Mendorong Semangat Berkarya Raup Keuntungan hingga Berbagi dengan Sesama
Siapa sangka dari mengolah kacang yang berukuran kecil, dapat mengantarkan sepasang suami istri asal Singaraja menjadi tokoh pengusaha UMKM sukses di Bali. Mereka adalah Ketut Subawa dan Nyoman Suparmi yang mampu meraup keuntungan dari usaha pabrik kacang kapri. Mengusung brand Kacang Kapri Tari Bali Meman, pasangan ini memiliki jaringan pemasaran di seluruh Bali hingga ke luar daerah. Lewat usaha ini, Ketut Subawa dan Nyoman Suparmi pun berhasil membuka peluang bagi ratusan reseller serta memiliki kesempatan berbagi kepada sesamanya.
Setiap daerah tujuan wisata tentunya memiliki sebuah panganan khas yang biasa dijadikan sebagai buah tangan saat wisatawan kembali pulang ke asalnya. Begitu pula Pulau Bali sebagai destinasi wisata dunia, menawarkan berbagai pilihan kudapan yang bisa dijadikan oleh-oleh. Salah satunya produk Kacang Kapri Tari Bali Meman produksi dari pasangan pengusaha, Ketut Subawa dan Nyoman Suparmi. Produk kacang dengan logo sosok penari Bali ini kerap menjadi rekomendasi oleh-oleh yang wajib dibawa pulang oleh para pelancong.
Memang tidak ada catatan resmi mengenai sejak kapan kacang masuk ke dalam daftar oleh-oleh khas Bali. Nyoman Suparmi mengatakan bahwa sanak saudaranya yang tinggal di Kabupaten Klungkung sudah menekuni usaha pengolahan kacang sejak pariwisata Bali mulai bergeliat di era 90-an. Pada waktu itu hasil produksi hanya untuk memenuhi pasar lokal di area Klungkung dan sekitarnya. Barulah di tangan Nyoman Suparmi, usaha pengolahan kacang khususnya jenis Kapri menjelma menjadi produk UMKM lokal berdaya saing tinggi hingga menembus pasar nasional.
Inovasi
Jauh sebelum fokus menggarap peluang usaha kacang kapri, Nyoman Suparmi sempat mencicipi berbagai pengalaman kerja dan usaha. Perempuan lulusan Sekolah Pendidikan Guru ini dahulu pernah mengelola usaha kantin di sekolah tempat sang kakak bekerja. Motivasi untuk bisa sukses secara finansial mendorongnya untuk berani mengambil langkah karier yang tak seirama dengan disiplin ilmu yang ia miliki.
Setelah menikah dengan Ketut Subawa, perempuan asli Klungkung ini mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mengurus keluarga kecil mereka. Beruntung Ketut Subawa mempunyai istri yang tangguh dan bisa membantu tugasnya memenuhi kebutuhan keluarganya. Di tengah aktivitas mengasuh anak, Nyoman Suparmi berinisiatif untuk membantu meringankan beban sang suami dalam mencari nafkah. Dirinya yang sudah memiliki jiwa bisnis sejak belum menikah ini memutuskan untuk berwirausaha.
Salah satu usaha yang pernah dilakoni Nyoman Suparmi dalam mengisi waktu luangnya yaitu bisnis penjualan sepatu. Tak tanggung-tanggung, ia sampai mengunjungi sentra pembuatan sepatu di daerah Cibaduyut, Jawa Barat, demi menemukan supplier produk yang cocok diajak bekerja sama. Didukung oleh kemampuan komunikasi dan pemasaran yang apik, Nyoman Suparmi berhasil mengembangkan usaha reseller sepatu tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Nyoman Suparmi berkeinginan untuk lebih bisa maju melalui usahanya. Hanya saja bila terus menerus melakoni peran sebagai reseller, ia kesulitan berinovasi karena segala hal yang berhubungan dengan produk menjadi ranah wewenang mutlak para supplier. Sedangkan ia ingin bebas berkreasi dengan memproduksi barang sendiri. Namun untuk memproduksi sepatu, tentu diperlukan keahlian khusus serta modal yang cukup besar. Kemudian Nyoman Suparmi mencari akal bagaimana menguasai pengolahan produk dengan lebih cepat dan memerlukan modal yang minim. Barulah ia memikirkan untuk mengembangkan usaha pengolahan kacang lantaran resep dari keluarga sudah ia ketahui. Tinggal melakukan percobaan agar lebih menguasai resep tersebut. Sedangkan di awal usaha ia masih menggunakan peralatan sederhana yang tersedia di rumah.
Nyoman Suparmi mengatakan ia tidak lantas sukses membuat produk pada saat memulai usaha. Beberapa kali menemui kegagalan, namun hal itu tak menyurutkan semangatnya melangkah lebih jauh dalam berusaha.
Setelah berhasil membuat produk dengan cita rasa yang diharapkan, tidak langsung membuat produknya sukses di pasaran. Sadar sebagai pendatang baru di dunia persaingan usaha, Nyoman Suparmi memutuskan berinovasi dari resep keluarganya.
Ternyata kreasi dari resep sebelumnya tersebut diterima dengan baik saat diluncurkan ke pasaran. Kacang Kapri Tari Bali Meman memiliki cita rasa yang khas dengan menonjolkan rempah-rempah sebagai pembedanya. Peminatnya terus bertambah, tidak hanya datang dari kalangan masyarakat lokal tapi juga permintaan terus berdatangan dari luar Bali. Hingga saat ini pun, Nyoman Suparmi terus berusaha menjaga citarasa bumbu dan rempahrempah sebagai upaya yang dilakukannya untuk mempertahankan kualitas produk.
Sistem Reseller
Sejak awal mendirikan usaha, Nyoman Suparmi sudah menggantungkan cita-cita agar usahanya tersebut nantinya dapat menggerakkan ekonomi orang-orang di sekitar. Itulah sebabnya, ia tidak menyasar langsung konsumen akhir melainkan memiliki segmentasi target pasar para distributor. Di pabriknya yang berlokasi di Jl. Nuansa Hijau Timur, Ubung, Denpasar tersebut hanya menerima pembelian secara grosir bagi para reseller yang menjual kembali. Melalui sistem reseller ini diharapkan dapat menekan biaya promosi sekaligus dapat mengajak lebih banyak orang untuk ikut berwirausaha.
Awalnya para reseller Kacang Kapri Tari Bali Meman merupakan kalangan tetangga rumah Nyoman Suparmi dan Ketut Subawa. Dalam perkembangannya, para reseller juga banyak yang berdatangan dari luar Bali. Permintaan produk Kacang Kapri Tari Bali Meman ini kian meningkat seiring dengan pemanfaatan teknologi komunikasi sebagai media berpromosi. Banyak reseller yang memasarkan produk ini melalui media sosial maupun marketplace dan terbukti efektif mendongkrak pemasaran.
Di balik kesuksesan Nyoman Suparmi sebagai entrepreneur terdapat dukungan sang suami, Ketut Subawa yang juga berperan besar dalam usahanya. Sang suami lebih banyak bertugas di bagian pemasaran dan manajemen karyawan mengatakan mampu memproduksi kacang kapri hingga 1 ton per harinya. Namun diakuinya sejak permintaan menurun akibat dampak pandemi covid-19, jumlah produksi juga ikut menurun. Dalam situasi tersebut Ketut Subawa tetap berusaha untuk menaungi kesejahteraan para pekerjanya sebagai bentuk tanggung jawab seorang pengusaha.
Di luar cerita kesuksesan mereka, Ketut Subawa dan Nyoman Suparmi dikenal sebagai pribadi yang gemar membantu sesama. Pasangan ini berprinsip bahwa sebagian dari materi yang mereka raih merupakan harta titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Nantinya patut disisihkan agar bermanfaat terhadap individu lainnya. Secara rutin pasangan ini mengajak para karyawan dan sang buah hati untuk terjun berbagi kepada sesama lewat kegiatan sosial. Ketut Subawa dan Nyoman Suparmi berharap langkah yang mereka laksanakan ini dapat menginspirasi insan pengusaha lainnya maupun generasi muda saat ini untuk ikut menggalakkan semangat berbagi.