Manut, Sederhana dan Fokus Demi Tak Mengulang Siklus Ekonomi Masa Lalu

Dari cover luarnya, Asto, pemilik usaha “Master Acrylic” terlihat sangat maskulin. Namun ia agak berbeda, tidak memiliki kegemaran seperti pria pada umumnya, yang mencintai bola, olahraga, nongkrong dan lain sebagainya di masa mudanya. Kepribadiannya sederhana ialah fokus bekerja, menghidupi keluarga, dibandingkan harus menonton tv, apalagi begadang demi piala dunia. Hal ini dikarenakan sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan kewajiban-kewajiban pekerjaan yang menantinya sepulang sekolah. Namun jangan salah meski waktu bermain berkurang atau bahkan tidak ada, ia tetap menikmati masa kecilnya, dengan meraih prestasi di sekolah.

Dari Wonogiri, Jawa Tengah, Asto tumbuh menjadi anak yang manut, rajin dan berprestasi. Di bangku sekolah dasar, selain fokus belajar, perhatiannya tak luput dari kerasnya orang tua dalam bekerja sebagai petani ladang. Kendati sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, ia pun turut turun tangan membantu mereka di ladang, beternak kambing, membantu di warung kelontong milik nenek, hingga inisiatif bekerja secara mandiri mengangkat batu dan pasir untuk material bangunan setelah lulus SD. Dibalik struggle-nya kehidupan anak tani tersebut, diakui Asto, ia cukup menikmati meski waktu bermainnya berkurang.

Lulus SMP, Asto merantau ke Surabaya, kota metropolitan kedua setelah Jakarta, demi masa depan yang lebih cerah lagi. Berbekal uang seratus ribu rupiah, ia menyusul kakaknya yang sudah memiliki usaha sablon dan bekerja di sana. Setelah dua bulan bekerja, ia putuskan untuk lebih mandiri dengan ngekos dan bekerja pada orang lain. Sekali lagi, meski jauh dari orang tua dan usianya terbilang masih labil, pendiriannya teguh untuk hanya memikirkan bekerja dan bekerja, tak ada istilah nongkrong di malam hari, paling hanya sekedar ngopi saja sudah cukup.

Di sebuah usaha distributor acrylic, Asto digaji Rp35 ribu/hari, ia juga nyambi di usaha advertising milik tetangga. Setelah memiliki skill, putuskan membuka usaha sendiri bersama kakak dengan modal seadanya. Berdua menyebar brosur, empat bulan berjalan, ia kemudian mengelola usahanya yang awalnya bernama “Master Advertising” itu sendiri sejak 2004. Customer pertamanya datang dari relasi Ketua FKPPH Surabaya yang memesan 1 box acrylic. Meski pengerjaannya masih dilakukan sendiri, namun upayanya memberikan yang terbaik, membuahkan hasil usaha yang mulai merangkak naik, sehingga patut direkomendasikan dari relasi ke relasi, khususnya klien swasta.

Tahun 2010, Asto secara tak langsung mengembangkan usahanya ke Bali, karena meski pindah ke Bali, customer-nya di Surabaya masih setia sampai saat ini. Tantangan dalam pemasaran, apalagi acrylic yang berbahan plastik polimer, bisa menjadi alternatif untuk menggantikan kayu dan kaca masih belum lumrah di Bali. Di tengah masa transisi tersebut, usahanya yang belum mendapatkan perhatian masyarakat, ia sempat akan diusir karena untuk awal kontrak tempat di Jl. Buana Raya, modalnya masih kurang. Padahal belum sebulan berjalan, ia sudah harus membayar Rp20 juta untuk melunasi kontrakan. Percaya tidak percaya, mengandalkan keyakinan dan kekuatan afirmasi, Semesta merespons vibrasinya dengan rezeki tak disangka, yang tak lain mampu melunasi kontrakan tersebut.

Baru akhirnya tahun 2015, penggunaan acrylic melejit di Bali, yang paling berkesan saat pesanan datang dari klien di Jawa dan Bali berbarengan, hampir membuatnya tak tidur seharian. Namun di sisi lain, ia bersyukur menerima konsekuensi tersebut, karena usaha yang kini bernama Master Acrylic tersebut juga sudah mampu membuka lowongan pekerjaan. Saat masa pandemi, pria yang tergabung dalam Indo Pajero Community (IPC) Bali ini pun berupaya tetap membayar upah karyawannya. Ia sempat berangkat ke Jawa dan Lombok, demi jemput bola dari klien BRI Link Bali-Nusa.

Meski belum banyak mempekerjakan karyawan, Asto berharap mampu memotivasi anak-anak (sebutan untuk karyawannya), agar tak bekerja padanya terlalu lama. Bila skill sudah mumpuni, ada baiknya mulai mencoba merintis usaha sendiri, siapa tahu bisa saling bersinergi dan mengembangkan kreativitas lebih sumringah lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!