Kesuksesan yang Berasal dari Buah Karma Baik Orangtua

Gusti Putu Aryana merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Diantara ke enam saudaranya, hanya ia yang memilih untuk tidak meneruskan kuliah, karena ia merasa dirinya bukanlah seseorang yang pandai dalam segi akademis. Gst Aryana kemudian memutuskan untuk belajar berbisnis dari sang ayah I Gusti Ketut Begeg (Alm).

Jauh sebelum kelahiran Gusti Putu Aryana, sang ayah I Gusti Ketut Begeg (Alm), bekerja sebagai tukang sol selama dua tahun sejak tahun 1952. Melihat ketekunan sang ayah yang pada saat itu berusia 20 tahun, ada seseorang yang tertarik untuk mengajaknya bekerjasama.

Setelah dua tahun, Gusti Ketut Begeg (Alm) memiliki keinginan untuk memiliki sebuah usaha sendiri. Namun sebelum diputuskan untuk memiliki usaha secara mandiri, ia diminta untuk mencari pengganti dirinya. Di tahun 1960an, setelah mendapatkan pengganti, ia kemudian membuka usaha dengan jumlah karyawan sebanyak enam orang.

Tahun 1965 terjadi peristiwa G30SPKI yang membuat pergerakan ekonomi yang tidak stabil, sehingga memiliki pengaruh yang besar terhadap bisnis yang dibangun Gusti Ketut Begeg. Kontribusi sepatunya pun mulai berkurang, karena masuknya sandal-sandal berbahan kulit, dan berbahan karet dengan harga yang lebih murah. Namun Gusti Ketut Begeg tak ingin berhenti sampai disitu, ia kemudian membeli sebuah tempat untuk berdagang dari orang berdarah Tionghoa untuk membuka toko yang beralamat di Jalan Gajah Mada, Kabupaten Tabanan.

Toko pertama itu bernama “Usaha Kawan” yang kini dilanjutkan oleh Gusti Putu Aryana, putra keenam dari Gusti Ketut Begeg. Gusti Putu Aryana lahir di Tabanan, 1 Maret 1960. Setelah menamatkan sekolahnya di SMA Saraswati Tabanan, ia mengambil keputusan yang berbeda dibandingkan sudara-saudaranya yang lain, karena ia mengungkapkan dirinya bukanlah tipikal siswa yang pandai dalam segi akademis. Sehingga ia memutuskan untuk mulai belajar dan menelusuri bisnis sang ayah, tepatnya di tahun 1978.

Tahun 1979 Gusti Aryana membantu orangtua, dengan ikut berjualan perlengkapan olahraga. Ia kemudian mengutarakan keinginan pada sang ayah untuk memberikan sedikit ruang di toko untuknya berjualan. Ingin terus mengembangkan usahanya, Gusti Aryana mengumpulkan modal untuk memiliki toko sendiri dengan mencicil toko seharga 110 juta rupiah, selama tiga tahun. Hingga di tahun 1987, bersama sang istri, Ni Putu Sri Armini yang juga mulai menekuni bisnis dengan berjualan baju, ia telah memiliki toko sport.

Sepertinya keputusan Gusti Aryana untuk menyelesaikan pendidikannya hanya setingkat SMA, tidak salah. Tidak hanya membuka toko sport, setiap peluang yang ada di depan matanya, ia manfaatkan sebaik mungkin. Dari toko sport, Gusti Aryana berkeinginan untuk membuka mini market, di mana pada masa itu bisnis seperti ini hanya dijumpai di Kota Denpasar. Berkat bantuan salah satu rekan supplier yang bertempat tinggal, bersebelahan dengan Bapak Bupati Tabanan Brigjen TNI (Purn) I Ketut Sundria saat dinas di Surabaya, ia mendapat kesempatan untuk bertemu dengan beliau.

Buah Karma Baik Sang Ayah

Setelah tiba di Tabanan, Gusti Aryana bertemu dengan Bupati Ketut Sundria, dan ia diberi ijin untuk mengelola Pasar Tabanan dan mendapat 20 petak untuk membuka mini market. Pada awalnya ia tidak tahu bagaimana untuk mendapatkan supplier. Hingga ia berhasil mempekerjakan karyawan dari berjumlah 70 orang, setelah dua hingga tiga tahun, ia telah mampu mempekerjakan karyawan sebanyak 140 orang. Namun ia mengaku tak mampu bersaing dengan pemilik bisnis retail moderen yang mulai banyak bertumbuh, sehingga lokasi dari mini market tersebut terpaksa dikontrakkan saja.

Karena usaha mini market yang sepertinya semakin sulit untuk bersaing, Gusti Aryana memilih untuk mengembangkan toko sepatu “Usaha Kawan’ milik ayahnya. Di tahun 1994 Gusti Aryana kembali membuka cabang tepatnya di Jalan Kesatrian No 5A, Gianyar, tahun 1997 di Jalan Ngurah Rai No.138, Negara. Dan cabang terbarunya ada di Kota Denpasar, di Jalan Gatot Subroto Tengah.

Bisnis lainnya yang dikembangkan Gusti Putu Aryana dibawah Kawan Bali Group, yakni Koperasi Sri Ratih yang dipegang oleh istri, Kawan Sport, Kawan Fitness, Red Boutique dan Kawan Bali Property. Perkembangan ini dirasakan begitu membanggakan untuk Gusti Putu Aryana yang tak pernah menyangka dapat berjalan hingga sejauh ini, dari toko sepatu biasa hingga memiliki cabang dan merambah ke bisnis di bidang lainnya, semua itu tak lepas dari jasa kerja keras dan karma baik sang ayah sepanjang hidupnya.

Selain membangun toko sepatu, sang ayah, Gusti Ketut Begeg juga dipercaya untuk menempati posisi Bendahara kota Tabanan yang membawahi 23 banjar. Karena beliau merupakan sosok yang berjiwa sosial yang tinggi, masyarakat mempercayainya memegang jabatan itu selama 37 tahun. Bukan waktu yang sebentar memang, Gusti Aryana mengungkapkan, ayahnya tak jarang ikut berpartisipasi dalam pembangunan desa, tak urung beliau menggunakan penghasilan dari toko, walaupun penghasilan tersebut berasal dari kerja kerasnya yang tak mudah ia dapatkan.

Bagi beliau harta yang ia miliki merupakan titipan, bila menginginkan titipan itu mengiringi hidupmu dalam kurun waktu yang lebih lama, ayah saya berpesan “bersihkanlah tanganmu, abdikan jiwamu, waktumu, harimu, ragamu untuk ngayah dalam lingkungan masyarakat”.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!