Kuatkan Rantai Ekonomi Sektor Perikanan Dukung Nelayan Lokal & Kelompok Usaha Pemindangan
Di balik keindahan panorama alam Bali yang sangat menakjubkan, tersimpan potensi besar perikanan di Pulau Dewata ini. Salah satu perusahaan skala kecil dan menengah di sektor perikanan yang bergeliat di tengah persaingan usaha dengan skala industri yaitu UD Bonanza. Perusahaan yang beralamat di Tabanan ini mendukung kekuatan kelompok nelayan dan pemindang lokal agar sama-sama memperkuat rantai ekonomi yang ada di sektor perikanan Pulau Dewata.
Potensi bidang perikanan tangkap di laut Bali demikian besar, terhitung mencapai 147.278,75 ton/tahun. Hal ini karena didukung oleh kondisi geografis Bali yang memiliki panjang garis pantai sekitar 430 kilometer sehingga masyarakat di pesisir banyak yang mengandalkan hasil tangkapan laut. Potensi itulah yang disadari oleh pemilik UD Bonanza, Nengah Sukarena. Ia merupakan sosok pengusaha yang mentransformasikan manajemen usaha perikanan yang semula masih berbentuk tradisional kini menjadi lebih modern dan terorganisir.
Nengah Sukarena menjelaskan bahwa usaha perikanan yang ditekuninya saat ini sudah dirintis oleh orangtua sejak tahun 1976. Hanya saja pada masa itu segala sesuatunya masih dikerjakan secara tradisional. Mulai dari tahap penangkapan, pengolahan hingga pengawetan hasil tangkapan laut. Ikan-ikan hasil tangkapan yang masih segar kebanyakan langsung diolah menjadi tetelan dan ada pula yang diawetkan dengan menggunakan garam. Lantaran keberadaan es belum jamak waktu itu sehingga belum dikenal sistem pengawetan dengan alat pendingin.
Melihat peluang usaha yang menjanjikan di bidang tersebut, Nengah Sukarena yang merupakan putra daerah asli Tabanan memutuskan untuk mengembangkan usaha secara mandiri dengan menjadi pengepul ikan hasil tangkapan nelayan lokal. Awalnya lingkup usaha masih mengandalkan hasil tangkapan dari nelayan yang ada di seputaran pantai di Tabanan. Namun seiring perkembangan usaha, tantangan yang kerap ditemui adalah hasil tangkapan yang kurang untuk memenuhi suplai para konsumennya.
“Akhirnya kami mengumpulkan tangkapan ikan dari berbagai lokasi di Bali, seperti di daerah Kedonganan dan Benoa”, ujar Sukarena.
Sebagai pengusaha perikanan di skala kecil dan menengah, Sukarena berperan sebagai perantara dalam mata rantai ekonomi sektor perikanan. Ia menyalurkan hasil tangkapan nelayan lokal kepada para pelaku usaha pemindangan dan ke pengusaha pengolahan ikan lainnya baik skala pabrik maupun rumah makan. Sehingga dalam proses pendistribusian itu ia harus memastikan ikan-ikan yang dibeli dari para nelayan lokal harus selalu dalam kondisi segar.
“Ikan yang masih fresh juga perlu perawatan untuk menjaga kesegaran dan kualitas ikan. Dan tiap jenis ikan juga memiliki cara perawatan yang berbeda beda”, kata suami Ni Wayan Winarti itu menjelaskan.
Hal pertama yang dilakukan di perusahaan UD Bonanza adalah menampung ikan dalam wadah box kedap udara. Kemudian dilakukan proses penggaraman yang dilanjutkan dengan menambahkan es sampai semua bagian atas tertutup. Setelah itu ditambah air sekitar setengah dari ukuran box. Melalui cara alami seperti ini, biasanya ikan dapat bertahan kurang lebih 24 jam. Apabila diperlukan waktu tambahan maka perawatan harus diulang kembali. Ikan hasil pembekuan kemudian segera disimpan dalam cold storage dengan suhu stabil agar tidak sampai cair yang dapat mengurangi kualitas ikan.
Nengah Sukarena menambahkan tangkapan nelayan lokal Bali cukup bervariasi, termasuk jenis ikan pindangan. Setiap daerah tangkapan memiliki karakteristik tersendiri yang mempengaruhi kualitas ikan. Sehingga perlu ketelitian dalam menerima hasil tangkapan nelayan. Berbagai jenis ikan yang disuplai oleh UD Bonanza antara lain ikan tongkol, selungsung, kocing atau lemuru, baby tuna, tenggiri, kerapu, cumi, kuniran, tenggiri, dan kenyar.
UD Bonanza juga melayani kebutuhan umpan kapal untuk pabrik-pabrik maupun nelayan lokal. Beberapa ikan yang biasa dijadikan umpan di antaranya lemuru atau kocing, layang dan bandeng. Perusahaan yang beralamat di Jl. Pantai Yeh Gangga ini mampu menyuplai pesanan dari skala terkecil hingga skala besar. Tentunya dengan mengedepankan kualitas produk perikanan terbaik.
Pertumbuhan usaha dari tahun ke tahun memungkinkan Nengah Sukarena untuk menambah gudang penyimpanan di daerah Benoa sehingga ikan hasil tangkapan dari lokasi tersebut dapat segera dibekukan dan disimpan untuk didistribusikan ke berbagai daerah. Tentunya pencapaian tersebut merupakan hasil kerja keras dan ketekunan Nengah Sukarena bersama Sang Istri tercinta yang senantiasa mendukung langkah usahanya.
Dukung Program Pemerintah
Nengah Sukarena menyadari bahwa keberadaan sumber daya alam di bidang maritim menjadi tempat menggantungkan kehidupan ekonomi bagi banyak pihak. Salah satunya adalah kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan pemindangan ikan. Karena itu pihaknya selalu mendukung program-program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kekuatan ekonomi kelompok masyarakat pemindang.
UD Bonanza kerap menjadi fasilitator kegiatan sosialisasi program-program dari dinas perikanan. Misalnya saja kegiatan Sertifikasi Kompetensi Pemagangan bidang pengolah produksi perikanan atas kerja sama LSP-KP dengan Ditjen Binalattas Kemenaker. Kegiatan yang berlangsung sukses pada 2019 lalu menyasar peserta dari kalangan kelompok pemindang.
Program sertifikasi kompetensi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM kelompok pemindang. Anggota kelompok ini sebagian besar merupakan tulang punggung keluarga harus bisa bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan lingkungan. Selanjutnya, Nengah Sukarena melalui bendera usahanya UD Bonanza akan terus berkomitmen untuk memperkuat keberadaan kelompok-kelompok pemindang ini.
Sebagai perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 90an, UD Bonanza telah melengkapi diri dengan dokumen-dokumen usaha sehingga terjamin dari segi legalitas. Secara rutin perusahaan ini dikunjungi oleh para instansi terkait untuk dilakukan pengecekan produk, kelengkapan izin usaha, saran-saran serta sosialisasi aturan-aturan yang menyangkut usaha perikanan.
Agar bisa mencapai titik keberhasilan seperti saat ini, Nengah Sukarena telah melampaui berbagai macam rintangan. Kekuatan untuk dapat mencapai puncak tangga kesuksesan merupakan hasil suntikan motivasi mengubah nasib di masa lalu. Ia merupakan sosok kuat hasil penempaan hidup yang penuh dengan pahit getir pengalaman. Terbukti tempaan ujian kehidupan tersebut berhasil menciptakan karakter pejuang dalam diri Sukarena.
Sukarena lahir di Desa Sudimara Kelod, Tabanan, tepatnya pada 14 September 1970. Bungsu dari empat bersaudara tersebut harus menerima kenyataan bahwa kedua orangtuanya meninggalkan dirinya sejak usia kanak-kanak. Ia yang diasuh oleh saudara dari orangtuanya pun bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Sadar untuk membalas budinya kepada orang yang telah mengasuhnya, Nengah Sukarena pun bekerja baik mengurus urusan domestik maupun melakukan pekerjaan lainnya seperti memanjat kelapa. Semua itu dilakukan dengan perasaan ikhlas tanpa pernah mengeluh sama sekali.
Pada saat duduk di bangku kelas 1 SMP, saudara yang mengasuh Sukarena angkat tangan dalam membiayai pendidikannya. Dengan perasaan sedih, ia menghadap ke Ketua Yayasan Saraswati yang menjabat di masa itu dan mengatakan ia tidak bisa melanjutkan lagi sekolahnya. Beruntung, ketua yayasan yang masih berasal dari satu daerah dengannya itu mengatakan mau membiayai sekolahnya hingga ia tamat jenjang SMA nanti. Kabar baik itu menjadi pelita yang menerangi kehidupan Sukarena yang semula gelap. Ia pun memanfaatkan kesempatan itu dengan belajar sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan pihak-pihak yang telah membantunya.
Nengah Sukarena menyadari bahwa keberhasilan memajukan taraf kehidupan merupakan buah dari kerja kerasnya disertai campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu ia tidak pernah lepas dari kehidupan spiritual sebagaimana orang Bali yang lekat ritual keagamaan. Ayah dua anak ini senantiasa mensyukuri anugerah yang dilimpahkan oleh Tuhan dan tidak pernah lupa untuk selalu berbagi sebagai ungkapan rasa syukur tersebut.