Kolaborasi dalam Membangun Masa Depan Bersama Lewat Bisnis Akomodasi Penginapan
Dalam menjalin hubungan asmara yang berlangsung cukup lama, Arta dan Tina Utari tidak hanya ingin menghabiskan waktu bersama dalam hal percintaan. Mereka memutuskan untuk memulai usaha bersama yakni menjual telur. Belajar dari pengalaman hidup masa lalu yang kurang mampu dari segi ekonomi, mereka berkomitmen untuk mengubah nasib keluarga dan membangun masa depan yang lebih baik.
Diawali dari kisah Tina yang sempat ingin menjadi perawat, namun orang tuanya menyarankan agar ia mengikuti bidang pariwisata. Meskipun ia tidak terlalu mahir dalam bahasa, ia akhirnya mengikuti saran orang tua dan melanjutkan pendidikannya di SMK Ratna Warta Ubud. Di sana ia meraih juara umum II, menunjukkan kesuksesan dalam prestasinya. Sementara itu, Arta melanjutkan pendidikannya di SMA Taksu di Tampaksiring tanpa memiliki kejelasan mengenai ketertarikan pada kariernya di masa depan. Awalnya diarahkan untuk mengejar ilmu kesehatan, pada akhirnya memilih kuliah Program D3 Ekonomi Perpajakan di Universitas Udayana.
Sembari berkarier di masing-masing disiplin ilmu mereka, Arta dan Tina mencoba sembari merintis usaha di komoditas penjualan telur, mengingat di lingkungan mereka terdapat banyak akomodasi pariwisata yang pasti membutuhkan telur, ditambah lagi telur juga merupakan kebutuhan umum di setiap rumah tangga. Dalam menjalankan bisnis ini, mereka pun bekerja sama dengan pengepul telur yang mereka dapatkan di Bangli. Masing-masing kemudian bertanggung jawab atas persediaan telur sendiri. Namun bisnis Tina mengalami kendala, sehingga ia memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya. Sementara itu, Arta mampu membawa usaha berhasil berjalan, bahkan masih berlangsung hingga sekarang.
Melihat keberhasilan Arta berbisnis telur, ayah Arta memiliki gagasan untuk mengambil peluang mendirikan penginapan, mereka kemudian meminjam modal dan mempertimbangkan menjual aset seperti perhiasan. Selain itu, mereka juga bergabung dengan tetangga mereka, karena sedikitnya pengetahuan tentang industri pariwisata. Selama dua tahun berjalan, terjadi letusan Gunung Agung yang mengakibatkan penurunan pariwisata secara signifikan, dan penginapan tidak mengalami banyak pemesanan. Untuk menghindari membebani tetangga, Arta dan ayahnya memutuskan untuk mengambil alih pengelolaan penginapan mereka sendiri.
Arta awalnya mencoba menyewa manajemen untuk mengelola penginapannya, namun upaya tersebut tidak berhasil. Arta memutuskan untuk mengambil alih pengelolaan sendiri dan memanfaatkan pengetahuannya yang diperoleh dari pengalaman kerja di industri perhotelan. Setelah menikah, Tina juga bergabung dalam bisnis tersebut, membawa pengetahuan dan pengalamannya yang juga berkontribusi pada peningkatan fasilitas dan layanan di “The Alus Cottage”.
Selama masa pandemi Covid-19, seperti halnya pemilik properti lainnya, The Alus Cottage juga menghadapi tantangan besar. Untuk menjaga kelangsungan operasional, mereka terpaksa menurunkan harga agar tetap menarik minat pelanggan. Meskipun menghadapi situasi yang sulit, mereka merasa bersyukur karena mampu bertahan, terlebih lagi mereka telah diberkahi dengan kehadiran seorang anak. Arta dan Tina menyadari pentingnya terus belajar dan mengembangkan keterampilan pemasaran, baik melalui jalur offline maupun media sosial. Mereka menyadari bahwa pemasaran yang efektif sangat penting dalam menjaga bisnis mereka tetap relevan dan menarik pelanggan, terutama di era digital saat ini. Mereka berusaha keras untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di industri properti dan pariwisata.