Kesetiaan Melayani Tiga Generasi Pelanggan Chily Dewi Salon

Menjamurnya salon-salon modern di Bali, tak membuat hati Putu Eka Mahadewi yang telah mendirikan Chily Dewi Salon sejak tahun 1995 ini pesimis. Bahkan ia tak banyak melakukan perombakan salonnya ke salon lebih modern. Hal ini didasarkan alasan kuat, ia tak mau kehilangan pelanggan setianya yang sejak muda hingga kini berumah tangga masih memilih melakukan treatment di Chily Dewi Salon. Namun keterbukaannya dengan teknologi-teknologi baru, yang kemungkinan cocok menjadi bagian dari list pelayanan yang ditawarkan, ia juga tak menampik akan memperkenalkannya dengan para pelanggan, terlebih customer baru.

Putu Eka Mahadewi di sela-sela pendidikan kuliahnya untuk mengejar profesi sebagai dosen seperti almarhum ayahnya, sudah mulai ancang-ancang merintis bisnis salonnya. Namun sebelumnya, ia sudah mengikuti kursus kecantikan saat usia SMA, sembari ia juga dididik langsung oleh pakarnya, sekaligus inspirasinya membuka salon yakni sang ibu yang sebelumnya telah memiliki bisnis serupa.

 

Saat mengikuti kursus ada beberapa pengalaman unik yang dipaparkan Putu Eka Mahadewi, mulai dari diremehkan oleh peserta kursus lainnya, karena usianya saat itu usianya jauh lebih muda dibandingkan peserta lainnya. Kemudian mencari model potong rambut dari tukang suun di Pasar Badung, karena tak memiliki biaya lebih untuk membayar model yang lebih berkompeten, hingga menggotong tas besar yang berisi peralatan salonnya untuk menawarkan potong rambut atau cat rambut dengan cara berkeliling, Diakui olehnya, hal tersebut dilakukan tanpa rasa malu atau gengsi, mungkin karena jiwa entrepreneur dari ibu yang sudah mengalir dalam dirinya, sehingga bisa dikatakan, ia cukup menikmati masa-masa tersebut.

Setelah lulus kuliah, Putu Eka Mahadewi sempat bekerja di bank, ternyata baru tahap training, ia baru menyadari ternyata memiliki alergi debu pada uang. Sempat disarankan untuk memakai masker, namun sebagai karyawan bank, rasanya tidak mungkin terus menerus mengenakaannya. Akhirnya ia mundur dari pekerjaan tersebut dan memilih melanjutkan pendidikan magister dan aktif menjadi dosen fakultas ekonomi, pada Jurusan Pariwisata, Universitas Udayana hingga saat ini.

Saat menekuni kariernya sebagai dosen, ia sempat mendapat tawaran dari Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar untuk membuka kursus kecantikan, Namun kondisi saat itu, waktu yang ia miliki sudah cukup menyita perhatiannya, antara karier, berumah tangga dan tengah mengandung buah hati tercinta, belum memungkinkan untuk membuka kursus, meski diakui olehnya ada keinginan untuk berbagi ilmu dan pengalaman yang telah miliki, kepada mereka yang memiliki minat pada ketrampilan kecantikan wanita. Tahun 1995, Chily Dewi Salon mulai dirintis Putu Eka Mahadewi yang awalnya di pinggir pantai, Hotel Bali Beach, karena target pasarnya yang merupakan wisatawan asing.

Meski sembari menyeimbangkan waktunya saat menempuh pendidikan, salon ini pernah meraih penghargaan sebagai penjual terbanyak salah satu produk colouring ternama terbanyak dan penghargaan The Best Colouring se-Jawa Timur yang diadakan di Surabaya, juga peringkat 10 salon penjual pewarnaan terbanyak di tahun 2008. Namun ada kelemahan lain yang sempat dialami olehnya saat meninggalkan salon, untuk melakukan rutinitasnya di kampus. Ia sempat beberapa kali dicurangi oleh karyawan sendiri, meski tak ada pengakuan langsung dari karyawan tersebut, semenjak saat itu, ia lebih memilih mencari karyawan yang belum berpengalaman, yang biasanya akan lebih loyal dalam ruang lingkup pekerjaan. Tentunya ia juga memberikan keterampilan yang ia miliki, bakat dari para karyawannya tersebut biasanya mulai terlihat selama 6 bulan.

Berdasarkan pengakuan dari beberapa pelanggan, selain menawarkan treatment start harga 60.000 rupiah, Chily Dewi Salon memberikan kenyamanan dan keramah tamahan saat mereka melakukan perawatan. Selain dari segi pelayanan, keistimewaan lain dari Chily Dewi Salon yang mungkin tak dijumpai dari salon lain adalah mix and match bahan dari alam seperti lidah buaya dengan salah satu produk sampo, memberikan sensasi pengalaman mencuci rambut yang berbeda dari salon kebanyakan, ditambah dengan treatment massage yang tak kalah sukses menarik pengunjung yang rela jauh-jauh datang, demi hanya mencuci rambut. Menurut Eka, kenyamanan pelanggan adalah kunci utama dari bisnis ini.

Saat ini pelanggan Chily Dewi sebagian besar merupakan pelanggan “tiga generasi”, dimana pelanggan selalu merekomendasikan Chily Dewi Salon ke anak-anak hingga cucu mereka. “Jadi seringkali mulai dari nenek hingga cucu nyalon bareng di salon saya”, kata Eka Mahadewi. Pelayanan berbasis kenyamanan pelanggan ini terbukti mampu menjaga reputasi salon ini dari generasi baby boomers, milenial hingga generasi Z. Namun tak menampik, apabila suatu saat ada trend treatment yang cukup worth it masuk dalam list treatment salonnya, kenapa tidak, akan ia perkenalkan dan berharap memberikan pengalaman tak kalah mengesankan dengan treatment lainnya yang lebih ulung, hal ini dilakukan demi meningkatkan daya saing di antara pemilik bisnis salon yang semakin menjamur ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!