Kembangkan Bisnis Lewat Modal Kepercayaan Diri dan Jaringan Relasi

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak I Made Suweca bahwa ia akhirnya mampu mengembangkan suatu perusahaan yang kehadirannya patut diperhitungkan di industri pariwisata. Padahal sebelumnya ia sempat terjebak dalam zona nyaman sebagai karyawan di perusahaan milik orang lain. Namun kini ia berhasil meninggalkan comfort zone dan berhasil berdikari lewat usaha Bali Best Adventure.

Perjalanan hidup I Made Suweca nampaknya tidak mudah sebab penuh dengan lika-liku kehidupan. Tantangan datang silih berganti mewarnai kehidupannya. Tidak ada pilihan lain, selain menghadapi tantangan tersebut dengan semangat kerja keras dan pantang menyerah.

Tuntutan hidup untuk bekerja keras sudah muncul dalam kehidupan Made Suweca sejak di masa kanak-kanaknya. Pria kelahiran Tabanan, 3 April 1975 ini terbiasa bekerja sebelum menunaikan tugasnya sebagai siswa di SD 2 Cau Belayu, Marga, Tabanan. Pagi-pagi sekali ia sudah menyambut Sang Fajar guna mencari bahan pembuatan arak yang terkenal sebagai komoditi di desa kelahirannya.

Di tengah udara pagi yang sejuk, tubuh Made Suweca kecil ia paksakan memanjat pohon untuk mendapatkan cairan yang akan diolah menjadi tuak atau arak Bali. Setelah itu barulah ia bisa bersiap-siap ke sekolah dan menimba ilmu seperti anak-anak lain seusianya.

Upah dari mencari bahan pembuatan tuak itu ia kumpulkan untuk membantu orangtuanya dalam membiayai sekolahnya. Praktis, Made Suweca telah terbiasa mandiri dalam mencari rejeki sejak dini. Semangat bekerja itu berlanjut hingga ia duduk di bangku SMA. Berkat ketekunannya dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah, ia berhasil menyelesaikan program wajib sekolah 12 tahun yang dicanangkan pemerintah di era saat ini.

Terjun ke Pariwisata

Setelah tamat SMA, Made Suweca lantas bekerja di Jimbaran Bay, tepatnya di sebuah restoran bernama Langsam Cafe. Ia betul-betul meniti karir dari bawah, yaitu sebagai tukang mengupas sabut kelapa. Setelah itu barulah pemilik cafe memberikan kesempatan kepadanya untuk bekerja sebagai pramusaji.

Pada tahun 1997, Made Suweca bertemu salah seorang pelanggan di cafenya yang merupakan WNA asal Negara Swiss. Orang asing itu nampak senang bercakap-cakap dengan Made Suweca. Lewat obrolan santai itu, Made sempat mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah dan nantinya melamar pekerjaan sebagai tour guide.

Rencana Tuhan memang sesuatu yang tidak dapat dipredeksi siapa pun, sehingga realisasinya dalam kehidupan manusia sering kali datang dengan cara mengejutkan. Hal itulah yang dialami Made Suweca tatkala orang Swiss yang ditemuinya mengatakan ingin membiayai kuliah Made. Sejak itulah, Made Suweca duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswa PPLP Dyana pura jurusan Biro perjalanan wisata.

Selama kuliah, Made Suweca tetap bekerja. Namun kali ini manajemen usaha cafe sudah dipercayakan untuk dikelola olehnya. Setamat kuliah, ia melamar menjadi tour guide di sebuah perusahaan tour and travel dan diterima. Sembari bekerja sebagai tour guide, Made Suweca tetap bekerja sebagai manajer cafe.

Berwirausaha

 

Setelah lama berkecimpung di dunia profesi tour guide, Made Suweca memutuskan resign dari perusahaan yang menaunginya selama ini. Keputusan itu ia ambil lantaran ingin mengembangkan wisata di daerah kelahirannya sendiri. Beberapa pilihan aktivitas wisata dapat ditemui antara lain cooking class, wisata adventure, bahkan wisata naik becak. Beberapa becak ia datangkan langsung dari Jawa dan SDM lokal diperkerjakan sebagai pengayuh becak.

Made Suweca sadar, ia sendiri pun harus mengembangkan usaha guna menopang kehidupannya. Pilihan berkarir kembali di perusahaan orang tidak lagi menjadi ketertarikannya. Ia harus menyogsong peluang yang ada dan mengelolanya hingga menghasilkan suatu keuntungan. Namun di sisi lain ia terkendala urusan modal dalam bentuk material.

Made pun tidak mau menyerah sampai di situ. Ia mengembangkan bisnis jasa tour travel dengan bantuan relasi yang dimilikinya saat ini. Lewat bantuan temannya, ia dibantu dalam hal promosi usaha. Salah satu upaya yang dilakukan Made Suweca untuk memperkenalkan paket wisata perjalanan kepada para wisatawan adalah melalui brosur yang ia pajang di bandara.

Selain itu ia juga membuat suatu majalah yang berisi segala macam informasi tempat wisata. Majalah itu ia sebarkan di hotel-hotel dengan target pembaca wisatawan yang menginap di hotel tersebut. Berkat kerja keras dan ketekunan usahanya, Made Suweca akhirnya bisa mengembangkan bisnis tour and travel bersama Sang Istri.

“Modal itu tidak selalu identik dengan uang. Kepercayaan diri pun merupakan sebuah modal yang penting dalam memulai usaha. Selain itu, relasi pertemanan yang luas juga merupakan modal penting lainnya,” tutur ayah dua anak ini.

Kurang dari satu tahun, brand usaha yang diberi nama Bali Best Adventure itu kian dikenal masyarakat. Bermula dari dua orang pengelola saja, yaitu Made Suweca dan Sang Istri tercinta, kini ia mampu memperkerjakan 18 orang karyawan.

 

“Setinggi apapun jabatan kita di perusahaan, apabila semasih berstatus sebagai karyawan, kita akan tetap diperintah orang lain. Sedangkan bila menjadi pengusaha, sekecil apa pun usaha tersebut, kita menjadi boss untuk diri kita sendiri,” ujar Made Suweca.

Selain itu, menurut Made Suweca, kebahagiaan menjadi enterpreneur terletak saat mampu membuka lapangan pekerjaan. Sehingga ia tidak hanya memberikan manfaat untuk dirinya sendiri saja, melainkan juga mampu meningkatkan taraf hidup orang lain.

“Satu hal yang saya ingat, apa pun keadaan kita saat ini, kita harus bersyukur,” pesan Made Suweca.

Saat ini Bali Best Adventure telah memiliki beragam paket pilihan perjalanan wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Di antaranya wisata rafting, water sport dan wisata bahari lainnya, hingga wisata ke gunung. Ada pula wisata bertemu berbagai satwa menakjubkan seperti menunggangi kuda atau unta, bertemu lumba-lumba, hingga wisata malam di tengah kebun binatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!