Menapaki Jejak Ayah sebagai Kuli Bangunan Menuju Puncak Kesuksesan dalam Bisnis Konstruksi

Ayah I Komang Septa Adiputra, seorang kuli proyek bangunan dengan penghasilan terbatas, sering kali harus menitipkan Komang kepada kerabat agar ia dapat melanjutkan pendidikannya. Pengalaman ini menjadi pemicu bagi Komang untuk berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan mengubah nasib keluarganya dan tidak ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang kuli. Ia merasa memiliki tanggung jawab besar untuk mencapai kesuksesan dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

Pria kelahiran Kintamani 9 September 1989, memulai usaha kecil-kecilan saat masih SMA dengan membuka counter service handphone yang ia pelajari secara otodidak. Setelah merantau ke Sibang, ia berhasil membuka usaha yang sama. Dalam waktu 2,5 bulan di Denpasar, ia berhasil membeli sepeda motor dan setahun kemudian, ia mampu membeli mobil. Tidak puas hanya pada usaha itu saja, Komang Septa teringat akan pekerjaan ayahnya sebagai seorang kuli bangunan. Namun, bukan pekerjaan tersebut impian yang ingin ia kejar. Perhatiannya tertuju menjadi seorang pemborong bangunan. Suatu hari, ia mendapatkan kesempatan pertamanya dalam proyek pembangunan kost-kostan empat kamar. Meskipun belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang RAB (Rencana Anggaran Biaya), ia berani bekerja secara mandiri dan mengambil risiko, dengan pengalaman yang sudah sering ikut ayahnya bekerja.

Dalam waktu singkat, Komang Septa berhasil menyelesaikan proyek pembangunan kost-kostan dan melihat potensi bisnis yang lebih besar. Ia menjual mobilnya untuk membeli tanah dan membangun rumah dengan desain sendiri, berhasil menjualnya dengan harga Rp600 juta. Dengan modal tersebut, ia melunasi utang-utangnya dan membeli properti baru yang direnovasi, lalu berhasil menjualnya dengan harga Rp900 juta. Keberhasilannya ini mendorongnya untuk melegalitaskan bisnisnya dengan mendirikan “CV Septa Adijaya”.

Meski sudah berbentuk CV, perjalanan Komang Septa dalam dunia bisnis tidak berjalan mulus. Alumnus SMAN 1 Kintamani ini mengalami masa-masa sulit di mana proyek-proyeknya mengalami kebuntuan dan usahanya mengalami kegagalan. Bahkan, ia tidak mampu membeli beras sehingga terpaksa menjual barang-barang berharga seperti kulkas, TV dan cincin pernikahan. Biaya pendidikan anak-anaknya juga menjadi beban tambahan yang harus dihadapi. Namun, setelah melewati masa kejatuhannya, ia mendapatkan kesempatan baru melalui ajakan rekan bisnisnya untuk melakukan pertemuan dengan klien potensial. Dalam pertemuan tersebut, ia dengan jujur mengungkapkan kondisi yang baru saja dialaminya. Kemudian, ia memberikan keputusan kepada klien untuk mempercayai proyek tersebut kepadanya atau tidak. Setelah menunggu cukup lama tanpa respons, akhirnya ia diberi kesempatan untuk mengambil proyek berupa pembangunan rumah tinggal dua lantai.

Kesempatan tersebut memberikan semangat baru bagi Komang Septa untuk mengembangkan usahanya. Setelah empat tahun berjalan, ia berhasil mengubah status bisnisnya menjadi PT dengan nama “PT Putra Karya Konstruksindo”. Dalam perjalanan bisnisnya, Komang Septa mengajak empat teman dan kakak kandungnya. Namun, ia menghadapi hambatan ketika rekan-rekan bisnisnya tidak memiliki pemahaman yang sama tentang etika bisnis dan tidak sejalan dalam visi. Karena itu, Komang Septa terpaksa membubarkan rekan-rekannya. Sebagai gantinya, ia memilih untuk memasukkan nama istrinya dalam akta perusahaan, menunjukkan kepercayaan dan kolaborasi yang kuat antara keduanya. Dengan keputusan ini, ia dan istri, Ni Komang Artawi berkomitmen untuk membangun dan mengembangkan bisnis mereka dengan integritas dan visi yang sejalan.

Pencapaian Komang Septa saat ini tidak terbatas pada pengembangan PT Putra Karya Konstruksindo, CV Septa Adijaya, dan Putra Anuegrah Pertiwi yang bergerak dalam bisnis manajemen vila, hotel dan sektor lainnya. Dia telah membuktikan bahwa kesuksesannya tidak hanya diukur dari pertumbuhan bisnisnya, tetapi juga dari sikap dan filosofi hidupnya. Salah satu kalimat positif favoritnya adalah “Belajar berdiri tanpa menjatuhkan orang lain”, kalimat ini mencerminkan nilai-nilai integritas dan etika kerjanya. Dia memahami pentingnya membangun kesuksesan dengan tetap menghargai orang lain dan tidak merugikan mereka dalam prosesnya. Dengan mengadopsi prinsip ini, Komang Septa tidak hanya mencapai kesuksesan materi, tetapi juga membangun reputasi yang baik dan hubungan yang langgeng dengan orang-orang di sekitarnya. Sikapnya yang rendah hati dan menghargai orang lain, telah membantu ia membangun jaringan yang kuat dan mendapatkan kepercayaan dari klien dan mitra bisnis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!