Menembus Pasar Ekspor Rumah Plastik Petandakan Buka Peluang Ekonomi Masyarakat hingga Lestarikan Lingkungan
Membantu menggerakkan ekonomi masyarakat sekaligus mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup. Bukanlah suatu hal yang mustahil dilakukan bersamaan. Hal ini telah dibuktikan oleh seorang social-entrepreneur muda bernama Putu Eka Darmawan. Bersama rekannya yang juga sesama peduli masalah lingkungan, (nama rekannya yang diajak wawancara), ia mengelola usaha Rumah Plastik di Desa Petandakan, Buleleng, Bali. Tak tanggung-tanggung, usaha yang berfokus pada pengelolaan sampah plastik ini mampu menembus pasar ekspor hingga ke Tiongkok.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagi Putu Eka Darmawan bahwa dirinya akan menekuni bidang karir yang mengharuskan untuk berkutat dengan sampah plastik. Tentunya bagi pria kelahiran Singaraja, 11 Desember 1989 ini, banyak pilihan karir yang bisa dianggap lebih menarik secara pemahaman awam. Lantas, apa yang mendasari pria baru menginjak usia 30 tahun ini akhirnya terjun ke dunia social-entrepreneurship pengolahan sampah plastik?
“Saya terinspirasi oleh salah seorang anak muda yang berasal dari Kalimantan. Ia sejak kecil bekerja mengumpulkan sampah plastik, hingga dewasa masih konsisten dengan kegiatan yang sama namun ia membuat pekerjaannya itu ke level yang lebih tinggi dengan mengekspor plastik-plastik tersebut,” ujar Putu Eka.
Bak gayung bersambut, Putu Eka yang sempat bekerja di industri pariwisata juga dipertemukan dengan pegiat usaha Bank Sampah di Buleleng bernama , (nama rekannya yang diajak wawancara). Lewat diskusi yang lebih serius, akhirnya Putu Eka tertarik berinvestasi di bidang usaha pengelolaan sampah plastik. Usaha itu diberi nama Rumah Plastik Petandakan lantaran lokasinya yang berada di Desa Petandakan, Kabupaten Buleleng.
“Tentunya saya terjun ke usaha ini bukan hanya sekedar mengikuti insting bisnis. Setelah melaksanakan riset yang mendalam, saya menemukan dampak positif yang begitu luas dari kegiatan usaha ini di masa depan,” tuturnya.
Lanjut Putu Eka menambahkan, akhirnya pada April 2016, Rumah Plastik Petandakan resmi beroperasi. Saat awal berdiri di tahun 2016, Rumah Plastik mampu mencacah sampah plastik hingga 200 ton. Tahun 2017 mencapai 500 ton. Hingga bulan Oktober 2018 telah mencapai 500 ton cacahan.
Putu Eka menyebut, hasil produksi cacahan sampah plastik mengalami peningkatan di tahun 2018 karena sudah bekerja sama dengan sejumlah bank sampah. Bahkan, kerja samanya bukan hanya dengan bank sampah di Buleleng saja. Melainkan juga bank sampah di wilayah Denpasar, Klungkung, dan Bangli. Tak pelak hasil cacahan pun meningkat tajam.
Menembus Pasar Ekspor
Proses pencacahan limbah plastik dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, para pekerja memasukkan botol-botol plastik bekas ke dalam mesin pencacah. Kemudian ada pekerja yang menjaga hasil cacahan pada mulut mesin. Melalui mesin pencacah itu keluar biji plastik berukuran sangat kecil. Setelah itu dilakukan proses penjemuran. Setelah cacahan plastik benar-benar kering, cacahan itu dikemas ke dalam karung dan siap untuk didistribusikan ke berbagai tempat.
Putu Eka menjelaskan selain mengirim hasil cacahannya di berbagai pabrik di Bali, ia juga bekerja sama dengan pabrik lainnya di daerah Jawa. Bahkan produk hasil pengolahan di Rumah Plastik Petandakan juga diekspor ke Tiongkok. Di Negeri Tirai Bambu ini, cacahan plastik kemudian dikelola menjadi bahan baku tekstil dan produk kerajinan lainnya.
Menurut Putu Eka, sampah plastik tak ubahnya seperti benda bernilai lainnya. Hanya saja belum banyak orang yang menyadari nlai lebih dari limbah plastik sehingga membiarkannya tercecer begitu saja. Melalui kegiatan usaha pengolahan sampah plastik yang bekerja sama dengan bank sampah di berbagai daerah, pelan tapi pasti mulai meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai nilai ekonomis dari plastik bekas digunakan. Masyarakat juga dapat menikmati keuntungan ekonomis dari limbah plastik dengan menjualnya ke bank-bank sampah yang bekerja sama dengan Rumah Plastik Petandakan.
Semua jenis sampah plastik berupa botol bekas minuman maupun cairan lainnya bisa didaur ulang melalui Rumah Plastik. Hanya saja Setiap sampah plastik yang dibawa ke Rumah Plastik memiliki harga yang berbeda-beda. Jenis botol pelumas kendaraan bermotor, dihargai Rp.150,- per botol. Jenis botol minuman kemasan, dihargai Rp. 1.500,- hingga Rp. 3.500,- per kilogram. Sementara untuk tutup botol diharga Rp. 2.000,- per kilogram.
Selain membuka peluang ekonomi bagi masyarakat, tentunya kegiatan usaha Rumah Plastik Petandakan menjadi sumber rejeki bagi para pekerjanya. Kegiatan usaha ini telah menyediakan lapangan kerja bagi penduduk sekitar. Bahkan perekrutan pekerja di tempat ini tidak memandang usia. Putu Eka juga memberik kesempatan bagi mereka yang telah memasuki usia senja namun masih ingin tetap produktif demi menyambung kehidupan ekonomi mereka. Biasanya para pekerja lansia ini ditempatkan di bagian penyortiran yang memang tidak memerlukan tenaga dan keahlian khusus.
Dampak positif lainnya dari keberadaan Rumah Plastik Petandakan tentunya mengurangi peredaran sampah plastim di alam bebas. Karena itu usaha ini bisa dikatakan sebagai bagian edukasi bagi masyarakat untuk lebih peduli menjaga lingkungan dengan tidak membuangnya ke sungai, laut atau lahan kosong. Sampah plastik yang dikumpulkan di tingkat rumah tangga atau industri bisa dijual ke bank sampah kemudian dikelola di Rumah Plastik. Sehingga peredaran sampah plastik di alam bebas dapat diminamilisir.
Program Kaki Palsu dari Limbah Plastik
Putu Eka menjelaskan di tengah masa pandemi tahun 2020, usahanya memang sedikit terpengaruh namun pada dasarnya kegiatan produksi tetap berjalan secara normal. Memang terjadi penurunan bahan baku dan juga nilai jual namun menurutnya hal itu masih dalam level wajar. Ia menjelaskan telah melaksanakan strategi khusus untuk tetap beraktivitas di masa pandemi ini.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah membuat unit pengolahan limbah plastik menjadi benda bermanfaat lainnya. Sebagai contoh saat ini Rumah Plastik Petandakan mencoba memproduksi meja dari bahan baku plastik. Melalui kegiatan usaha ini, dapat meningkatkan nilai ekonomi dari sampah plastik itu sendiri.
Selain itu, Putu Eka juga menjelaskan tengah mengerjakan proyek sosial yang masih berhubungan dengan limbah plastik. Pihaknya menjelaskan akan memproduksi sejulah kaki palsu yang terbuat dari palstik untuk diberikan kepada anak-anak difable. Hal ini dikarenakan harga kaki palsu dibanderol cukup tinggi di pasaran. Maka proyek yang menggandeng Yayasan Kaki Kita ini akan menyasar target anak difable yang kurang mampu.
Putu Eka mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar nantinya dapat meningkatkan peran Rumah Plastik Pertandakan baik di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Salah satu dukungan diharapkan datang dari para pemangku kebijakan untuk bisa bahu membahu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menjaga kelestarian alam, tidak hanya di Buleleng namun juga di seluruh Bali.