Kejujuran sebagai Kunci ‘Kebiasaan’ Utama Mempertahankan Reputasi Positif Perusahaan yang Berkelanjutan
Tumbuh menjadi anak yang mandiri dan memiliki karakter yang kuat, Gusti Ngurah Kade Julian Arika mengungkapkan pertumbuhan jati dirinya merupakan bagian dari didikan orang tua, serta kebangkitan dari diri sendiri, karena kondisi ekonomi keluarga dan ketiadaan sosok almarhum ibu sejak usianya tujuh tahun. Meski dari segi fisik jelas tubuhnya masih kecil, namun otak dan visualnya sudah peka dan mampu merekam, bahwa ia harus membebaskan dirinya dari belenggu nasib ketidakuntungan tersebut, yang bisa mengancam masa depannya.
Tantangan perekonomian keluarga yang timpang, mendorong pria yang hangat disapa Joel ini, sudah mengenal dagang sejak kecil. Seingatnya, ia pernah menjual ikan hasil tangkapannya dan menjual tanaman. Beranjak remaja, sejalan dengan tren saat itu bekerja di kapal pesiar, ia pun tertarik untuk melakukan perubahan hidupnya dengan cara berlayar. Namun, ayahnya tak memberikan restu, membuat pria kelahiran Pergung, 23 Juli 1993 ini, pun membatalkan rencananya, dengan mencari peluang di bidang yang lain.
Tahun 2007, Joel memutuskan merantau ke Nusa Dua, kawasan pariwisata elit yang selalu dijadikan tuan rumah untuk event-event internasional. Seperti basisnya, ia pun meyakini mampu membangun kariernya di hospitality dengan bekerja di sebuah hotel. Di tengah perjalanan tujuh tahun bekerja di bagian housekeeping, ia ternyata tak hanya fokus di perhotelan, ia mulai tertarik dan melibatkan dirinya sebagai broker atau perantara perusahaan dan klien untuk dalam jasa jual beli properti.
Mengenal dunia properti, sebenarnya sudah menjadi daya kreatif Joel saat masih di bangku kuliah. Sembari tiga tahun menyelami pendidikan D3 Pariwisata di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua, ia mengasah otak kanannya, dengan mencoba peluang yang berbeda, yang mungkin lebih memenuhi prinsip hidupnya dalam kesadaran ekonomi yang harus segera diubah polanya. Sampai di masa ia lulus kuliah, kemudian melanjutkan bekerja di sebuah hotel, yang awalnya cukup ia nikmati. Namun berjalannya waktu, ia mulai menemukan realitas dalam dunia hotel, yang merasakan dirinya atau mungkin banyak orang merasakan ‘terjajah’. Bukan karena desain pekerjaan yang diturunkan, namun karena mayoritas sistem manajemen hotel berbintang lima yang kurang mengapresiasi orang lokal untuk mengembangkan karier.
Minat Joel pun semakin berkurang untuk terus menerus bekerja di hotel, karena tak sesuai dengan target hidupnya. Ia memilih mengubah haluan dengan menyeriusi pekerjaan sambilannya sebagai broker dan mendirikan bisnisnya secara resmi, bernama ”Jro Sandat Property & Development”. Nama tersebut memang cukup unik dan lain dari perusahaan senada lainnya. Dijelaskan oleh Joel, tercetusnya nama tersebut berangkat dari kisah ia menikah dengan istri yang merupakan non Bali. Setelah melalui rangkaian proses upacara, di antaranya “Sudhi Wadani”, (upacara untuk mengukuhan seseorang menganut agama Hindu), dari desa kemudian memberikan titel “Jro Sandat” yang kemudian nama tersebut sekaligus menjadi acuan dasarnya dalam mempresentasikan bisnis dan wujud terima kasih atas support system istri, sejak perusahaan dirintis, sampai saat ini.
Justru ‘Panen’ saat Pandemi
Didirikan pada tahun 2010, dan dimulai secara resmi pada tahun 2019, di pertokoan depan setra Kampial, Jl. Dharmawangsa, Nusa Dua, JSP Bali yang dahulunya hanya bergerak di segmen jual beli properti, kini berkembang sewa akomodasi dan yang teranyar menjadi agen development real estate berlisensi pemerintah Bali, yang sudah berjalan setahun. Khususnya di segmen pengembangan, Joel masih terjun langsung sebelum melepaskan sepenuhnya kepada 3 orang karyawan kantor dan 6 orang freelance team. Sampai ia sebagai pimpinan mengenal dan memahami bagaimana respons calon klien terhadap produk yang ditawarkan. Hingga berjalannya waktu, siap dengan antisipasi dan evaluasi kinerja perusahaan setiap tahunnya.
2,5 Tahun pasca pandemi, Joel bisa dikatakan cukup bernafas lega, mampu melalui wabah global tersebut tanpa ‘cedera’ yang berarti. Musababnya, pembelian properti justru meroket pada kuartal II, III dan IV tahun 2020, karena pemilik properti pilih banting harga agar aset properti segera terjual. Ditambah fenomena banyaknya penawaran penurunan suku bunga dan kemudahan transaksi, membuat daya tarik yang signifikan datang dari masyarakat untuk memanfaatkan situasi dengan membeli properti. Pria yang memiliki hobi futsal ini pun secara eksplisit mengatakan, JSP Bali saat itu tengah ‘panen-panennya’ dari profit yang didapat, kemudian ia kelola untuk mengembangkan produk development yang tengah digarap saat itu.
Tindakan demi tindakan afirmatif yang dilancarkan Joel, terbukti telah memberikan harapan baru baginya dan keluarga. Dari proses menjual properti milik klien, membangun proyek hingga yang tak pernah dibayangkan oleh Joel, apalagi ayahnya yang bekerja sebagai petani sederhana, kini telah mampu membeli properti untuk keluarga tercinta. Di posisi pencapaiannya saat ini pun, tak mau membuatnya dirinya terlena dan cepat berpuas hati. Lewat JSP Bali, ia berupaya terus konsisten memberikan pelayanan yang terbaik, yakni berlandaskan kejujuran. Ya, meski terdengar ‘klise’ dan mulai diabaikan, penanaman karakter ini sangat bermanfaat dalam membangun kepercayaan dan memegang tanggung jawab. Terlebih memiliki perusahaan sekelas “Jro Sandat Property & Development” yang jangkauan relasinya luas, menjadi kunci ‘kebiasaan’ utama mempertahankan reputasi, sebagai perusahaan real estate pilihan masyarakat Bali dan luar pulau, yang terus berkelanjutan di era-era yang tak kalah menantang.