Masa Lalu sebagai Guru Sukses dalam Kesederhanaan
Kenakalan masa muda seperti kebut-kebutan dan enggan bersekolah, menjadi pengalaman berarti bagi Wayan Sri Putra. Namun, meskipun seseorang pernah membuat kesalahan atau memiliki masa lalu yang kurang sempurna, masih ada kesempatan untuk tumbuh dan berubah. Awal perubahan Wayan Sri Putra ke arah yang lebih positif, terlihat dari semakin aktif sebagai penari kecak da tampil di berbagai tempat. Meskipun penghasilannya sebagai penari cukup untuk memenuhi kebutuhan anak pertamanya, Wayan Sri Putra tidak ingin terjebak dalam zona nyaman. Untuk mencari pengalaman dan tantangan baru, Wayan Sri Putra memutuskan untuk bekerja sebagai Gardener di Bulgari Resort Bali. Setelah bekerja sebagai Gardener, Wayan Sri Putra kemudian pindah ke LPD (Lembaga Perkreditan Desa) dan bekerja sebagai sopir selama lima tahun.
Dengan mencoba pekerjaan yang berbeda-beda, Wayan Sri Putra terus tumbuh dan mengembangkan dirinya. Ia tidak takut untuk keluar dari zona nyaman dan selalu mencari peluang baru untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Sampai akhirnya bersama dengan istri, mereka memutuskan untuk membuka usaha penginapan di daerah tempat tinggal mereka yang merupakan kawasan pariwisata. Awalnya mereka membangun hunian yang terdiri dari dua kamar dengan tujuan untuk tempat tinggal pribadi. Namun, anak mereka memberikan saran untuk menyewakannya agar bisa menambah pundi-pundi pendapatan. Menginspirasi oleh saran tersebut, Wayan Sri Putra dan istrinya memutuskan untuk membuka penginapan tersebut kepada wisatawan yang datang ke daerah tersebut.
Setelah berhasil menyewakan kamar-kamar penginapan mereka, Wayan Sri Putra dan istrinya merasa senang menjalani bisnis tersebut. Seiring berjalannya waktu, mereka merencanakan ekspansi usaha mereka. Tahun 2016, Wayan Sri Putra memutuskan untuk menggunakan jasa LPD untuk mengajukan kredit, guna mendukung rencana ekspansi properti yang diberi nama “Uluwatu Village House”. Langkah itu mendapat dukungan dari almarhum ayahnya dalam mengembangkan bisnis properti, di atas lahan warisan keluarga. Terlebih menyaksikan putranya mulai memiliki inisiatif dan keinginan kuat untuk terus berkembang dalam bidang bisnis, meski tak tamat SMA.
Dalam mengelola properti Uluwatu Village House, Wayan Sri Putra tak memiliki ambisi yang berlebihan dalam ekonomi, yang penting kebutuhan sehari-hari keluarga terpenuhi, itu saja. Bahkan setelah delapan bulan propertinya ditutup karena pandemi Covid-19, salah satu tamunya, seorang wisatawan asal Jerman yang memutuskan untuk tinggal lebih lama di properti tersebut, sempat memberi bayaran yang lebih tinggi daripada harga sewa yang ditetapkan. Wayan Sri Putra menolak tawaran tersebut karena situasi pada saat itu belum normal. Ia memahami bahwa kejujuran dan ketulusan hati adalah nilai-nilai yang tak kalah penting daripada aspek ekonomi, terutama di tengah situasi krisis global saat itu.
“Cukup bersikap sewajarnya saja,” ucap pria asal Pecatu tersebut, menegaskan keputusannya untuk tidak memanfaatkan situasi tersebut secara berlebihan. Meskipun penawaran yang menggiurkan dapat memberikan keuntungan finansial, Wayan Sri Putra tetap berpegang pada prinsip-prinsip moralnya dan berharap dapat memberikan contoh positif dan menginspirasi orang lain untuk mengutamakan nilai-nilai kejujuran, ketulusan hati dan kesederhanaan di tengah-tengah situasi sulit. Ia percaya bahwa di saat krisis global, sikap manusia yang penuh dengan empati dan kepedulian akan membawa dampak yang jauh lebih besar daripada keuntungan materi yang sementara.