Konsisten Tingkatkan Kualitas Diri

Majalah BaliKetut Sumantra yang memiliki panggilan Mantra ini, merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ia lahir di Klungkung, 22 Juli 1954, dari orangtua yang tidak mengenal baca dan tulis. Hal ini semakin memacunya untuk terus mengembangkan kualitas diri agar terus bertumbuh dari hari ke hari.

Hidup itu harus seimbang, bekerja, bersosialisasi dan berdoa. Begitulah konsep Ketut Sumantra dalam menjalani hidupnya. Selain sebagai pimpinan di Bali Restu Laundry and Dry Clean, ia memiliki tanggung jawab sehari-hari dalam mengoordinir para karyawannya serta menjadi contoh yang baik untuk perusahaan maupun orang-orang sekitar.

Sebagai umat Hindu, ia menyakini ajaran agama dapat memberi pengaruh positif dalam setiap lika-liku perjalanannya. Tidak hanya mengalir seperti air, namun berprinsip pada ajaran Tri Kaya Parisudha, yang memiliki makna “Apa yang diucapkan, sama dengan pelaksanaan, Apa yang dilaksanakan, sama dengan pengucapan”. Hal ini pun memiliki tujuan untuk mencapai Tri Hita Karana, yakni hubungan manusia dengan pencipta, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitar.

Ajaran tersebut pun ia terapkan pada perusahaannya, yakni yang menjadi pembeda ialah meliputi hubungan perusahaan dengan owner, perusahaan dengan karyawan dan perusahaan dengan lingkungan, demi tercapainya Moksartham Jagaditha (kebahagiaan rohani dan kesejahteraan secara lahir dan batin).

Bukan waktu yang singkat dan mudah, Ketut Sumantra dalam menata kariernya hingga dipercayai memegang posisi komisaris di tiga perusahaan, yakni Bali Restu, Klinik Quantum dan Bank Duta. Harus melalui proses jatuh bangun dan pernah rela melepaskan posisi puncak, namun merangkak kembali dari bawah karena fokus konsistensinya dalam karier dan pekerjaan.

Bali Restu Laundry didirikan pada tahun 1990, tahun 1995 sempat bangkrut karena usaha ini tidak dapat membayar utang kepada Bank Duta. Pihak bank kemudian mencari investor untuk menjual perusahaan. Oktober 1995, usaha kemudian diakusisi oleh Bapak Dewa Sidan Putra asal Bali tinggal di Jakarta dan dipercayakan Ketut Sumantra sebagai pimpinan.

Menyewa lokasi sebelumnya di Pulau Bungin tahun 1978, lalu dipindahkan ke Jl. Umalas I No. 82 Kerobokan Kelod, Kuta Utara. Begitu diambil alih, kondisinya yang sudah tidak layak, kemudian dibenahi oleh Ketut Sumantra. Dibenahi sedikit demi sedikit dengan menerapkan disiplin ajaran Tri Kaya Parisudha dan Tri Hita Karana.

Perbaikan dan pembenahan Bali Restu, membawa respons positif dari masyarakat, hingga lokasi tidak lagi mampu menampung customer. Tahun 1997 kemudian membuka lagi di Jl. Umalas, Kerobokan dan menambah fasilitas mesin cuci.

“Kerja sama dan kesigapan para karyawan dalam bekerja pun menjadi kunci kesuksesan Bali Restu, begitu pula bila terjadi kerugian, juga merupakan peran dari karyawan tersebut. Saya sebagai orangtua hanya pemimpin, yang mengkoordinir mereka, astungkara dapat berjalan baik hingga saat ini”, ungkapnya.

Perjalanan Karier yang Terus Meningkat

 

Di sela-sela menempuh pendidikannya, Ketut Sumantra harus berjualan untuk membayar uang sekolah atau memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah tamat SMP, ia berangkat ke Denpasar untuk melanjutkan ke SMA, di mana biaya ditanggung oleh sepupunya, Ida Bagus Sakri dan Ida Bagus Somya yang bekerja di perhotelan.

Meski biaya sekolah sudah ditanggung, Ketut Sumantra memanfaatkan waktunya dengan bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup. Ia pernah bekerja sebagai pelayan tukang bangunan, pada tahun 1971-1972, kemudian menjadi kernet bemo tujuan Sanur-Denpasar. Ia juga mengambil pekerjaan sebagai dagang acung yang ia tempuh dengan berjalan kaki dari Denpasar ke Kuta.

Hotel Hard Rock yang sebelumnya bernama Hotel Samudera, sering ia manfaatkan untuk mencari tamu, tepatnya di depan restoran Gajah Mada sebelah BPD. Kemudian Hotel Hyatt berdiri, Ketut Sumantra melamar di hotel tersebut sebagai staff nite telepon operator. Tahun 1976, posisinya kemudian dipindahkan ke bagian front office sebagai operator. Ketekunannya bekerja tak membuatnya melupakan pentingnya pendidikan, ia kemudian di tahun 1979 melanjutkan kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, atas biaya dari diri sendiri dengan cara sore ia kuliah, paginya ia bekerja.

Tahun 1983 berdiri Bank Duta, yang sedang mencari dua orang karyawan. Ketut Sumantra mencoba peruntungannya dan ternyata ia diterima pada tahun 1984. Posisi saat itu ia masih bekerja di Hyatt pada sore hari, sedangkan pagi harinya ia bekerja di Bank Duta. Selama satu tahun ia melakukan rutinitas tersebut, hingga setelah ia mendapatkan gelar sarjananya, ia melepas pekerjaan di hotel, menggantinya dengan menjadi pengajar bahasa Inggris keliling.

Berhenti sebagai pengajar, Ketut Sumantra mendapat tawaran pekerjaan dari SOS International. Ia pun menerima pekerjaan tersebut dengan tetap bekerja di Bank Duta. Di hari Sabtu dan Minggu, yang kebanyakan diisi orang-orang untuk beristirahat santai di rumah, tidak dengan Ketut Sumantra, ia lebih memilih mengisi jeda waktu untuk menjadi guide paruh waktu pada tahun 1975 sampai 1995.

Berhenti di SOS International karena mendapatkan pendidikan di Bank Duta, Ketut Sumantra memiliki karier yang semakin cemerlang. Di tahun 1990 lagi-lagi ia mendapat tawaran, yakni bekerja di Bank Perniagaan Umum sebagai pimpinan di usianya yang relatif muda, 36 tahun.

Fokus Ketut Sumantra saat itu sebagai pimpinan tidak diimbangi dengan lingkungan tempatnya bekerja, yang melibatkan politik di dalamnya oleh para senior. Hal ini tidak mencerminkan pribadi dari Ketut Sumantra. Hingga ia memutuskan pada tahun 1993 mengundurkan diri dan harus memulai lagi dari bawah dengan bekerja di asuransi Manulife sebagai agen.

Istri Ketut Sumantra tidak tega melihatnya mencari nasabah yang selalu ditolak, ia kemudian berpindah kerja di travel agent Sari Tours sebagai operation manager. Tawaran kembali datang dari anak perusahaan Bali Ventura berlabel “Adi Graha Trading”, namun hanya satu tahun karena merasa tidak cocok dan keluar pada tahun 1994.

Seolah tidak lelah menunjukan eksistensinya, Ketut Sumantra pada tahun 1995 kemudian dipercaya sebagai direktur di Klinik Quantum Sarana Medik sampai tahun 2004. Setelah itu, bertindak sebagai komisaris Quantum Sarana Medik hingga saat ini. Tak hanya itu, ia juga dipercaya sebagai direktur di Bali Restu Laundry dan komisaris BPR Duta Bali saat ini, yang sebelum diakusisi bernama BPR Martabat Bhuwana pada tahun 1999, sembari ia melanjutkan kuliah S2 di Universitas Pendidikan Nasional.

Sebagai pimpinan, Ketut Sumantra mengumpamakan dirinya seperti peselancar, ‘Semakin tinggi ombak, semakin ia kejar’. “Seperti kondisi pandemi saat ini, ombaknya lumayan besar, kalo panik akan mudah terbawa ombak, ikuti saja seperti air mengalir, namun wajib untuk terus waspada dan meningkatkan kualitas diri, demi membuka dan menata masa depan yang lebih baik setelah kondisi ini”.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!