Memilih Jalur Yang Berbeda, Agar Tetap Bersinergi Hadapi Tantangan Ombak Perubahan

Bisa saja dengan mulus, Ratih Apriliana dan ketiga saudaranya untuk melanjutkan karir sebagai Pegawai Negeri Sipil, seperti ayah mereka. Namun perspektif dalam ruang lingkup pekerjaan ini bagi mereka agak menjemukan, tak sinkron dengan kepribadian yang menyukai tantangan dan suasana yang tak monoton. Alhasil, Ratih dan saudara-saudaranya lebih memilih jalur sesuai dengan cita-cita masing-masing.

Masa kecil Ratih Apriliana, sempat dihabiskan di Jakarta. Menginjak remaja, orangtua memutuskan hijrah ke Bali. Ia pun menjalani pendidikannya dari SMP hingga kuliah di Bali, tepatnya di D3 Public Relation, Universitas Dyana Pura. Ia kemudian memilih langsung bekerja, di beberapa sektor yang berbeda, dari perusahaan cargo, perbankan dan perusahaan provider. Lepas dari keterikatan dengan perusahaan lain, Ratih kemudian digiring ayahnya untuk mengelola perusahaan agensi milik keluarga. Ia pun sempat berkarir di luar negeri dan membawa pulang ilmu dan pengalamannya ke perusahaan yang bernama Great world international village di Kaoh Shiung tersebut.

Tahun 2007, setelah memutuskan untuk menikah, Ratih semakin paham membagi perannya sebagai ibu dan karir, memang tidak mudah. Ia beberapa kali mengikhlaskan karirnya, sebut saja, ia sempat membantu kakak dari suami yang memiliki perusahaan fast boat, kemudian ia lepaskan demi mensukseskan program kehamilan. Saat usia anak empat tahun, ia kembali bekerja di perusahaan travel, namun nyatanya kondisi mengandung anak kedua, mengharuskan mundur dari pekerjaannya.

Tak sedikit yang menyayangkan karir Ratih yang menjanjikan di beberapa perusahaan yang sudah ia lalui, ia lepaskan begitu saja. Menanggapi hal ini, ia berasumsi bahwa rezeki materi itu bisa dicari nanti, terlebih suami pun masih sanggup menafkahi. Tapi untuk mengurus anak, khususnya di usia emas mereka, ia tak mau melewati peran dan perhatiannya sebagai orangtua. Akhirnya, seiring mengikuti proses alur hidupnya, kesempatan untuk lebih memfleksibelkan waktu antara keluarga dan berkarir, mulai bisa ia temukan jalannya dengan mendirikan perusahaan “Starfish Fast Cruise”.

Peluang usaha tersebut didapatkan Ratih saat ia mengamati perusahaan milik iparnya, yang memiliki destinasi dari Sanur ke Nusa Lembongan. Ia pun berkeinginan untuk mencoba daya tarik baru yakni perjalanan ke Nusa Penida, ditambah dengan jumlah boat saat itu tak seramai saat ini. Membuatnya semakin yakin untuk mulai mengambil langkah pendirian usaha dan kali ini mendapatkan dukungan penuh dari suami.

Selama 1,5 tahun, menanti proses yang panjang untuk perakitan sebuah boat, Ratih memilih mengalihkan perhatiannya dengan mematangkan manajemen perusahaan. Hingga di di tahun 2019 baru saja berlayar, tak menyangka akan dihadapkan pandemi Covid-19, sistem buka tutup pun sempat menjadi jalan ninjanya dalam mengelola bisnis. Ia mengungkapkan, membangun kepercayaan customer yang dibarengi dengan pandemi, benarbenar tantangannya menjadi berkali-kali lipat. Ia berupaya sebagai pendatang baru di bisnis kapal cepat ini, ia tak mematikan rezeki perjalanan kapal lainnya terutama di pandemi. Justru bersinergi dengan mengambil jalur yang sedikit berbeda, yakni dari Sanur ke Nusa Penida, berlanjut ke The Tri Angle of Gili. Bila respon customer cukup positif, Tri Angle of Gili akan siap dijadikan destinasi tetap.

Begitu juga dengan kesiapan pelaku pelakon pariwisata lainnya, menyambut perhelatan akbar Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali akhir tahun 2022 ini. Yang dimana sekaligus meningkatkan re-branding pariwisata Indonesia dan berperan sebagai re-opening destinasi pasca pandemi. Astungkara G20 berjalan sukses dan menjadi momentum, sehingga Indonesia mendapat kepercayaan dunia dari segala aspek.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!