Memberikan Layanan Antisipatif kepada Seluruh Karyawan
Mendapat didikan dari orang tua yang mengharuskannya melanglang buana sejak remaja, membuat Edy sempat sedih sekaligus kesal. Bagaimana tidak, di usia 12 tahun, ia belum memiliki bekal dari segi bahasa, ditambah harus tinggal di asrama tanpa ada sanak saudara. Namun ternyata dari pengalaman tersebut, ia banyak belajar, dimulai dari kemandirian, hingga menguasai 3 bahasa asing, Mandarin, Kantonis (Hongkong) dan Jerman, yang kini ia rasakan manfaatnya, menawarkan berbagai pilihan karier yang terbuka lebar di masa depan.
Pria keturunan Tionghoa Bali ini, masa pendidikannya sudah dikirim ke Guangzhou, Tiongkok, setelah tamat Sekolah Dasar, selama 3 tahun. Merasa betah ada di negara tersebut dan tidak keberatan untuk melanjutkan SMA di sana, justru orang tua yang rindu, menginginkan ia segera pulang ke Bali. “Padahal di awal, orang tua saya terus memaksa saya agar berangkat ke China, ucapnya seraya tersenyum”. Ia pun sebagai anak, mau tak mau harus menuruti dan akhirnya melanjutkan sekolah di SMAN 4 Denpasar. Sesuai janji orang tua, Edy Kusnaedi kembali berangkat ke luar negeri, melanjutkan kuliah di Swiss, tepatnya di HTMi – Hotel and Tourism Management Institute Switzerland sejak tahun 2008-2013. Kemudian ia sempat bekerja di sebuah hotel bintang lima di Taiwan dan Hotel Grand Hyatt di Dubai, sebelum akhirnya memutuskan pulang dan bekerja di beberapa hotel di Bali dan terakhir pada posisi sales manager di Hotel Grand Hyatt. Tak hanya karena alasan orang tua yang merindukan anaknya, khususnya dari sang ibu meminta pada Edi Kusnaedi untuk lebih memilih berkarier di Bali. Di balik permohonan tersebut, kondisi ayah yang sakit, hingga dipanggil oleh Sang Pencipta pada tahun 2019, harus membuat anak keempat dari lima bersaudara ini berlapang dada, melepas kariernya di luar negeri yang mungkin akan jauh lebih gemilang, dibandingkan di dalam negeri. Karena sudah kodratnya, ia pun berpikir positif bahwa Pulau Bali akan tak kalah memberikan peluang kesuksesan untuknya, sebagai tujuan pariwisata internasional.
Setelah menikah, Edy Kusnaedi mendapat tawaran posisi sebagai marketing & sales director di Hotel Grand Hyatt. Namun mindset sebagai orang yang telah berumah tangga, tentu sudah berubah dan berpikir lebih jangka panjang. Ia memutuskan melepaskan tawaran tersebut dan berkarier sebagai wirausaha. Awalnya ia mengelola usaha busana adat Bali “Nitra Jaya” yang kini dikelola istri. Barulah persiapan proyek pada tahun 2020 untuk membuka usaha kuliner “Kamikuno Asian Eatery” di Jl. Raya Kapal, Mengwi. Di lokasi tersebut, sebelumnya merupakan bekas bangunan bank yang sudah tak terpakai, kemudian ia dan istri melakukan renovasi, sehingga siap dibuka pada Juni 2020, beralih fungsi sebagai restoran keluarga dengan menu yang ditawarkan Chinese Cuisine dan Fusion Western.
Tengah ‘panas-panasnya’ membuka usaha, tak menyangka dibarengi dengan datangnya berita tak kalah panas, dari masuknya wabah virus Covid-19 ke Bali. Kondisi ini menjadi sebuah pelajaran berharga bagi Edy Kusnaedi dan istri. Ia pun memilih untuk sementara di krisis pandemi ini, tidak memasang target memajukan bisnis dari omzet yang didapat, melainkan mempertahankan restoran dengan manajemen efisensi biaya bahan baku, sebagai pengeluaran terbesar dalam bisnis kuliner dan memonitor strategi tersebut, apakah sudah dijalankan dengan baik oleh para karyawan. Syukurnya, konsep tersebut berhasil diterapkan, Kamikuno Asian Eatery pun hanya sempat ditutup selama 10 hari karena adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat, yang berisi pelarangan makan di tempat.
Pesan lain yang disampaikan Edy Kusnaedi kepada wirausaha pemula sepertinya, agar tidak malu untuk terjun langsung, mengoptimalkan segala upaya pada bisnis yang sudah kita pertaruhkan dengan investasi yang kita tanamkan di dalamnya. Misalnya yang ia lakukan seperti membeli bahan baku sendiri setiap hari di pasar tradisional Mengwi, di jam 11 atau 12 malam, agar lebih mendapatkan akses bahan-bahan yang masih fresh dari Baturiti, Bedugul dan sebagainya.
Pengalamannya di hotel-hotel sebelumnya pun diharapkan mampu diaplikasikan Edy Kusnaedi pada seluruh karyawannya yang sebagian besar merupakan lulusan SMK. Dengan menyertakan surat kontrak kerja layaknya karyawan hotel yang tertera semua hak-hak yang didapatkan sebagai pihak kedua atau karyawan seperti gaji pokok, tunjangan hari raya (THR), pelatihan kerja dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan hak-hak tersebut, tentunya harus dilakukan tanggung jawab sesuai jobdesc masing-masing. Sebagai mantan karyawan hotel, ia pun ingat salah satu motto dari The Ritz-Carlton Hotel Company, L.L.C., “We are Ladies and Gentlemen serving Ladies and Gentlemen” yang bermakna, bila kita men-treat seluruh karyawan dengan baik, karyawan pun akan men-treat pengunjung dengan baik pula. Ia berharap Kamikuno Asian Eatery mampu terus merefleksikan diri, sehingga terus memberikan pelayanan terbaik tak hanya kepada pengunjung, terlebih seluruh staf yang menjadi aset berharga dari sebuah perusahaan.