Kolaborasikan Keahlian Bidang Arsitektur dan Manajemen Usaha Hasilkan Karya yang Mendunia
Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan pantainya namun juga memiliki daya tarik lain yaitu kebudayaannya. Salah satu budaya Bali yang terkenal akan kekhasan identitasnya adalah arsitektur. Maka tidak heran banyak tokoh arsitek asal Pulau Dewata yang menginterpretasikan budaya Bali dalam desain-desain bangunan yang dibuat, sangat mudah melebarkan sayap kariernya bahkan ke kancah internasional. Salah satu tokoh arsitek Bali yang karyanya mendunia yaitu Gede Arista Gunawan. Arsitek profesional Indonesia ini telah banyak mengerjakan desain bangunan baik di Bali, luar daerah, hingga luar negeri.
Membuat desain bangunan bukanlah hal mudah apabila seseorang tidak memiliki keahlian di bidang tersebut. Jika terjadi kesalahan perencanaan justru dapat menyebabkan kerugian dalam pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan jasa arsitek yang memiliki keahlian merancang bangunan agar karya arsitektur yang dihasilkan dapat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pemberi tugas. Tentunya dengan menggunakan jasa arsitek seorang pemilik proyek dapat menghemat waktu dan dapat berfokus pada pekerjaan lainnya.
Gede Arista merupakan arsitek Bali yang sudah berkarya sejak 1999. Ia kerap dipercaya membuat berbagai desain bangunan mulai dari rumah tinggal, vila, apartemen, hotel, resort, sekolah, hingga bangunan komersial lainnya. Pria lulusan Jurusan Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Nasional Bandung ini merupakan salah satu tokoh arsitek yang menjadi saksi perkembangan industri pariwisata Bali sejak sebelum era milenium 2000. Banyak karya-karyanya mulai sejak masih bekerja di perusahaan konsultan arsitektur terdahulu masih berdiri hingga saat ini. Tak sedikit pula karya-karya yang ia hasilkan sejak mendirikan studio arsitektur sendiri bernama Bale Design.
Beberapa proyek yang pernah ikut ditangani beliau dalam berbagai kapasitas antara lain; Shangrila Resort Nusa Dua, Radisson Blu Resort Pecatu, Suarga Resort Labuansait, Grand Innaya Resort Nusa Dua, Suris Hotel Kuta, Springhill Resort & Villas Jimbaran, Ramada Encore Hotel Seminyak, Bali International School Sanur, Villa Amori Ubud, Villa Araglen Berawa, Australia Consulate General Office Denpasar, Novotel Resort Nusa Dua, Novotel Villas Tanjung Benoa dan lain-lain.
Beberapa proyek di luar wilayah Bali yang pernah ikut ditangani beliau antara lain Private Villa di TampahHills Lombok, Rumah Tinggal di Jakarta, dan Retreat Resort di Danau Toba. Beberapa proyek di luar negeri yang pernah ikut ditangani beliau antara lain Gunambi Apartment di NSW Australia, dan Karma Resort di Bahama.
Dalam mengerjakan desain arsitektur ,Gede Arista berkomitmen bekerja melalui proses kreatif untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan para klien. Konsistensi memberikan jasa yang memuaskan para kliennya membuat Gede Arista masuk dalam jajaran arsitek berpengaruh di Bali. Pada tahun 2008 ia mendapatkan lisensi arsitek profesional (gelar IAI) dari Ikatan Arsitek Indonesia. Kemudian pada tahun 2014 ia mendapatkan lisensi arsitek profesional internasional (gelar AA) dari ASEAN Architect Council. Gede Arista juga sudah cukup sering bekerja sama berkolaborasi dengan arsitek-arsitek internasional dari luar negeri.
Pria kelahiran Denpasar 30 September 1976 silam ini juga senang membagikan wawasan profesional dengan menjadi tenaga pengajar pada program-program kelas internasional seperti Summer School di Sekolah Tinggi Desain Bali dan Tropical Living di Universitas Udayana. Selain itu juga seringkali menjadi narasumber pada banyak seminar arsitektur, kuliah umum, liputan media cetak, serta liputan televisi.
Bersama beberapa rekan-rekan arsitek di Bali, ia sejak tahun 2013 juga memulai berdirinya komunitas Arsitek Tanpa Nama yaitu sebuah komunitas arsitek lintas batas almamater/ bidang/senioritas yang sudah sangat sering mengadakan berbagai kegiatan gathering informal maupun pameran karya tahunan di Bali sejak didirikan hingga kini.
Mendirikan studio arsitek sendiri merupakan keinginan Gede Arista sejak bangku kuliah. Namun ia menyadari bahwa perjalanan untuk bisa mengembangkan karier menjadi arsitek profesional tidaklah mudah. Diperlukan pengalaman yang cukup, melalui pembelajaran bekerja di perusahaan orang lain.
Gede Arista mengawali kariernya sebagai tenaga arsitek junior di sebuah konsultan lokal, selanjutnya melalui tantangan pekerjaan ia mengembangkan kariernya hingga dipercaya sebagai tenaga arsitek senior di sebuah konsultan asing, hingga sempat pula menjadi direktur teknik di sebuah konsultan asing lainnya. Pada waktu bersamaan, ia juga merintis studio Bale Design secara mandiri dengan tetap memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan orang lain tempatnya bekerja.
Pencapaian karier yang sudah menggembirakan ternyata tidak membatasi keinginannya untuk terus mengembangkan diri. Ia ingin terus belajar agar dapat menambah wawasan serta ilmu yang dimiliki. Karena itu ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister, namun menghadapi dilema kemungkinan harus rela meninggalkan kariernya yang sudah cukup baik.
“Saat saya mengajukan pengunduran diri agar dapat fokus melanjutkan pendidikan magister saya, ternyata atasan saya justru memberikan opsi agar saya bisa tetap bekerja di perusahaan asing tersebut, saya diberikan kebijaksanaan untuk mengatur waktu kerja saya agar selaras dengan waktu kuliah saya”, kenangnya.
Akhirnya atas kebijaksanaan tersebut ia melanjutkan kariernya di perusahaan tersebut. Sebagai gantinya ia harus datang ke kantor jauh lebih pagi dari biasanya agar dapat pulang tepat waktu di sore hari untuk mengejar waktu kuliah. Waktu malam digunakannya untuk kuliah, lalu waktu tengah malam atau dini hari digunakannya untuk me-review pekerjaan studio pribadinya Bale Design.
Ada cerita unik di balik perjuangannya, saat itu ia hanya memiliki waktu tidur formil rata-rata sekitar 3 jam saja per hari dan rutinitas tersebut dijalaninya selama 2,5 tahun hingga ia menamatkan pendidikan magisternya. Fakta unik lain dari perjalanannya menempuh pendidikan magister tersebut adalah ternyata ia tidak meneruskan pendidikan ke magister arsitektur melainkan ke magister manajemen. Awalnya memang dipengaruhi karena pada waktu itu program studi magister arsitektur belum dibuka di Universitas Udayana saat almamaternya, namun akhirnya ia merasakan keputusannya memilih program studi magister manajemen adalah sudah sangat tepat meskipun tidak linier dengan pendidikannya terdahulu.
Terbukti saat ini ia mampu mengombinasikan kemampuan teknik sebagai arsitek dengan kemampuan manajemen sebagai pengusaha, sehingga kini ia berhasil mengembangkan studio arsitek sendiri sesuai cita-citanya dahulu. Kemampuan manajemen ternyata memang sangat dibutuhkan oleh seorang arsitek untuk dapat mengembangkan usahanya dengan baik.
Bale Design kini telah berkembang menjadi sebuah studio arsitek yang diperhitungkan dalam kancah arsitektur di Bali dan Indonesia. Banyak proyek-proyek menarik yang sudah dan sedang ditangani oleh studio yang banyak menaungi talenta-talenta muda berbakat ini dengan klien-klien lokal, nasional, maupun internasional.
Sebagaimana halnya bangunan Bale dalam arsitektur Bali, meskipun bentuknya cukup sederhana namun fungsional menaungi pemakainya dari cuaca panas dan hujan, demikian pula Bale Design diharapkan dapat menjadi tempat bernaung bagi arsitek-arsitek muda berbakat untuk berkiprah positif bagi perkembangan arsitektur di Bali dan Indonesia.