Kisah Pengusaha Milenial di Masa Pandemi Memilih Tetap Membangun Konsep Kafe Kebun Jadi Andalan

Menikmati hidangan lezat di tengah rimbunan pepohonan menjadi suatu pengalaman makan yang berbeda bagi sebagian orang. Khususnya bagi masyarakat urban lantaran tidak banyak ruang terbuka hijau yang dapat ditemukan di tengah kota. Sensasi bersantap makan sembari menikmati pemandangan kebun yang asri kini dapat ditemui di Kota Denpasar. Tepatnya di Bron The Urban Café. Tempat makan unik ini ternyata diprakarsai oleh pengusaha muda bernama I Ketut Yoga Pustaka.

Usianya baru genap 24 tahun di saat mengawali langkah di dunia bisnis, namun I Ketut Gede Yoga Pustaka, S.H., M.H. yang akrab dipanggil Yopus sudah berhasil merangsek maju dalam industri kuliner di Kota Denpasar. Banyaknya kompetitor di bidang usaha sejenis yang datang dari kalangan usia lebih dewasa darinya tak membuat pria kelahiran Denpasar, 27 Desember 1994 ini merasa pesimis. Justru ia sangat percaya diri menghadapi persaingan yang ada karena membawa konsep bisnis yang matang.

Perjalanan usaha pria yang menjalani studi di Universitas Gajah Mada ini sebetulnya sudah dimulai sejak masa kuliahnya dulu. Masa-masa selama di Kota Yogyakarta tidak hanya dihabiskan untuk berkuliah, namun juga dimanfaatkan untuk menggarap peluang usaha. Berbagai macam bisnis berskala kecil sempat dikerjakan untuk mengisi waktu di sela-sela jam istirahat kuliah. Dari sana pula jiwa entrepreneur-nya semakin terasah. Walaupun orang tua berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, ia tak tertarik mengikuti jejak orang tua. Melainkan tetap pada pendiriannya bahwa selepas meraih gelar sarjana ia akan merintis usaha sendiri.

Barulah pada Bulan Desember 2018, ia merealisasikan cita-citanya untuk membangun suatu usaha yang dapat membuka lapangan kerja di masyarakat. Bersama rekan-rekan yang memiliki satu visi dengannya, Yopus merintis usaha kafe berlokasi di Jl. Hayam Wuruk No.136, Kota Denpasar. Sengaja memilih lokasi tersebut lantaran tempatnya yang rindang dan ditumbuhi aneka jenis tanaman. Ya, Yopus memang sejak awal sudah merancang konsep kafe di tengah kebun agar berbeda dengan kafe lainnya yang sudah terlebih dahulu eksis. “Selain itu saya juga menggemari hobi merawat tanaman. Sembari mengelola usaha kafe saya juga menjalankan bisnis tanaman hias bernama Tanaman Terracotta,” tuturnya.

Aneka Menu

Lokasinya yang strategis, yakni dekat dengan pusat instansi pemerintahan, menjadikan Bron The Urban Café sangat mudah untuk diakses. Begitu masuk ke dalamnya, pengunjung akan sejenak lupa bahwa sedang berada di tengah kota yang hiruk pikuk. Selain akan dimanjakan dengan hijaunya daun-daun tanaman di Bron Café, tentunya lidah juga akan dimanjakan dengan menu makanan yang enak.

Pilihan menunya pun beragam, mulai dari masakan nusantara hingga ala western. Sebut saja menu yang tak dapat dilewatkan untuk dicoba yaitu rice bowl, yakni hidangan berupa nasi dengan aneka lauk di atasnya. Uniknya penyajian makanan di tempat ini menggunakan bahan organik seperti mangkok atau piring dari kayu. Hal ini dilakukan agar selaras dengan konsep green environment yang diusung oleh Yopus.

Pilihan minuman pun tak kalah beragam. Namun menu kopi di tempat ini wajib untuk dicoba. Pastinya asyik apabila mencicipi secangkir kopi dari barista berpengalaman di tengah suasana alami. Buka dari jam 9 pagi, Bron The Urban Café merupakan venue yang digunakan untuk kegiatan pertemuan korporasi atau kegiatan kumpul bersama teman-teman. Terdapat ruang meeting yang cukup besar kurang lebih bisa menampung sekitar belasan orang di lantai dua.

Inovasi untuk Bertahan

Setelah satu tahun berlalu sejak awal dibuka, Bron The Urban Café mengalami perkembangan yang memuaskan. Berpromosi di media sosial menjadi strategi andalan bagi Yopus untuk memperkenalkan kafenya ke masyarakat. Nyatanya langkah tersebut sukses dengan semakin melambungnya nama Bron Cafe di antara kalangan anak muda di Denpasar.

 

Sayangnya sejak pandemi melanda di awal tahun 2020, Bron The Urban Cafe mengalami penurunan penjualan, bahkan sempat mengalami penurunan sampai 50 persen. Meski demikian, semangat pebisnis milenial seperti Yopus untuk berkreativitas tetap tumbuh. Strategi yang diterapkan di awal pandemi, ia membuat paket menu dengan harga yang lebih ekonomis. Selain itu memprakarsai ide program gizi untuk medis bekerja sama dengan Kagama Bali dan penggalangan dana. Program gizi untuk medis berupa donasi makanan siap saji ke puskesmas-puskesmas.

Ia juga lebih menggencarkan penjualan online lewat kerja sama dengan layanan antar makanan digital. Strategi ini cukup berhasil, apalagi dengan adanya promo gratis biaya antar. Inovasi lainnya yang ia lakukan adalah dengan membuat menu sehat seperti infused water, yaitu saripati buah yang dapat langsung diminum. Produk minuman ini ternyata mendapat respons yang baik di pasaran. Terakhir yang juga dilakukan adalah dengan menerapkan layanan berbasis protokol kesehatan apabila ada pengunjung yang ingin makan di tempat.

Yopus mengakui jika pandemi ini membawa pelajaran baginya untuk terus berinovasi membangun ide-ide kreatif. Melalui semangat berinovasi itu ia bertahan dan mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat. Ke depannya ia berharap pandemi ini dapat dikendalikan agar mobilitas masyarakat tak lagi dibatasi dan perekonomian dapat pulih seperti semula.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!