Ketahanan Bisnis dan Keberlanjutan Perjalanan UD Putra Sedana di Tengah Wabah

UD Putra Sedana yang beralamat di Jl. Katjong Seleman, Darmasaba, Badung ini, pertama kali dirintis oleh orang tua Ni Made Susila Candri dan I Nyoman Hendra Putra Yasa. Ketika itu Hendra masih berusia sekitar 4 tahun, sementara Susila belum dilahirkan. Orang tua mereka memulai perjalanan usaha ini dengan sepeda gayung, menjajakan daging babi di daerah Penatih yang diperoleh dari pedagang lain. Berjalannya waktu, efisiensi usaha ditingkatkan dengan mengganti sepeda gayung dengan sepeda motor untuk menawarkan daging babi. Berjalannya waktu, orang tua mereka mulai membuka lapak di rumah karena sudah memiliki pelanggan yang setia.

Setelah membuka lapak, datang salah satu pelanggan yang memberikan saran untuk mulai memotong babi sendiri. Bahkan pelanggan tersebut, juga membelikan mereka daging babi. Orang tua mereka pun setuju, karena saat itu, layanan pemotongan daging masih jarang tersedia. Mereka pun mulai membeli timbangan dan mempraktikkan memotong daging babi. Bisnis mereka terus berkembang, dan akhirnya membuka sebuah warung yang diberi nama Putra Sedana, yang merupakan ide dari sang ayah.

Dari yang awalnya hanya memotong satu hingga lima babi, bisnis tersebut terus berkembang dengan memotong babi sebanyak 15 ekor, karena pada saat itu belum ada pesaing dalam bisnis ini. Untuk memperoleh pasokan babi, mereka berlangganan dengan PT KPS (Karya Prospek Satwa) yang berlokasi di Tabanan. Babi yang diperoleh bukan merupakan babi lokal, karena memiliki kualitas yang berbeda. Candri sendiri mulai terlibat dalam bisnis ini saat masih duduk di bangku SMP, setelah ayah meninggal pada tahun 2008 dan ibu tutup usia pada tahun 2019, giliran Candri dan adiknya, Hendra, bersatu untuk melanjutkan bisnis yang telah berjalan selama 35 tahun tersebut.

Candri dan Hendra yang saat ini sekaligus berstatus sebagai pegawai negeri sipil, Candri di kantor dan Hendra di Bandara Ngurah Rai, berupaya bekerja sama dalam mengelola UD Putra Sedana. Terutama saat menghadapi berbagai tantangan bisnis, seperti saat pandemi Covid-19, yang mengakibatkan penurunan volume bisnis karena banyak pelanggan mereka seperti restoran dan hotel harus ditutup. Meski demikian, bisnis mereka tetap buka berkat dukungan pelanggan dari kalangan relasi Candri dan Hendra di pemerintahan. Tak hanya itu saja, mereka juga melakukan inovasi dengan mengolah daging babi menjadi produk seperti sosis babi, jeroan dan babi goreng. Mereka juga sempat mencoba untuk merambah pemotongan ayam, namun karena keterbatasan waktu membuat mereka kembali fokus pada pemotongan babi.

Pada tahun 2019 hingga 2020, UD Putra Sedana kembali diuji oleh wabah virus African Swine Fever (ASF). Akibatnya, kondisi populasi babi di Bali mengalami penurunan sebesar 42% dan harga daging babi yang bersaing dengan harga daging sapi hingga mencapai Rp50.000 per kilogram. Syukurnya masa-masa sulit itu sudah terlalui, dengan penampakan harga daging babi yang sudah normal di tahun 2023. UD Putra Sedana pun berhasil bertahan dengan menjaga kepercayaan, komunikasi dan daging babi berkualitas tinggi kepada para pelanggan. Mereka berharap dapat terus memperluas pemasaran bisnis ini dan menjadikannya lebih maju ke depannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!