Kerajinan Bambu yang Ramah Lingkungan dan Memesona hingga Mancanegara
Hanya tamat sampai SMA, sebagai anak petani sudah membuat Tungky Arianto bersyukur. Apalagi pria asal Jawa Tengah ini sudah meninggalkan rumah sejak SMP, karena lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya. Ia pun dituntut sekaligus mampu membiayai hidupnya sendiri. Ia terbiasa membantu orang kampung memanjat pohon kelapa agar mendapat imbalan, juga ditambah pekerjaan apapun yang bersangkutan pada pertanian, yang notabenenya mata pencaharian penduduk di sana sebagai petani, sanggup ia lakoni.
Melanjutkan SMA, Tungky Arianto pindah ke kota sekitar 13 km dari rumah, ia kembali tinggal secara mandiri dan bekerja sebagai buruh. Tamat SMA, ia berangkat ke Jakarta dengan semangat harus serius bekerja, ia sempat bekerja sebagai pengambil bola tenis di Senayan. Sampai terberkatinya ia bertemu dengan keluarga terpandang yang begitu menerima kehadirannya dengan baik. Dari sinilah berawal, ia kini memiliki usaha bernama “Bambusa”.
Oleh keluarga tersebut, pria kelahiran Kebumen 8 Juli 1974 ini, sudah dianggap seperti anak kandung mereka sendiri. Tungky Arianto diajak ke Thailand, bertemu dan mempelajari usaha pengrajin bambu. Singkat cerita di tahun 1998, ia sudah merintis usaha dekorasi berbahan bambu di Chiang Mai, Thailand. Setahun kemudian, ia membuka di Jakarta dan selanjutnya harus bolak balik Jakarta-Thailand untuk memantau usaha. Tahun 2000, Tungky Arianto mulai mengikuti pameran di Jakarta, memperkenalkan hasil desainnya yang beradaptasi dari negara asal, namun tekniknya, ia mengaku adalah penemuannya sendiri.
Tak hanya sekedar bentuk anyaman saja, tapi juga dibentuk seperti lampu hias dari daging bambu tembelang, yang beruas panjang yang hampir mencapai 1 meter dan seratnya yang liat tak mudah patah. Selain aneka lampu hias (Versa hanging lamps, Burma hitam table lamp, Kefana hanging lamps), ada juga Bakul Dua basket untuk tanaman bunga dan buah, Myrondecor, Versa bowls, Pifagora napkin ring, Anteno (plates), Donat vase dan lain-lain. Selain di wilayah Jawa, Bambusa kemudian merambah membuka di Bali, sejak 7 tahun lalu. Biasanya, khusus customer di Bali, banyak ditemui mereka yang membeli produk dalam jumlah yang banyak kemudian dijual kembali atau wholesale, dibandingkan retail.
Kontrol kualitas produk pun harus benar-benar dijaga, terutama yang datang dari Jawa ke store-nya di Bali, yang beralamat di Jl. Raya Kerobokan No.111B, Kerobokan Kelod, Kuta Utara dan workshop di Jl. Mertanadi. Perusahaan kerajinan tangan ini pun tak diragukan lagi, banyak digemari baik impor meliputi 50 projects untuk hotel, restoran, kafe, private house dan villa di Bali. Dan ekspor ada Eropa, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Australia. Namun sayang, saat situasi pandemi tak terduga, store-nya di Thailand harus tutup. Bersyukurnya untuk di Jawa dan Bali, masih ada pelanggan dari negara lain yang repeat order melalui komunikasi via email atau Whatsapp.
Pasca pandemi yang mulai surut, Tungky Arianto bisa semakin bernapas lega, beberapa pemilik akomodasi pariwsata sudah mulai memesan dekorasi Bambusa, sekaligus jasa installment jenis lampu cluster yang diciptakan. Untuk cita-cita ke depannya, Tungky Arianto ingin mengembangkan Bambusa memiliki toko interior yang tersedia untuk desain living room, kitchen, bedroom dan lain-lain. Ia berharap bisa segera terealisasi seiring pariwisata Bali yang sudah semakin siap sambut wisatawan dari berbagai belahan dunia.