Ketepatan Waktu dan Fokus pada Detail Menjadi Kunci Utama

Dunia arsitektur mengantarkan sosok I Gede Surabande berkunjung ke berbagai negara. Sejumlah proyek besar yang ia tangani merupakan hasil dari sebuah proses panjang yang terbentuk dalam dirinya melalui pengalaman hidup sepanjang kariernya sebagai Arsitek. Aksara Project merupakan bukti kerja keras Gede dalam usahanya untuk keluar dari zona nyaman. Membangun usaha dari nol tidak hanya membutuhkan tekad dan keyakinan semata, juga keberanian adalah kunci kesuksesan sebuah usaha.

Mengawali karier sebagai seorang arsitek, Gede disibukan dengan berbagai proyek dalam negeri dan luar negeri. Tidak hanya pengalaman, hubungan relasi yang semakin luas serta kemampuan dalam bidang arsitektur pun bertambah mengingat selama proses menjalankan proyek di luar negeri, Gede tentunya menemukan banyak hal baru yang mampu meningkatkan kemampuan beradaptasi dan ilmu arsitektur dari berbagai negara. Kini kesibukannya dalam menjalankan usaha sembari mengurus keluarga tidak membuat semangatnya surut. Pandemi Covid-19 menjadi cerita awal berdirinya Aksara Project. Namun perjuangan Gede tidak hanya sampai di situ, menerima berbagai jenis proyek menjadi satu-satunya jalan untuk mengembangkan serta memperkenalkan Aksara Project ke Masyarakat luas.

Perjuangan Gede tidak terlepas dari dukungan keluarga. Pria asli Singaraja kelahiran Denpasar ini menghabiskan masa kecil bersama orang tua dan kedua adiknya. Dengan menanamkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, orang tua Gede berharap dirinya mampu tumbuh menjadi anak yang tidak hanya bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, namun menjadi panutan bagi kedua adiknya. Sebagai putra pertama tentunya harus menjadi penuntun tidak hanya kedua adiknya tetapi menjadi kebanggaan untuk keluarga. Didikan keras di masa itu adalah hal yang lumrah terjadi, untuk itu mental Gede dalam menjalani hidup tidak diragukan lagi.

Kesibukan orang tua membuat Gede tumbuh sebagai anak yang mandiri. Dengan kondisi ekonomi yang terbilang mencukupi, Gede berupaya untuk dapat menghasilkan uang sendiri dengan berjualan kabel dari tempat kerja sang ayah. Hasil penjualan kabel tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari Gede dan tidak lupa ia menyisihkannya untuk di tabung. Sepak terjang Gede dalam dunia pendidikan meskipun bukan tergolong siswa berprestasi, ia mengakui bahwa orang tua lebih menekankan dan mengutamakan dari sisi akademis. Kepindahannya ke Bali dari Timor Leste membuatnya harus segera beradaptasi dengan lingkungan sehingga ia mampu melanjutkan pendidikannya.

Masa remaja yang diwarnai dengan suka cita masa muda, Gede putuskan untuk memilih jurusan IPA sebagai alasan bagaimana dirinya menyukai ilmu berhitung masa itu. Keinginannya untuk masuk jurusan arsitek diawali dari sosok paman yang menginspirasinya untuk terjun di bidang arsitektur meskipun paman merupak seorang ahli di bidang teknik sipil. Sebagai mahasiswa tidaklah mudah bagi Gede untuk menjalani masa-masa awal perkuliahan, yang mana dirinya harus bersaing dengan mahasiswa lulusan STM yang notabene telah memiliki pondasi dasar ilmu arsitektur sejak masa SMA. Gede memperluas pergaulannya dengan mendekati mereka untuk saling membantu meningkatkan kemampuan di bidang arsitektur. Kerja kerasanya selama menjalani perkuliahan menjadi momen berkesan, di mana butuh 3 semester untuknya beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan yang akhirnya memberikan motivasi untuk lulus kuliah tepat waktu.

Gede memilih untuk bekerja di bawah pengawasan paman selama 5 bulan. Di sana dirinya diberikan kesempatan untuk memegang proyek hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari pekerjaan secara mandiri di Tabanan. Berbagai proyek mulai ditangani satu persatu. TIdak hanya di seputaran Tabanan, berbagai proyek besar di kawasan Kuta dan Nusa Dua di bawah tanggung jawabnya kala itu. Bertemu dengan sang istri dan memutuskan untuk menikah setelah 2 tahun berpacaran, menjadi keputusan besar yang kini mengubah hidupnya menjadi lebih baik. IBUKU Bali menjadi awal mula Gede mengenal proyek dengan bahan dasar Bambu. Bertandangnya Gede ke Afrika membawa sejumlah pengalaman selama 2 bulan. Usai Afrika, Gede menginjakan kaki di Maldives untuk mengurus proyek besar di sana.

Gede termotivasi saat dirinya menyadari hidupnya tidak mengalami perkembangan apapun. Untuk itu, dengan keberanian dan tekad yang kuat, Gede memutuskan untuk membangun usahanya sendiri yang ia namakan Aksara Project pada tahun 2019. Berbagai jenis proyek mulai dari proyek kecil-kecilan ia ambil dengan harapan mampu memperkenalkan serta memperluas jaringan kerja. Melalui relasi, Gede menerima tawaran untuk memegang proyek di China, yang pada saat itu merupakan awal masa pandemi Covid-19 mulai menyebar. Gede harus pulang ke Bali hingga masa pandemi mulai berangsur pulih, dirinya melanjutkan kembali proyek yang tertunda. Di masa inilah, Gede kembali menerima berbagai proyek besar seperti di Lombok dan India.

Membangun usaha dari nol bukan hal yang mudah. Menjaga kepercayaan serta menawarkan pekerjaan pada para pemilik membutuhkan kerja ekstra, yakni kepercayaan merupakan dasar bagi kelancaran jalannya proyek. Menjaga nama baik dengan harapan mampu mengemban proyek dalam skala besar sehingga berdampak positif terhadap perkembangan usaha. Ketepatan waktu dan terfokus pada detail menjadi kunci utama Gede, bagaimana dirinya meyakinkan para pemilik untuk menggunakan jasanya dalam menangani proyek lapangan. Dengan komitmen kuat yang kini dipegang Gede, melihat fenomena saat ini, Bambu menjadi bahan dasar utama sebuah desain bangunan diharapkan mampu mengembangakan Aksara Project untuk ke depannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!