Kesimbangan antara IDEALISME & REALISME dalam Bisnis Arsitektur, Penting dalam menentukan Bayaran yang Layak
Meskipun tidak bersekolah di subjek ilmiah arsitektur, Kartika menjadi pionir dalam memilih bidang tersebut dan merintis bisnisnya. Berawal saat di bangku SD, ia sudah memiliki hobi melukis dan hasil karya dijual ke wisatawan. Namun lucunya saat akan melanjutkan jenjang sarjana, Kartika justru diterima di jurusan Ekonomi Akuntansi, bukan di Teknik Arsitektur yang sudah menjadi pilihan pertamanya untuk masuk ke Universitas Udayana. Setelah ditelurusi lebih lanjut, saat itu kampus tengah memberlakukan penetapan kuota tertentu. Alhasil, demi mempertahankan beasiswa yang didapat, wanita kelahiran Singaraja 12 April 1995 ini, tetap melanjutkan perjalanannya di jurusan Ekonomi Akuntansi.
Selain faktor IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), Kartika berupaya menjaga kelangsungan beasiswanya, di antaranya dengan menjaga keterlibatan dalam organisasi mahasiswa, menjaga kedisiplinan dalam mengikuti jadwal kuliah dan tugas-tugas akademik. Ia akhirnya berhasil lulus dalam waktu tempuh selama 4 tahun. Sehabis itu, ia diterima bekerja di BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) pada posisi Public Relation atau Hubungan Masyarakat selama dua tahun.
Lepas dari status sebagai karyawan, Kartika bersama rekannya yang lebih beruntung berhasil masuk Teknik Arsitektur, Ni Made Maya Sari Rahayu Sandi, kemudian merintis studio bersama pada Mei 2021. Dalam masa perkenalan perusahaan, media sosial tak bisa diabaikan menjadi wahana favorit untuk mengundang klien, diimbangi dengan keaktifan mem-posting konten menarik. Singkat cerita, kurang lebih setelah masa penantian selama satu tahun, studio yang berlokasi di Jl. Untung Surapati, Gg. Sri Mandi no. 7, Subagan, Karangasem ini, mulai mendapat kepercayaan memegang sebuah proyek. Proyek pertama mereka berupa komplek vila di Amed, bernama Villas Bukit Lipah.
Proyek yang lumayan besar, telah dipercayakan sebagai momentum perdana Kartika dan Maya, tak lepas dari rasa deg-degan sekaligus senang. Pasalnya mereka tak hanya terlibat dalam pembuatan gambar 3D, tapi juga konstruksinya. Vila tersebut bergaya tropical and green architecture, dengan struktur bambu dipadukan dengan kayu dan batu alam. Lalu interior vilanya mengusung konsep keseimbangan 5 elemen yaitu air, api, udara, tanah dan besi.
Setelah menyelesaikan proyek pertama, relasi di dalam industri arsitektur semakin bermunculan, seperti Villa Kampung Pandawai di Sumba Timur, Villa Tuta Karangasem, interior design dan custom furniture di Karangasem, juga penjualan properti freehold (hak penuh properti) atau leasehold (sementara waktu) di Amed.
Seiring bertemu dengan banyak klien, Kartika dan tim pun semakin mengenal berbagai karakter yang berbeda-beda dan mengetahui trik dalam menghadapinya. Salah satunya dalam poin kontrak kerja, yang sangat penting dalam industri arsitektur untuk menghindari konflik, memberi perlindungan hukum, menghindari kebingungan hal tugas dan tanggung jawab, meningkatkan efisiensi dan keamanan finansial. Dengan demikian, terdapat kesepakatan yang jelas antara klien dan arsitek mengenai lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan, biaya, serta hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Terakhir yang tak kalah esensial, Kartika berharap agar para arsitek muda tidak terlalu lama bekerja di perusahaan. Apalagi terjebak dalam perusahaan yang membayar profesi arsitek yang tidak layak. Kesimbangan antara idealisme dan realisme dalam bidang arsitektur sangat penting, dalam hal menentukan bayaran. Bila tidak ada empati dari perusahaan, bisa jadi sebuah momentum kita untuk mulai membangun bisnis sendiri agar dapat berkembang dan menuai hasil yang lebih besar di masa depan.