Melebur dalam Usaha “Tukang Kayu” Furnitur Antik
Berangkat dari ayah yang bekerja sebagai petani, sekaligus memiliki darah seni yang menurun dari sang mentor, kakek dari Wayan Sandi Arta. Ia pun menarik kesimpulan, bahwa usaha yang ia geluti saat ini adalah warisan genetik yang patut ia syukuri, karena tak semua orang beruntung lahir di tengah keluarga yang telah dianugerahkan karunia yang luar biasa dari Sang Pencipta. Dalam hal ini, ia pun berkewajiban untuk menjaga dan meneruskannya untuk generasi selanjutnya.
Di era tahun 1993, menjual barang antik dengan cara ngacung sudah menjadi pemandangan biasa, namun Wayan Sandi Arta tak banyak tahu soal latar belakang pekerjaan ini, hingga ia pun mulai tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut, dengan membeli salah satu barang yang dibawa dan menjualnya kembali. Dari satu barang yang terjual, Wayan Sandi Arta kemudian kembali membeli barang dan menjualnya kembali. Begitu seterusnya proses yang ia lakukan, sampai terkumpulkan modal untuk mengontrak sebuah lokasi sebagai tempat usaha. Sama seperti para seniornya, ia pun melakoni usahanya yang bernama “UD Yan Antik” dengan mengendarai pick up dan menawarkannya kepada orang-orang dengan ngacung pada tahun 1996.
Berlokasi usaha di Jl. I Gusti Ngurah Rai Betoh No.29, Dalung, Kuta Utara, sejauh ini dalam memproduksi kebutuhan furnitur, UD Yan Antik terus berupaya menampilkan produk yang dari tahun ke tahun selalu memiliki gaya dan pewarnaan tersendiri dari toko lain. Tak hanya itu, cara Wayan Sandi Arta memproteksi bahan kayu yang digunakan, benar-benar detail dan bila terjadi masalah pada produk yang sudah dibeli, ia sebagai owner siap menerima panggilan untuk melakukan perbaikan.
Wayan Sandi Arta sebagai yang sudah berpengalaman dalam kualitas kayu puluhan tahun, berbagi tipsnya kepada masyarakat agar pintar-pintar sebelum memilih furnitur kayu, jangan sampai justru rugi hingga jutaan rupiah. Contohnya pada kualitas kayu jati yang menjadi primadona bagi pebisnis furnitur, diklasifikasikan menjadi tiga grade, yaitu grade A, grade B dan grade C. Kayu jati grade A lebih mahal dari kayu jati grade B dan kayu jati grade B lebih mahal dari kayu jati grade C. Inilah penyebab utama adanya variasi harga mebel kayu jati di berbagai toko-toko furnitur di Indonesia. Mengapa lebih mahal, karena kayu-kayu tersebut berasa dari bagian-bagian kayu yang berbeda.
Kayu jati grade A adalah kayu jati yang berasal dari bagian tengah atau jantung, kayu jati grade B berasal dari bagian terluar dari jantung pohon jati dan kayu jati grade C bisa dikatakan paling rendah, berasal dari bagian terluar batang pohon jati. Lalu bagimana cara membedakannya, tentu bagi orang biasa akan sangat sulit, terlebih mebel tersebut sudah dilapisi atau sudah di-finishing karena warnanya akan sama. Jadi sebelum membeli, pastikan untuk memilih vendor mebel, toko furnitur atau pengrajin yang jujur dan bisa dipercaya.