Menabung Karma Baik untuk Generasi Selanjutnya

I Putu Budi Sastra pernah menjadi sumber kekhawatiran bagi orang tuanya. Kenakalan remajanya membuatnya dianggap tak mampu mengambil tanggung jawab pekerjaan di pabrik penggilingan padi milik ayahnya, I Made Tana (Alm). Terlebih lagi, sang ayah bahkan sampai harus mengeluarkannya dari pabrik tersebut. Namun, kisah hidup I Putu Budi Sastra tidak berhenti di situ. Meskipun terusir dari pabrik yang merupakan aset berharga keluarganya, ia merasa semakin terpacu untuk membuktikan bahwa ia mampu mengubah dirinya menjadi seseorang yang berharga.

Budi Sastra

Budi Sastra tak menyerah untuk mengambil langkah-langkah positif dalam hidupnya. Pada saat itu, ia sudah berada di masa-masa akhir kuliahnya, di Ekonomi Manajemen, Universitas Warmadewa. Bisnis ayahnya pun mengalami kemajuan, di mana beliau memiliki pabrik penggilingan beras Jaya Kerti di Penatih dan mengontrak pabrik penggilingan beras di Mambal, serta mengakuisisi PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Mambal kemudian disusul PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Picu Manunggal Sejahtera. Ayahnya pun sekaligus sebagai salah satu pemegang saham, namun dalam jumlah yang terbatas. Budi Sastra ingin berperan aktif dalam ketiga usaha yang dijalankan ayahnya. Meski awalnya sempat diusir oleh ayahnya, ia tak menyerah begitu saja. Dengan tekad dan semangat yang kuat, akhirnya ia berhasil mendapatkan izin untuk bergabung dengan kedua bisnis tersebut. Awalnya, perannya dalam pabrik adalah sebagai seorang sopir. Namun, ia tak menganggap pekerjaan ini sepele. Sembari mengantar para pekerja ke pabrik, ia berusaha memahami seluk-beluk pabrik penggilingan padi. Di samping itu, ia juga menunjukkan keseriusannya dalam mempelajari operasi bank yang baru diakuisisi ayahnya. Untuk mengatur waktunya dengan sebaik mungkin, ia membagi harinya menjadi dua bagian. Setengah hari di bank, dan setengah hari lagi ia berada di pabrik penggilingan padi.

Budi Sastra berhasil mendatangkan nasabah dari lingkaran relasinya, berkat posisinya sebagai account officer di BPR Picu Manunggal Sejahtera yang masih berlokasi di Batubulan. BPR Picu Manunggal Sejatera pun terus mengalami perkembangan, dengan aset yang kuat, diikuti dengan renovasi gedung. Setelah rampung, ayahnya kemudian memutuskan untuk memutasi Budi Sastra ke BPR Mambal. Setelah BPR Mambal juga mengalami kenaikan aset, ayahnya kemudian memindahkan Budi Sastra ke minimarket Jaya Kerti milik keluarganya di cabang pertamanya di Jl. Cokroaminoto No. 185, Ubung Kaja. Saat itu Jaya Kerti baru membuka cabang di Ubung, Kediri, dan Dalung. Sembari menjalankan tugasnya, ia mencari lahan baru di Jl. Gatot Subroto dan berhasil membuka cabang di sana, disusul dengan membuka cabang di Mambal. Jadi total cabang minimarket Jaya Kerti saat itu ada lima cabang. Budi Sastra menerima perubahan demi perubahan yang diamanahkan ayahnya dengan hati ikhlas dan menganggapnya sebagai sebuah proses pembelajaran. Meskipun ia tak memiliki dasar pengetahuan di semua bidang tersebut, namun ia percaya bahwa selama ada kemauan untuk terus belajar dan kesenangan dalam bekerja, pasti akan ada hasil yang memuaskan. Selain itu, Budi Sastra juga memiliki tekad untuk tidak membuat orangtuanya sedih. Ia ingin membuat orangtuanya bangga dengan memiliki seorang putra seperti dirinya yang selalu berusaha keras dan beradaptasi dalam berbagai situasi.

Komunikasi Dari Hati ke Hati dengan Almarhum Ayah

Setelah Jaya Kerti mampu berjalan dengan baik, Budi Sastra sempat berhenti mengelola minimarket atas permintaan ayahnya. Saat itu, ia yang sudah menikah, sempat menjadi makelar untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Lima tahun berselang, dibalik sosok yang terkesan cuek karena kesibukan dalam pekerjaan, ayahnya bertanya kepada Budi Sastra apakah bersedia mengelola bisnis yang akan ia tinggalkan. Jika tidak, ayahnya berencana untuk menjual usahanya dan memberikan uang hasil penjualan kepada anak-anaknya. Budi Sastra dengan tulus bersedia mengambil tanggung jawab untuk mengelola usaha tersebut. Keputusan ini bukan hanya didasari oleh kebutuhan finansial semata, tetapi juga keinginan untuk membalas budi. Kemudian, ia mengikuti ujian di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berhasil lulus. Ia kemudian diangkat sebagai Komisaris Utama di BPR Picu Manunggal Sejahtera dan BPR Mambal, serta pemegang saham di BPR Jaya Kerti, BPR Picu Manunggal Sejahtera dan BPR Mambal.

Terkait minimarket Jaya Kerti, Budi Sastra dan saudaranya telah menjalankan perannya dengan seimbang dan kompak. Seiring berjalannya waktu, minimarket ini tumbuh dan berkembang hingga memiliki tujuh cabang, dengan cabang teranyarnya yang terletak di Jl. Raya Darmasaba No. 11, Abiansemal. Budi Sastra tak menutup kemungkinan, akan membuka cabang selanjutnya. Namun, kini peran Budi Sastra terfokus menjadi seorang komisaris. Hal ini terjadi sejak tahun 2018, ketika ia memutuskan untuk lebih fokus pada posisinya sebagai anggota dewan komisaris di PT BPR Picu Manunggal Sejahtera dan PT BPR Mambal. Sementara itu, pengelolaan sehari-hari minimarket lebih banyak ditangani oleh saudara-saudaranya dan istri Budi Sastra, yang bersatu dalam peran sebagai direktur untuk menjaga kesinambungan dan kesuksesan usaha keluarga ini.

Menabung Karma Baik ke Generasi Selanjutnya

Saat ini, Budi Sastra telah mengemban peran sebagai Komisaris Utama di BPR Picu Manunggal Sejahtera yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. I.B. Mantra No. 88X, Denpasar. Ia berharap agar BPR mampu menghadapi tantangan sebagai lembaga keuangan lokal dan dapat menjalani bisnis ini dengan jelas dalam panduan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah. Bagi masyarakat, dapat terus menjadi mitra yang terpercaya, menghasilkan keuntungan dan menjaga kualitas pelayanan serta hubungan yang baik dengan nasabahnya. Selain itu, Budi Sastra juga berkomitmen untuk mendorong inovasi dalam sistem perbankan agar BPR Picu Manunggal Sejahtera dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Dengan latar belakang pengalaman yang luas, termasuk dalam bidang usaha ritel, Budi Sastra berusaha memberikan masukan yang berharga, terutama kepada para Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Ia berharap bahwa bersama BPR Picu Manunggal Sejahtera, mereka dapat bekerja sama dengan penuh loyalitas untuk menyediakan kemudahan dalam setiap transaksi dan mendukung pertumbuhan UMKM di wilayah tersebut.

Budi Sastra telah membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi aset berharga, melanjutkan visi misi orang tua dalam keluarga, maupun kedua usaha keluarganya. Pencapaian ini tak lepas dari restu Sang Pencipta dan dukungan keluarganya yang tak tergantikan. Melihat ke depan sebagai orang tua, harapannya adalah dapat menabung karma baik untuk anak dan cucunya lewat dedikasinya kepada keluarga, serta kerja keras yang telah ia persembahkan, khususnya dalam perbankan dan ritel. Sebagai kata penutup, Budi Sastra berbagi pemikirannya, “Saya yakin bahwa dibalik tindakan yang benar dan sungguhsungguh, pasti akan ada rezeki yang dapat diwariskan, baik dalam bentuk materi maupun keberuntungan yang akan menjalani generasi berikutnya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!