Memperlakukan Keunikan Budaya Ubud dari Setiap Sisi Ruang di Sri Bungalow Ubud
Menjadi seorang pegawai di salah satu Bank Swasta di Denpasar Bali, tidak lantas membuat Dewa Made Parwata, SE merasa berpuas diri. Tuntutan perekonomian kala itu, membuat ia memutuskan untuk melepas kepegawaiannya, dan memilih menjadi pengelola penginapan milik keluarganya. Ia yang akrab dipanggil Pak Dewa Oping ini, bukan tanpa alasan untuk memilih usaha tersebut. Kala itu ia memang melihat potensi pariwisata Bali khususnya di Kawasan Ubud sangat baik. Hal tersebut mendorongnya untuk rela meninggalkan Kota Denpasar dan memilih tinggal di Ubud, yang tidak begitu banyak orang lain ingin lakukan. Memang kebanyakan orang lebih memilih tinggal di kawasan keramaian Kota Denpasar daripada di Ubud yang masih minim fasilitas kala itu. Rela tinggal di sebuah rumah sederhana di depan penginapan yang dikelolanya, Dewa bertekad untuk mengembangkan penginapan milik keluarganya.
Memasuki area penginapan yang awalnya hanya memiliki 16 kamar, penginapan yang masih kental dengan ciri khas mayoritas bangunan di kawasan Ubud, bangunan sederhana dengan bambu-bambu, sebuah ranjang berselimut penuh warna, AC pun tak tampak di setiap kamarnya, membuat pria yang satu ini merasa terpacu. Ia merasa harus secepatnya memulai pembenahan penginapan tersebut.
Tidak berselang lama setelah ia memutuskan tinggal di Ubud, hari demi hari ia habiskan untuk mulai menata ulang penginapan sederhana tersebut. Meskipun tanpa pengalaman serta ilmu di bidang perhotelan dan pariwisata, Dewa bekerja keras belajar otodidak dari berbagai informasi yang ada, baik dari media sosial maupun dari kehidupannya sehari-hari setelah menjadi pengelola.
Bertanggungjawab membesarkan penginapan tersebut tidak saja melakukan pembenahan, tetapi juga berupaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung di penginapannya. Mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut yang banyak dilakukan para pengusaha penginapan pada era saat itu, bersama-sama memberdayakan masyarakat di sekitarnya, seperti sopir-sopir pengangkut para wisatawan, sampai promo ke area Bandara Ngurah Rai, hal itu pernah beliau lakukan. Hingga pada akhirnya penginapan yang diberi nama Sri Bungalows Ubud makin dikenal masyarakat luas dan khususnya wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang sedang berkunjung ke pulau Dewata Bali. Kebijakan-kebijakan kekeluargaan yang ia terapkan di penginapannya, membuat para pegawai dan juga orang-orang diluar manajemen yang terkait merasa nyaman sehingga merasa ikut memiliki dan ingin ikut membesarkan nama penginapan tersebut.
Sri Bungalows Ubud di bawah pengelolaannya makin berkembang, sentuhan bangunan dengan desain interior yang lebih tertata nan elegan dan menarik menyesuaikan dengan perkembangan zaman namun tetap tidak meninggalkan estetika dan kearifan lokal Ubud, yang ingin dipertahankannya. Ketika menikmati suasana kamar di bungalows ini, kita akan menemukan kamar-kamar dengan sentuhan arsitektur tradisional khas Bali ruang beratap jerami, ubin keramik, dan gaya kamar bambu serta kayu menghiasi setiap sudut ruangnya. Suasana alam di sekitarnya juga tidak kalah elok, hamparan sawah nan hijau ala Ubud, perkebunan kelapa, pisang dan bunga mekar nan cantik yang menenangkan jiwa. Ketenangan yang memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya. Ubud dikenal karena keramahan masyarakatnya, kebudayaan yang dimiliki serta hijau alamnya yang masih terjaga hingga kini. Itulah jati diri dan keunikan Ubud yang sebenarnya. Refleksi sebuah jati diri yang selalu dijaga oleh mayoritas warga Ubud, dan juga Pak Dewa Oping, sosok inspiratif yang masih menghargai dan menjaga peninggalan nenek moyang serta leluhurnya.