Melestarikan Semangat Kerja Keras pada Usaha ke Generasi Selanjutnya
Ketut Ayu Arini yang lahir dari orang tua yang bekerja sebagai petani ladang, harus berpuas diri hanya melanjutkan pendidikan hingga SMEA. Selanjutnya anak terakhir dari empat bersaudara ini kemudian mengisi waktunya dengan mengikuti kursus menjahit. Pada suami, yang juga berasal dari Payangan, Gianyar, juga lahir dari keluarga petani yang hanya sanggup membiayai pendidikan suaminya saja, sedangkan lima orang saudara lainnya tidak berbekal pendidikan.
Saat masa sekolah, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari rumah, Ketut Ayu dan suami sama-sama sudah memiliki kewajiban pekerjaan masing-masing. Ia sendiri saat sepulang sekolah harus ngangon bebek dan beternak ayam petelor, sedangkan suami sudah bekerja di luar area rumahnya, sebagai tukang cuci mobil dan buruh batako. Berangkat dari keluarga dengan ekonomi yang tidak stabil, membuat keduanya berinisiatif dari diri sendiri harus menghasilkan uang sejak remaja, melawan rasa gengsi karena demi terus tetap bersekolah.
Memutuskan menikah pada tahun 1995, Ketut Ayu dan suami mulai merasakan getirnya perjuangan membangun ekonomi keluarga dari kondisi minus. Secara bertahap, mereka membangun rumah di atas lahan, di daerah yang masih belum ada di bangun tempat tinggal. Ketut Ayu yang tidak bekerja, berupaya membuka dagangan kecil-kecilan, seperti berjualan bubur kacang ijo dan tipat cantok, yang cukup laris manis pembeli. Namun berselang sebulan, ia tak bisa mengharapkan orang-orang yang lewat di depan rumah saja, Ketut Ayu kemudian membawa dagangannya ke sawah, ditawarkan kepada para petani.
Suami yang memiliki pengalaman bekerja di usaha batako sebelumnya, kemudian mencoba merintis usaha yang tidak jauh-jauh dari pekerjaan terdahulunya tersebut. Awalnya, mereka tidak dipercaya untuk diberikan modal dan mereka harus membeli alat cetak batako di Kapal. Pasangan ini secara bersama-sama membangun usaha ini yang cukup berjalan seiring datangnya pesanan.
Usaha batako yang digagas suami, terus mengalami peningkatan, mereka benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bekerja di rumah terlebih dahulu, kemudian berangkat ke proyek untuk melakukan pengiriman batako dengan menyewa kendaraan. Di saat bersamaan adanya lowongan pekerjaan di LPD, Ketut Ayu melamar dan bekerja selama 10 tahun. Dengan bekal pekerjaan dan usaha yang digarap suami, rumah yang mereka tengah bangun pun seiring berjalannya waktu, semakin mendekati finishing.
Pasangan suami istri ini tak berhenti berpikir untuk memikirkan rencana yang mereka ambil selanjutnya, di saat anak kedua mereka lahir nanti. Mulailah mereka menambah opsi produk yang akan mereka jual dan nyatanya mendapat respons positif dari warga sekitar yang mulai memesan material bangunan. Mereka pun semakin bersemangat melihat peluang yang semakin besar dalam mengembangkan usaha material bangunan hingga didirikanlah “UD Artha Lestari Payangan”. Usaha yang didirikan di Jl. Raya Payangan, Puhu, Payangan, Gianyar sempat mengalami kendala dalam mendapatkan modal. Namun berkat pembuktikan semangat yang tinggi keduanya dan doa yang mengiringi usaha mereka, permintaan mereka pun dikabulkan.
Saat ini UD Artha Lestari Payangan juga sudah mulai dilimpahkan kepada anak-anak. Berharap sesuai dengan nama yang diberikan, agar salah satu anak akan terus melestarikan usaha yang telah berusia 24 tahun ini dengan berfokus pada servis terbaik. Astungkara dapat terus menjaga nama baik usaha untuk menghadapi kompetitor di antara pemilik usaha serupa lainnya.