Mendulang Keuntungan dari Batu Berlian Bermodalkan Kejujuran
Siapa yang tidak terpesona dengan kemilau batu mulia seperti berlian dan batu permata lainnya. Benda-benda berharga ini selalu mendapat tempat di hati para penggemarnya, meskipun saban tahun harganya semakin meningkat. Keindahan batu berlian tidak hanya mengundang decak kagum, juga memunculkan sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Dari sekian banyak orang yang mulai melirik prospek di bidang penjualan berlian, Haji Hamdani merupakan sosok pengusaha yang telah malang melintang di industri berlian Pulau Dewata. Terhitung sudah 34 tahun ia mendedikasikan diri di bidang tersebut, mencari keuntungan bermodalkan prinsip kejujuran.
Berlian merupakan jenis batu mulia bernilai paling tinggi, langka dan keras di dunia. Nilai berlian selalu meningkat dari tahun ke tahun. Itu sebabnya berlian sebagai salah satu instrumen investasi dan alat bisnis yang menjanjikan. Bisnis berlian pun semakin populer, terlebih saat ini banyak tokoh kenamaan dunia maupun dalam negeri yang menjadikan berlian sebagai koleksi pribadi. Itulah kelebihan batu berlian karena selain bisa menjadi instrumen investasi, benda itu dapat juga dijadikan sebagai perhiasan untuk mempercantik diri.
Kemilau bisnis berlian menjadi suatu peluang yang sayang untuk dilewatkan. Salah satu pengusaha berlian di Bali yaitu Haji Hamdani, bahkan telah lama menekuni bisnis tersebut. Ia mengaku tertarik berbisnis di bidang penjualan berlian lantaran keluarganya juga banyak yang berkecimpung di usaha tersebut, termasuk orang tuanya. Pria kelahiran Martapura, Kalimantan Selatan, pada tahun 1965 tersebut mengaku terinspirasi dari perjuangan orangtuanya.
Kalimantan Selatan sebagai daerah asal Hamdani memang erat kaitannya dengan keberadaan intan berlian. Di daerah tersebut kerap ada penemuan batu mulia tersebut dengan nilai yang sangat tinggi. Salah satu kisah penemuan berlian yang cukup menggemparkan itu adalah Intan Trisakti, dengan berat 166,7 karat. Berlian ini ditaksir memiliki nilai hingga triliyunan rupiah.
“Tempat penemuan intan tersebut di lahan milik kakek saya. Setelah didulang, ayah saya bersama kelompok penambang lainnya menyerahkan batu tersebut ke pemerintahan Presiden Soekarno. Para penambang dan keluarga mereka mendapat kompensasi berupa biaya untuk naik haji,” kata Hamdani mengisahkan cerita turun temurun di keluarganya.
Merantau Ke Bali
Meskipun usaha keluarganya terbilang sukses dalam bidang penjualan batu berlian dan permata lainnya, namun Hamdani bertekad ingin memperjuangkan ekonomi secara mandiri. Ia ingin merintis usaha lewat kemampuan sendiri dan mempelajari seluk beluk usaha tersebut secara otodidak. Motivasi untuk meraih kesuksesan lewat perjuangan sendiri akhirnya mendorong Hamdani untuk meninggalkan kota asalnya dan mencari peruntungan di daerah lain.
Setelah menyeberangi lautan, sampailah Hamdani di Pulau Bali. Kota Singaraja menjadi tujuannya pada waktu itu karena di sana ia memiliki sanak keluarga yang mengijinkannya untuk tinggal. Pada tahun 1986, tepatnya Bulan September, Hamdani mulai mencoba usaha penjualan berlian. Bisa dikatakan ia sangat minim modal, karena itu ia mencari barang dagangan dengan cara meminjam dari supplier yang mau mempercayainya.
“Saya pinjam barang (berlian, red.) ke orang, jadi modal saya waktu itu hanyalah kejujuran. Agar orang bisa terus mempercayai saya, kejujuran itu selalu saya pegang dan tidak akan merusaknya sampai hari ini,” ujar Hamdani.
Ia mengisahkan tentang perjuangannya merintis usaha di tahun 80-an, dimana pedagang seperti dia masih dapat dihitung jumlahnya. Walaupun berdomisili di Singaraja, ia lebih banyak melakukan transaksi di Kota Denpasar. Satu-satunya akses transportasi menuju Denpasar yaitu dengan menggunakan angkutan umum. Hampir tiap hari ia menghabiskan waktu menunggu angkutan yang akan membawanya ke kota tujuan di terminal Banyuasri. Tak jarang ia harus menunggu berjam-jam hingga kendaraan yang diharapkan tiba.
Sesampainya di terminal Ubung, Denpasar, ia harus mencari lagi kendaraan yang dapat mengantarnya ke rumah-rumah pembeli.
Ia biasa menawarkan dagangannya itu di daerah Kreneng atau kawasan Gajah Mada. Dari satu rumah ke rumah lain yang jaraknya bisa beberapa kilometer, ia tempuh dengan berjalan kaki. Sekalipun ia tidak pernah mengeluh atas keadaannya, sebab ia yakin bila kerja kerasnya tersebut suatu saat nanti dapat terbayar dengan nilai yang pantas.
Selama melakukan kegiatan usahanya saat di jalan, Hamdani tidak pernah takut akan mengalami tindakan kriminalitas. Ia yakin bahwa tingkat keamanan di Pulau Dewata sangat terjamin sebab masyarakat lokal sangat mempercayai hukum sebab akibat. Hukum yang dikenal dengan nama Karma Phala itu menggambarkan segala perbuatan manusia pasti akan mendatangkan hasil sesuai apa yang diperbuat. Ia sendiri juga telah membuktikan keberadaan karma phala tersebut dalam kehidupannya sendiri.
Cerita itu terjadi di tahun 1998, tepatnya saat krisis moneter melanda dunia. Pada momentum tersebut ia justru mengalami penipuan dan harus mengganti kerugian dengan nilai yang sangat besar. Sempat merasa putus asa, Hamdani pun mencoba menghadapi cobaan tersebut dengan segenap kemampuannya. Ia bekerja keras lebih ekstra demi bisa mengganti kerugian yang sebenarnya bukan dari kesalahannya sendiri.
“Awalnya saya merasa mustahil dapat mengembalikan kerugian tersebut. Saya berserah kepada Yang di Atas, di samping saya juga mengimbanginya dengan usaha yang giat,” kenang Hamdani.
Ternyata naiatan yang tulus untuk bertanggung jawab membawa hasil yang tak diduga-duga. Setelah berusaha keras menjual berlian dari satu tempat ke tempat lainnya, nilai penjualannya semakin meningkat. Banyak orang saat itu membeli berlian di saat bersamaan nilai tukar dolar semakin menguat. Keuntungan yang didapat Hamdani bahkan ia katakan berkali-kali lipat dari nilai kerugian yang sempat dialaminya.
Setelah menuai kegagalan sebelumnya, tidak membuat Hamdani kapok berkecimpung di bisnis batu mulia. Ia mengatakan bahwa tanpa adanya pengalaman buruk di masa lalu, ia tidak akan belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain memetik hikmah untuk lebih berhati-hati dalam bertransaksi, ia pun belajar mengenai nilai dari kesabaran dan keuletan. Selain itu prinsip kejujuran selalu ia pegang teguh, meskipun ia sempat berkali-kali dibohongi orang lain.
Berkat sikap yang selalu menjaga kepercayaan para konsumen, pelan tapi pasti semakin banyak orang yang memepercayakan transaksi berlian kepadanya. Usahanya terus berkembang hingga ia mampu menyewa sebuah toko sebagai tempat memajangkan produk dan bertransaksi dengan pembeli. Ketekunannya pun akhirnya berbuah kesuksesan, meskipun harus menempuh proses yang tidak sebentar dan terbilang berat.
Kesuksesan yang telah digapai Hamdani saat ini tidak membuatnya lupa pada jati diri asalanya. Anak kesembilan dari 12 bersaudara ini selalu ingat untuk membalas budi orangtua, khususnya Sang Ibu yang senantiasa memanjatkan doa-doa yang tulus agar dirinya dapat bertemu dengan pintu kesuksesan. Selain berusaha mebahagiakan orang-orang terkasih ia pun selalu ingat untuk tetap berbagi kepada sesama. Karena segala anugrah yang dimiliki saat ini, hanyalah titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.