Tabanan pada tahun 2009. Ia kemudian mengajukan permohonan untuk menjadi seorang notaris dan akhirnya mewujudkan impian itu dengan membuka kantor notaris yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani Utara V No, 8, Abian Tuwung, Kediri, Tabanan.
Seperti air yang mengalir, karier Sumardika sebagai notaris dan dosen telah berjalan dengan cukup baik. Namun, perjalanannya tidak berhenti di sana. Ia dipercaya sebagai Staf Ahli oleh Mantan Bupati Badung dan Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung. Selain itu, Sumardika memutuskan untuk terlibat dalam dunia politik dengan menjadi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Provinsi Bali. Pada tahun 2023, ia mengambil langkah lebih jauh dengan mencalonkan diri sebagai calon legislatif DPR RI. Bagi Sumardika, profesinya di bidang pendidikan, notaris maupun politik, memiliki satu tujuan yakni melayani masyarakat. Meskipun kendaraannya berbeda, ia meyakini bahwa perannya di politik juga dapat memberikan manfaat seperti yang telah ia berikan dalam dua profesinya sebelumnya. Kunci keberhasilannya adalah menjaga kedisiplinan dan tidak terlalu fokus pada hasil. Ibaratkan mengalir seperti sungai yang pada akhirnya akan menyatu dengan lautan, membawa manfaat yang mendalam bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.